Sabtu, 11 Oktober 2014

Seorang Kristen Menjadi Ayah Bagi 108 Anak Jalanan



Ini adalah rumah 108 anak jalanan, di sini ada seorang ayah bagi 108 anak jalanan, namanya Shi Qinghua, ia adalah seorang Kristen biasa. Baru-baru ini, Jaringan Rakyat menyiarkan wawancara dengan Shi Qinghua, ia mendirikan sekolah Cahaya Kasih Beijing, menyediakan asrama dan pendidikan gratis untuk anak-anak jalanan, dan anak-anak cacat dari seluruh negeri.

Ini semua hanya berasal dari rasa syukur, kesalehan dan imannya. Tangan kanan Shi Qinghua terdapat cacat bekas luka bakar, tragedi itu membuat mereka sekeluarga secara diam-diam berpindah dari surga ke neraka selama. Awalnya rumah lamanya berada di Anhui, Shi Qinghua bekerja di bidang perdagangan luar negeri, istrinya menjalankan sebuah toko pakaian, dan memiliki seorang anak laki-laki yang lincah dan lucu, hidup merka sangat bahagia. Di luar dugaan, tahun 1997 saat Festival Musim Semi, karena tetangga yang menyimpan kembang api dan menyebabkan kebakaran, akibatnya mereka sekeluarga 3 orang mengalami luka bakar yang parah. Anak lelaki mereka yang masih kecil, dan istrinya yang menderita sakit jiwa karena tidak tahan menanggung beban yang berat….. Menghadapi persoalan berat yang datang secara tiba-tiba, tapi pria tangguh ini tidak menyerah, dan bertekat untuk membawa istri dan anaknya untuk berobat ke Beijing, namun nasib berkata lain, setelah 2 kali pengobatan yang singkat, mereka tidak punya apa-apa lagi, dan terpaksa menjadi gelandangan di jalanan.

Selama periode ini, masyarakat seolah telah meninggalkan mereka, tapi anak-anak jalanan justru membantu mereka, anak jalanan sering membagi makanan yang mereka peroleh dari mengemis dengan keluarga ini. Pada saat ini juga, Tuhan mengulurkan tangan kasihnyaNya kepada keluarga ini, ia menerima selebaran Injil yang diberikan oleh seorang pria. Dia tahu bahwa Yesus pernah membuat orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang gila sembuh, orang mati bangkit, dan akhirnya disalibkan agar dosa-dosa dunia mendapat pengampunan, dan hatinya sangat tersentuh.

Keesokan harinya, mereka sekeluarga pergi ke gereja, kehangatan kasih dari saudara dan saudari membawa mereka ke hadapan Allah, dan hati mereka kembali dipenuhi dengan harapan. Dengan bantuan dari Federasi Amal China dan masyarakat, istri dan anak Shi Qinghua menyelesaikan operasi terakhirnya, ia juga memulai usaha menjual sejumlah buah dan sayuran. Ketika kehidupannya mulai membaik, ia teringat kepada anak-anak jalanan yang telah mengulurkan tangannya untuk membantunya, ia khawatir apakah mereka tidak akan diganggu, apakah tidak akan kelaparan.
 
Dia dengan susah payah berusaha untuk menemukan 7 anak jalanan yang berkeliaran di jalan, dan di bawah jembatan, dan membawa mereka ke sisinya. Hari-hari pertama sangat sulit, Shi Qinghua sekeluarga dan tujuh anak jalanan bersama tinggal di sebuah bungalow di halaman sebuah rumah yang rusak, dan hidup dengan mengandalkan Shi Qinghua untuk mencari nafkah. Tapi Shi Qinghua mulai mempertimbangkan masa depan mereka untuk jangka panjang, ketika itu ia timbul ide, untuk membantu lebih banyak anak-anak jalanan dan agar mereka bisa menikmati kehangatan sebuah keluarga, di saat yang sama, juga agar mereka mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang layak. Istrinya sangat mendukung dia: "Baiklah, pada saat yang paling sulit, yang membantu kita adalah orang-orang baik hati di masyarakat, dan sekarang kita harus berusaha untuk membalas budi, ini adalah hal yang memuliakan Allah dan berguna bagi manusia, Allah pasti berkenan."

Pada tahun 2004, dengan bantuan orang-orang yang baik hati, Shi Qinghua mendirikan rumah Cahaya Kasih, khusus untuk menampung anak jalanan, anak cacat dan yatim piatu, juga anak-anak miskin dari berbagai daerah di seluruh Cina, dan memberikan asrama yang sepenuhnya gratis. Pada waktu itu sekolah Cahaya Kasih masih belum terkenal di masyarakat, seluruh sekolah hanya bergantung pada Shi Qinghua seorang. Mereka pernah hanya memiliki makanan untuk 1 kali makan saja, juga pernah hanya makan 1 kali dalam sehari. Mereka pernah bergurau dan berkata : "Karena bernama "Cahaya Kasih", artinya mereka miskin sampai habis dan hanya tersisa kasih." ("Cahaya Kasih" dalam bahasa Mandarin "Guang Ai", dan "Guang" juga bisa berarti "habis"). Anak-anak memanggil Shi Qinghua dengan sebutan "Papa Sawi Putih", karena makanan pokok mereka hanyalah sawi putih. Dalam videonya Shi Qinghua mengenang kembali pengalaman itu, "hanya sawi putih besar yang agak murah, dimasak dengan berbagai macam cara, sampai akhirnya, tidak ingin memakannya lagi", anak-anak juga berkata, "aku juga makan sampai bosan dan ingin protes, tapi protes tersebut tidak ada hasilnya."

Di saat yang paling sulit, ada seorang bos perusahaan yang mengundang saya untuk menghadiri pesta. Melihat penuh makanan lezat, saya teringat anak-anak yang hanya makan sawi putih, saya tidak makan, dan mulai menangis. "Guru Shi, mengapa engkau menangis?" Mereka bertanya pada saya. Saya berkata: Saya benar-benar tidak bisa makan, saya memiliki lebih dari 100 anak, dan mereka bahkan belum pernah melihat makanan seperti ini.

Bos tersebut sangat terharu dan memutuskan untuk makan malam hari itu tidak jadi dimakan, dan menbungkus makanan itu untuk dikirimkan kepada anak-anak. Guru Shi Qinghua mengatakan, semua kesulitan ini tidak mempengaruhi tekadnya untuk menampung anak-anak jalanan. Semakin lama makin banyak orang yang tahu cerita guru Shi dan anak-anaknya, sering relawan datang untuk membantu, menyumbangkan uang dan barang-barang untuk keperluan sekolah anak-anak.

Musim gugur yang lalu, ada seorang relawan yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan bertanya kepada Shi Qinghua, ada sebuah iklan, yang berharap untuk menyuting Shi Qinghua dan rumah Cahaya Kasih-nya. Membuat iklan? Shi Qinghua ragu-ragu. Sebenarnya ada banyak orang yang menduga Shi Qinghua memiliki motifasi yang tidak murni, jika bukan demi nama berarti demi keuntungan, ditambah lagi bagaimana jika saat iklan di siarkan, akan menarik lebih banyak anak, untuk menghidupi anak-anak yang ada sekarang saja sudah menguras tenaga. Tapi jika tidak melakukannya? Anak-anak makan gratis sehari 3 kali dan pakaian akan menjadi masalah, apalagi untuk membuat rumah Cahaya Kasih menjadi standart.

Pertemuan sekolah diadakan dua kali, Shi Qinghua memutuskan membuat iklan! Iklan diproduksi mengambarkan keadaan sulit di awal berdirinya rumah Cahaya Kasih, di film itu, kepala sekolah Shi seorang diri berlari naik turun lantai atas dan bawah untuk memindahkan batubara, memasak, mengajar, membuat kamar, dan mengantar anak pergi ke rumah sakit. "Yang tidak saya pikirkan adalah, setelah iklan ditayangkan, benar-benar mengubah kehidupan kami. Volunteer terlalu banyak, yang terbanyak bisa datang 700-800 orang dalam sehari, dan mengganggu kehidupan normal anak-anak, karena itu lebih baik pindah ke tempat lain, sehingga anak-anak bisa hidup dengan baik. "

Shi Qinghua dari iklan tersebut mendapatkan 200,000 Yuan, dan seluruhnya diinvestasikan untuk biaya sewa sekolah dan asrama baru yang terletak di Tongzhou, dan lagi relawan dari berbagai tempat dan lembaga kasih mulai menyumbangkan makanan, pakaian dan perlengkapan sekolah untuk mereka. "Kami bisa makan daging setiap kali makan, anak-anak dapat minum susu dan makan telur setiap hari, kami memiliki perpustakaan besar, dan ruang komputer, ruang kesehatan, dan ruang musik, kian lama kami kian seperti sekolah pada umumnya."

Dengan bantuan seorang profesor musik, sekolah juga menawarkan pada anak-anak pendidikan musik yang baik, dalam latar belakang video, anak-anak memegang lilin, dan menyanyikan "Ode to Love." Saat lagu keluar dari mulut anak-anak yang hidupnya telah diubahkan oleh kasih sejati, dan membawa kekuatan yang membuat orang sangat terharu. Guru Shi dengan bangga mengatakan: Di Wangfujing mengadakan konser. Saat masuk, semua penjaga tidak senang, karena anak-anak tidak aturan, tapi setelah seluruh konser diadakan, mereka terkejut. Anak-anak yang pernah menjadi gelandangan, dengan baju acak-acakan, dan tuli terhadap nada, tetapi mereka dapat memainkan biola dengan baik di aula musik. Anak-anak tidak hanya memperoleh pengaruh di dalam musik, lebih lagi banyak anak yang memperoleh penghiburan dan kesembuhan dari jiwanya yang terluka melalui musik. Ada anak-anak yang memiliki kecenderungan autis, dan bisa membuka diri melalui musik. Beberapa anak jadi jarang tertawa karena menderita, namun, karena musik sepertinnya dapat berubah seorang. Musik dapat membentuk pikiran anak, dan dapat menyembuhkan rasa sakit batin mereka.

ketika Anda mempersembahkan hidup Anda, kasih tidak hanya menular kepada keluarga, juga menular kepada orang lain, dan diri kita sendiri akan memperoleh kebahagiaan dan sukacita. Hal ini tidak dapat diukur dengan uang, saya membantu anak-anak juga untuk membantu diri sendiriIni adalah apa yang guru Shi katakan tentang apa yang dirinya sendiri dapatkan.

Shi Qinghua dengan istri dan anaknya, tinggal bersama dengan berbagai anak cacat, dan anak jalanan;   sudah delapan tahun ini, lebih dari 300 anak jalanan keluar dari sini. Kapasitas "Sekolah Cahaya Kasih" juga kian berkembang, sekarang tampaknya adalah sebuah bangunan yang tidak terlalu besar, tapi itu adalah rumah kebahagiaan bagi 108 anak jalanan. Orang bilang, Shi Qinghua adalah " ayah 108 anak itu." Pendiri sekolah untuk anak-anak jalanan, dan menjadi ayah ratusan anak-anak jalanan, dalam pandangan orang pada umumnya, ini adalah perbuatan yang besar. Tapi Shi Qinghua mengatakan hal itu berasal dari sebuah hati yang bersyukur, dan iman yang taat. Dia mengunakan tindakan praktis untuk menyebarkan kasih Kristus!

Alkitab: Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Rabu, 10 September 2014

Ladang Gandum Ornan

Kasih selamanya adalah dasar untuk membangun segala sesuatu! Ini adalah hal nyata yang pernah terjadi dalam sejarah Israel......

Di tahun 970 SM, di wilayah Israel terjadi wabah (penyakit Sampar) yang parah, dan menyebabkan kepanikan besar pada masyarakat, setiap orang merasa tidak aman, dan sangat takut tertular. Mungkin karena hati orang-orang penuh dengan ketakutan, sehingga lupa untuk memperdulikan dan saling membantu satu sama lain, karena itu membuat penghalang di hati mereka, dan menyebabkan 70,000 orang tewas dalam tiga hari.

Ajaibnya, saat penyakit Sampar sampai ke ladang gandum Ornan, kemudian berhenti. Ternyata di tahun-tahun sebelumnya, ladang gandum ini memiliki kisah mengharukan yang pernah terjadi.

Di sana hiduplah dua saudara: Ornan dan Arauna. Meskipun mereka sudah tidak tinggal serumah, tapi sangat saling mengasihi. Sang kakak Ornan memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak, sedangkan sang adik Arauna memiliki jumlah anggota keluarga yang sedikit, kedua orang itu memiliki ladang gandum yang saling terhubung bersama-sama.

Pada waktu panen, sang adik berpikir dalam hatinya: jumlah anggota keluarga kakaknya banyak, jumlah anggota keluarganya sendiri sedikit, dan lagi kakaknya dari kecil sampai dewasa sangat memperhatikan dan menyayanginya, saat menghadapi kesulitan apapun, selalu maju untuk membantu menyelesaikannya.

Biasanya sang adik tidak tahu bagaimana agar bisa membalas kebaikan kakaknya, dan sekarang kesempatan itu datang, dia memutuskan untuk mengangkat beberapa pikul gandum dan memberikan kepada kakaknya. Kemudian saat malam tiba, sang adik di dalam kegelapan diam-diam memindahkan beberapa gandum ke tempat kakaknya.

Sang kakak yang melihat ladang yang penuh gandum, dalam hati juga berpikir: Jumlah keluarga adik sedikit, dan lagi lebih muda dari dirinya, apalagi tahun ini panen sangat besar, Tuhan sudah memberikan gandum yang begini berlimpah, sudah seharusnya mengirimkan beberapa kepada adiknya. Pada malam hari, saat setelah tengah malam, sang kakak diam-diam memilih beberapa pikul gandum dan diberikan kepada adiknya.

Hari berikutnya, dua bersaudara itu menemukan gandum mereka juga tidak berkurang sedikitpun, dalam hati mereka sangat heran, tidak tahu apa yang telah terjadi, di malam hari, mereka kembali mengirim gandum satu sama lain secara diam-diam, dan hal itu berlanjut terus menerus selama beberapa hari.

Suatu malam, dalam kegelapan malam, hanya ada cahaya redup bulan dan bintang-bintang yang mengambang di langit, dua bersaudara itu membawa pikulan gandum di bahu mereka masing-masing. Meskipun tubuh mereka basah oleh keringat, tapi hati mereka dipenuhi dengan sukacita, akhirnya, mereka bertemu saat mengirim gandum. Ketika mereka memberitahukan alasan mereka untuk mengirimkan gandum, adalah demi satu sama lain, tidak bisa ditahan lagi, mereka menangis berpelukan. Keajaiban kasih dua bersaudara karena itu menjadi cerita yang indah.

Kemudian, Raja Daud mencari sebidang tanah untuk membangun Bait Suci, dan memilih ladang gandum dua bersaudara yang saling mengasihi ini, ini adalah ladang gandum Ornan yang terkenal dalam sejarah.

Untuk mengalahkan wabah, tanpa "kasih" tidak mungkin terjadi. Setiap perbuatan baik yang kecil, selalu dapat menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Jika Anda berbuat baik, dan orang-orang menertawakan Anda, serta berkata bahwa Anda memiliki motif tersembunyi. Tidak peduli bagaimanapun, selalu lakukan perbuatan yang baik; meskipun semua perbuatan baik yang Anda lakukan besok akan dilupakan, bagaimanapun, selalu lakukan hal-hal yang baik, karena satu orangn berbuat baik, seluruh dunia akan bersinar karenanya!


Jumat, 11 Juli 2014

Mencabut Bulu Untuk Ditukar Dengan Serangga



IlustrasiOrioles kecil mendengar suara orang tua yang berteriak menjual "satu helai bulu ditukar dua ekor serangga." Dia kemudian menahan sakit, mencabut sehelai bulu dari tubuhnya untuk ditukar dengan dua ekor serangga, dan melahap makanan enak itu.

Keesokan harinya, sang ayah berkata: "Nak, kita adalah burung yang bahagia, dengan sayap yang indah kita bisa menjadi semakin dekat dengan Sang Pencipta." Meskipun kecil Orioles mengangguk, tapi dalam hatinya tetap berpikir tentang serangga lezat itu. Pada hari ketiga, dia akhirnya dengan tegah mencabut tiga helai bulu berturut-turut untuk ditukar dengan enam ekor serangga, dan dia sangat senang. Sejak saat itu, ia telah menjadi pelanggan orang tua itu.

Namun tak lama kemudian, Orioles kecil mendapati bahwa kemampuan terbangnya jauh lebih menurun daripada dulu, namun dia tetap tidak mempedulikannya, dan masih mencabut bulunya untuk ditukar dengan serangga. Sampai suatu hari dia tidak bisa terbang lagi ......

Bulu pada sayap Orioles kecil sudah habis, dan orang tua itu juga sudah pergi. Akhirnya ia meninggal secara tragis dengan memendam kebencian.

ObrolanBanyak hal hanya bisa untuk memuasakan keinginan sesat manusia sesaat, namun harga yang harus dibayar terlalu berat. Orang yang memiliki pikiran rasional harus mempertimbangkan dengan hati-hati!

Ayat AlkitabIbrani 12:15-16, Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

Bercermin Pada Sejarah



* Roma Kuno 300 Tahun Menindas Orang Kristen, dan Binasa Karena Wabah.

Penderitaan Orang Kristen

Menurut catatan sejarawan Romawi Tacitus, kaisar Romawi kuno Nero, sengaja membakar kota Roma, dan kemudian menyalahkan orang-orang Kristen. Kemudian, Galerius juga melakukan cara yang sama, dalam waktu lima belas hari di istana kaisar di kota Nicomedia, ia membuat dua kali kebakaran, dan menuduh orang Kristen sebagai pelakunya, ini dilakukan untuk memaksa Kaisar Diocletian yang memerintah saat itu untuk menjatuhkan penganiayaan kejam pada orang-orang Kristen.

Pada tahun 64 M, di kota Roma terjadi kebakaran besar, kebakaran terjadi selama 6 hari penuh, dan menghancurkan gedung-gedung yang tak terhitung jumlahnya, rakyat kehilangan tempat tinggal dan mengungsi. Dikatakan bahwa kaisar Romawi Nero naik ke menara, bermain musik dan melantunkan puisi, sambil menonton api.
 
Demi untuk mengobarkan kebencian orang banyak kepada orang Kristen, sejumlah teoriawan Romawi membuat banyak rumor yang ditujukan kepada umat Kristen, seperti ketika orang-orang Kristen beribadah kepada Tuhan, mereka harus membunuh bayi dan minum darahnya, dan makan dagingnya, dan mengatakan bahwa orang Kristen gemar mabuk, inses, dan sebagainya, dengan begitu semua kejahatan masyarakat Romawi kuno telah dikenakan pada orang-orang Kristen.

Tahun itu, Nero telah memerintahkan untuk melemparkan banyak orang Kristen ke arena gladiator, para tokoh berkuasa Roma, sambil tertawa, menonton orang-orang ini dirobek dan dimakan hidup-hidup oleh binatang buas. Dia bahkan memerintahkan untuk mengikat banyak orang Kristen dengan tumpukan jerami, untuk membuat obor dan dijajar di taman, dan kemudian dinyalakan di malam hari, untuk menerangi pesta taman kaisar.
 
Doa terakhir Martir Kristen
(The Christian Martyrs Last Prayer)




Menggambarkan penindasan brutal dalam skenario Kekaisaran Romawi kepada orang Kristen: Pada pilar-pilar sekitar arena, sebelah kiri adalah orang Kristen yang menderita dan dibakar, di sebelah kanan adalah orang Kristen yang dihukum mati dengan disalib, di tengah-tengah adalah sekelompok orang Kristen yang akan dirobek oleh binatang buas.

Penganiayaan  Kaisar Aurelius kepada orang Kristen juga sangat brutal. Menurut keterangan sejarawan Thomas Schaaf, "mayat para martir, menutupi jalan-jalan: mayat-mayat mereka dimutilasi kemudian dibakar, tulang dan abu mereka yang tersisa dibuang ke sungai, sehingga mereka disebut 'musuh Allah' yang mencemarkan dunia."

Tahun 250 M, tiran Dionysius mengeluarkan perintah, memerintahkan orang Kristen di hari yang sudah ditetapkan "hari pertobatan", untuk melepaskan keyakinan mereka, jika tidak mereka akan menerima hukuman dari Gubernur setempat. Seorang pejabat pemerintah yang Kristen, akan dikirim ke perbudakan, atau disita harta bendanya; yang paling bersikeras akan dibunuh. Sebagai warga sipil, situasinya juga sangat tragis.

Tahun 303 M,  Kaisar Diocletian mengeluarkan dekrit lain, dimulainya, "Pemerintah kekaisaran Romawi meluncurkan penganiayaan agama terbesar" terjadi perusakan gereja dalam jumlah besar, menyita Alkitab, dan pembantaian kejam terhadap para pengInjil.

Dalam sejarah, penganiayaan terhadap perempuan Kristen sangat mengerikan. Beberapa peristiwa sejarah yang dijelaskan terjadi antara tahun 209-210, dikatakan bahwa para wanita saleh sering dipaksa untuk menghadapi cobaan yang berat, mereka harus memilih, keyakinan mereka atau kesucian mereka sendiri yang lebih penting.
 
Chistian Dirce




Istilah "Dirce", adalah kata ganti dari cara hukumam mati, "diikatkan pada sapi dan ditarik sampai mati" lukisan ini menggambarkan adegan penganiayaan terhadap orang Kristen di masa Romawi kuno.

Seperti diketahui banyak orang, sistem hukum di Kekaisaran Romawi kuno berkembang dengan baik, dan sistem pertahanannya sudah matang. Namun, sistem hukum yang kuat tidak mencegah penyalahgunaan penguasa dalam melakukan penganiayaan terhadap kepercayaan yang benar, sebaliknya hukum telah menjadi alat penguasa untuk menyiksa.

Pada zaman Romawi kuno, ada seorang gubernur bernama Pliny melaporkan kepada kaisar Trajan, "Siapapun yang dituduh sebagai orang Kristen, saya akan bertanya apakah mereka benar-benar orang Kristen, jika mereka mengakui, saya akan menakut-nakuti mereka dengan hukuman. dan kemudian diinterogasi lagi, jika mereka tetap bersikeras mengakui bahwa mereka adalah seorang Kristen, saya akan memerintahkan mengeksekusi mereka." Trajan dalam instruksi tertulis mengatakan, "Cara Anda dalam menangani kasus mereka yang dituduh sebagai orang Kristen, sangat tepat ......."

Dalam "kasus Cyprian dipenggal" yang terkenal kebusukannya, bapak gereja Cyprian menolak    untuk meninggalkan imannya dan menerima "rehabilitasi", pengadilan menganggap itu sebagai "mengerahkan kelompok penjahat secara diam-diam" dan "memusuhi para dewa Romawi," ia dinyatakan bersalah dan dihukum dipenggal.


Penganiayaan terhadap orang percaya tidak bisa dimengerti oleh orang yang memiliki hati nurani yang baik, karena itu keluar dari penguasa jahat yang pada hakekatnya cemburu, sewenang-wenang dan kejam. Secara historis, keKristenan kerap muncul di saat kemerosotan moral terjadi, dan hati manusia menjadi semakin jahat, sebab kekuatan yang baik akan memiliki dampak langsung terhadap kejahatan yang sudah berakumulasi sangat lama. Penganiayaan orang percaya, bukan hanya perwujudan pertempuran antara yang baik dengan kejahatan, tetapi juga pergumulan kejahatan sebelum kebinasaannya.

Saint Eulalia
penulis John William Waterhouse1849-1917, pelukis Inggris




Saint Eulalia (290-303M) adalah salah satu orang suci terkenal saat Kekaisaran Romawi menganiaya orang-orang Kristen, ketika ia meninggal masih berusia 13 tahun, "gadis ini adalah seorang Kristen yang sangat setia, dan selalu mempertahankan imannya." Dia melewati 13 jenis hukuman mati, termasuk digulung dengan pisau silinder, diamputasi, disalibkan, digantung pada kait menahan tiang sambil dibakar, dan akhirnya kepalanya dipenggal. Ketika dia meninggal, tiba-tiba turun salju dari langit, dan menutupi tubuhnya.

Dalam pandangan penguasa yang sewenang-wenang dan kejam, semua pemiikiran, keyakinan dan kelompok yang tidak sejalan dengan keinginannya merupakan "ancaman" yang serius, dan semuanya memiliki tujuan untuk menentang dan menyerang.

Kaisar Romawi Domitian telah memerintahkan penangkapan missal terhadap orang Kristen dan membunuh mereka, bahkan adik sepupunya sekeluarga juga tidak luput. Alasan Domitian menganiaya orang-orang Kristen adalah karena orang Kristen menolak untuk memanggilnya Allah. Kaisar ini tidak mau menuruti kebiasaan, menunggu setelah kematiannya baru disembah sebagai allah, namun selagi ia masih hidup, ia mengharuskan rakyat untuk menyebut dia "Tuhan kami, Allah kami"

Kaisar Diocletian untuk secara efektif menyatukan Kekaisaran Romawi, ia mengharuskan semua warga Negara Roma memeluk iman yang sama, karena itu Kristen menjadi kesulitan yang besar baginya. Maka, ia memerintahkan penghancuran gereja-gereja, dan orang Kristen dipaksa untuk memilih antara kemurtadan atau kematian.

KeKristenan dalam penyebarannya tetap mempertahankan keunikan iman mereka, dan menolak untuk melebur atau paralel dengan agama-agama lain, yang akhirnya menyinggung pembelah agama Romawi. Pada saat itu, dalam kota Romawi kuno menyembah banyak dewa dari bermacam-macam suku bangsa. Ada sangat banyak dewa-dewa jahat, dan pengikut dewa-dewa jahat itu sangat membenci iman yang benar.

Pada zaman Romawi kuno, orang Kristen memegang kehormatan, kesucian, kasih, perdamaian dan keadilan, dan saat itu hal-hal ini dianggap sebagai suatu idealisme yang tidak realistis. Karena kasih, orang-orang Kristen menolak untuk memasuki arena gladiator untuk menonton penjahat perang dan budak bertempur sampai mati, mereka bahkan memberikan pembebasan tanpa syarat kepada budak mereka. Banyak bapak gereja yang mengkritik kesenangan hidup mewah orang-orang Roma, yang menyebabkan ketidakpuasan besar dari beberapa orang. Kemurnian kehidupan pribadi Kristen dan kebejatan universal, serta suasana sosial boros Roma kuno membentuk suatu kontras yang kuat, sehingga membuat banyak orang, terutama mereka yang berkuasa merasa sebagai suatu ancaman besar.

Obor Nero
Nero's torches






Menggambarkan adegan kaisar Romawi Nero (37-68 M) dengan hukuman api menganiaya orang-orang Kristen. Penganiayaan kekaisaran Romawi terhadap orang Kristen, dari tahun 60-70 M, di Roma membunuh 12 murid Kristus, dimulai dari kedua rasul Petrus dan Paulus, dan terus berlangsung selama dua ratus tahun.

Pada zaman Romawi, Uskup Polikarpus dikirim pergi ke arena gladiator. Dan gubernur mengatakan, asalkan ia menyangkal Kristus di hadapan banyak orang, ia akan dilepaskan. Polikarpus mengatakan, "Selama 86 tahun ini saya telah melayani Tuhan saya, dan Dia tidak pernah memperlakukan saya dengan buruk, bagaimana saya bisa mempermalukan Raja yang telah menyelamatkan saya?" Gubernur bermaksud untuk membakar Polikarpus. Polikarpus berkata pelan, "Kamu ingin menakut-nakuti saya dengan api, kekuatan api itu hanya dapat membakar satu jam saja, tetapi Anda melupakan api neraka yang tidak dapat dipadamkan." Selanjutnya, sekelompok rakyat yang brutal maju, membakar ia hidup-hidup sampai mati.

Pada saat itu, banyak orang Kristen yang setia, mereka tidak hanya tidak mengeluh di dalam api, tapi memuji Tuhan mereka di dalam api. Semua ini tidak bisa dimengerti oleh masyarakat Romawi yang rusak dan tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah.

Datangnya Wabah

Sejarah keKristenan di Kekaisaran Romawi dianiaya selama hampir 300 tahun, tetapi itu juga adalah sejarah kemerosotan Kekaisaran Romawi dari kuat menjadi lemah. Seiring penganiayaan terhadap orang Kristen, Kekaisaran Romawi juga terus-menerus berperang melawan bencana alam dan wabah, situasi ekonomi yang memburuk, suku-suku Jermanik dan Kekaisaran Persia juga mulai menyerang daerah-daerah terpencil, dan Kekaisaran Romawi jatuh pada kemerosotan.

Kemenangan Dewa Maut
(The Triumph of Death), tahun 1562, oil on canvas, 117x162 cm, Prado Museum, Madrid, Spanyol




Selama periode ini sejumlah wabah terjadi di Roma. Skenario tragis ini membuat kenangan yang tak terlupakan di hati manusia.    Sejarawan Ivar Grey Gables menggambarkan dengan jelas tentang wabah yang menimpah manusia yang ia alami ini.
 
 "Pada beberapa orang, wabah itu mulai dari kepala, mata mengeluarkan darah, wajah membengkak, diikuti oleh ketidaknyamanan di tenggorokan, dan kemudian, orang-orang ini menghilang untuk selamanya dari kumpulan orang banyak....... Beberapa orang isi perutnya keluar; beberapa orang menderita penyakit pes, nanah meluap dan demam tinggi, orang-orang ini akan mati dalam waktu dua atau tiga hari. Ada beberapa orang yang terinfeksi wabah dan masih bisa bertahan selama beberapa hari, tetapi ada beberapa pasien akan meninggal dalam waktu beberapa menit setelah terjangkit wabah. Ada beberapa orang yang terinfeksi satu atau dua kali dan bisa pulih kembali, tetapi ketika mereka, untuk ketiga kalinya terinfeksi maka kematian akan segera mengikuti."

Di antara wilayah kekaisaran  Romawi yang menderita wabah untuk pertama kali adalah Mesir, kota pertama yang terjadi wabah adalah kota pelabuhan Mediterania, Pelusium. Daerah tersebut selalu menjadi titik invasi dari musuh-musuh Mesir. Persia, Suriah, Yunani, dan bahkan Alexander Agung sendiri, juga menginvasi Mesir dari sini. Tapi kali ini, "musuh" tidak muncul dengan mengenakan baju besi, tetapi tersembunyi pada tikus-tikus yang naik ke darat dan berlarian ke segala penjuru – wabah tiba dari selatan melalui Laut Merah dan sampai ke Pelusium,   melalui Terusan Suez, dan "menyerang" Roma.

Setelah menghancurkan Pelusium, wabah menyebar dengan cepat ke Alexandria, dan terus meluas ke seluruh wilayah Konstantinopel dan Kekaisaran Romawi. Satu per tiga dari jumlah seluruh penduduk ketiga Kekaisaran ini meninggal karena wabah besar yang pertama, namun di ibukota kekaisaran, lebih dari setengah dari penduduknya meninggal.

Wabah Bagi Justinian

saksi lain dari bencana besar,  John dari Efesus mengambarkan: "Rumah di segala penjuru, besar atau kecil, bagus atau cukup nyaman, semuanya dalam sekejap berubah menjadi kuburan bagi para penghuni rumah. Para tuan dan para hamba di dalam rumah, berbaring di kamar tidur masing-masing, dalam waktu yang sama, dalam kelemahan mereka dan tiba-tiba merasakan napas kematian."

"Di mana-mana, "karena tidak ada orang yang menguburkan, di jalan-jalan tergeletak mayat yang pecah, dan membusuk" semua tampak mayat memenuhi jalan,    sehingga semua orang yang melihat akan mendapat gambaran yang mengerikan dan mengejutkan. Perut mereka membengkak, dari mulut yang terbuka menyemprotkan semburan nanah, mata mereka merah, tangan terangkat ke atas. Mayat ditumpuk dengan mayat, di sudut, di jalanan, teras atau pintu gerbang, bahkan teras gereja, dan semuanya membusauk. "Dalam kabut tipis di lautan, ada beberapa kapal yang karena awaknya diserang murka Allah dan menjadi kuburan yang mengambang di atas gelombang."
 
John menyaksikan dengan mata kepala sendiri  bagaimana wabah menghancurkan kota, dan dengan kehancuran yang sama brutal menghancurkan desa. "Hari demi hari, kami sama seperti semua orang, mengetuk pintu kubur, jika malam tiba, kami akan berpikir bahwa kematian akan datang pada malam hari untuk mengambil hidup kami, Jika fajar datang, kami akan menghadapi  pintu kubur sepanjang hari."

"Kami melihat sebuah desa yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tanahnya ditutupi dengan mayat; suplai makanan di pinggir jalan manghitam, rasa kesepian dan penuh horror memenuhi hati setiap orang yang masuk ke dalam dan kemudian meninggalkan desa tersebut. Dan ternak yang ditinggalkan pemiliknya tersebar di pegunungan,  tanpa ada orang yang mengawasinya."
   
Wabah di Kuas Pelukis

Di Konstantinopel, John mencatat secara rinci kengerian dari bencana besar ini"Ketika bencana datang melanda kota ini, sasaran pertamanya yaitu kaum miskin yang tidur di jalan-jalan." ...... "pada hari itu, 5000-7000 orang, bahkan bisa mencapai12.000-16.000 orang yang meninggalkan dunia ini. karena itu hanya permulaan, pejabat pemerintah berdiri pelabuhan, persimpangan jalan dan gerbang kota untuk menghitung jumlah orang yang mati.

"Dengan begini, orang-orang Konstantinopel berada di ambang kepunahan, dan hanya segelintir orang yang selamat. Jika hanya memperhitungkan mereka yang meninggal di jalanjika ada orang yang ingin kami bisa mengatakan angka statistik kematian yang pernah dihitung dengan benar – ada lebih dari 300.000 orang yang tewas di jalan-jalan. Pejabat yang bertanggung jawab untuk menghitung jumlah orang-orang yang tewas, setelah sampai pada jumlah 230.000, mendapati bahwa sangat sulit untuk menghitung jumlah kematian, karena itu tidak lagi dihitung. Sejak saat itu, mayat tidak lagi dihitung, tapi langsung diseret keluar kota."

"Pihak berwenang dengan segera mendapati bahwa tidak ada cukup tempat untuk mengubur. Baik karena tidak adanya tandu mayat  maupun tidak adanya Penggali Kubur, mayat terpaksa ditumpuk di jalan-jalan, dan di seluruh kota tercium bau mayat."

"Kadang-kadang, ketika orang-orang sedang berhadap-hadapan untuk berbicara satu sama lain, mereka lalu mulai gemetar, dan kemudian roboh di jalanan atau di dalam rumah. Ketika seorang sedang memegang alat di tangan, dan duduk melakukan pekerjaan tangan, ia juga akan roboh ke samping, dan putus nyawahnya. Orang-orang pergi ke pasar untuk membeli beberapa barang kebutuhan, dan ketika ia berdiri untuk berbicara atau menhitung uang, kematian tiba-tiba menghantam si pembeli atau si penjual. Barang dan uang masih ada di antaranya, tetapi tidak ada si pembeli atau si penjual untuk mengambilnya. "
 
"Dilihat dari segala sisi, segala sesuatunya menjadi tidak berarti, dihancurkan, dan pada akhirnya hanya ada pemakaman yang sedih. Seluruh kota menjadi runtuhan, oleh karena itu, pasokan pangan ke dalam kota juga terputus. "

"Setelah tempat pemakaman habis terpakai, mayat dikuburkan di laut. Sejumlah besar mayat dikirim ke pantai. Di pantai, perahu-perahu penuh dengan mayat. Dalam setiap perlayaran, semua mayat dilemparkan ke dalam laut, dan kemudian perahu-perahu kembali ke pantai dan mengangkut mayat-mayat yang lainnya. "
 
"Jika berdiri di pantai, akan dapat melihat orang banyak memikul tandu, pertama-tama mengangkut dua atau tiga mayat ke pantai, dan kemudian kembali untuk mengangkut mayat-mayat lainnya. Orang yang lainnya menggunakan papan dan tongkat untuk mengangkut mayat  dan menempatkannya tumpukan demi tumpukan. Beberapa mayat karena sudah membusuk, dibungkus menjadi satu dengan sebuah tikar,  sehingga orang-orang mengangkut mayat-mayat itu dengan tongkat menuju pantai, dan membuang mayat-mayat yang penuh nanah itu ke dalam laut. "

"Ribuan mayat memenuhi seluruh pantai, seperti barang yang mengambang di sungai, dan nanah mengalir ke laut. Meskipun semua perahu bolak-balik, dan terus memuat dan membuang "barang mengerikan" ke laut, tapi tetap mustahil untuk membersihkan semua orang yang mati. Oleh karena itu, Kaisar Justinian memutuskan untuk mengambil cara baru untuk menangani mayat-mayat itu dibangun makam besar, masing-masing kuburan dapat menampung 70.000 mayat."  

"Orang-orang mengangkut dan membuang mayat ke dalam lubang raksasa itu, seperti tumpukan jerami, lapisan demi lapisan mayat dipadatkan. Sebagian orang yang berdiri di bagian dasar lubang, sementara yang lainnya berdiri di tepi lubang, orang yang terakhir melemparkan mayat seperti melemparkan batu ke dalam lubang, orang di bagian dasar lubang kemudian menangkap mayat dan kemudian menumpuk bergantian dengan arah berlawanan sebaris demi sebaris. "karena kurangnya ruang yang cukup, sehingga pria dan wanita, orang muda dan anak-anak disesakan bersama-sama, seperti anggur busuk yang diinjak-injak oleh banyak kaki. Kemudian, dari atas diturunkan lagi banyak mayat, begitulah mayat pria dan wanita bangawan, orang tua laki-laki dan perempuan, orang muda laki-laki dan perempuan, juga gadis kecil dan bayi bersama-sama dibuang ke bawah."

Wabah Ashdod
(The Plague of Ashdod),Nicolas Poussin (1594-1665), Prancis, tahun 1630




Bencana ini telah mengubah sejarah. Abad ke-6, kaisar Bizantium Justinian berencana untuk menaklukkan seluruh wilayah Kekaisaran Romawi kuno, termasuk daerah-daerah yang tersisa di sekitarnya, juga menduduki banyak wilayah Sisilia dan Spanyol. Namun, pada waktu itu, 542 M, yang adalah tahun ke 15 pemerintahan kaisar Justinian, terjadi ledakan wabah tersebutt. Wabah keluar dari Mesir, menyerang ibukota Bizantium, Konstantinopel, dan menyebar ke arah barat ke Eropa. Kaisar Justinian yang berusia 59 tahun juga terinfeksi wabah. Orang-orang di Konstantinopel, dari orang biasa sampai kaum bangsawan, menghabiskan tiga bulan dalam kesakit dan kegelisaan. Saat memasuki musim dingin gejala-gejala itu menjadi lebih mematikan dan berubah menjadi pneumonia menular. Ketika wabah epidemi mereda, korban tewas di dalam kota mencapai hingga 40% penduduknya. Dan membuat setengah dari penduduk tewas karena wabah, dan menghancurkan ambisi Justinian yang sudah dekat untuk dicapai, sejak saat itu, Kekaisaran Romawi menjadi tenggelam. 
  
John, demi supaya generasi mendatang mengetahui kekejaman wabah, dan demi supaya generasi mendatang mendapat contoh nyata dari masa lalu, di dalam pengalamannya yang menyakitkan ia menuliskan nasihatnya yang baik. "Setiap kerajaan, setiap wilayah kekuasaan, setiap daerah dan setiap kota yang kuat, dan seluruh penduduknya tidak satupun yang dapat luput dari tangan wabah. Karena itu, ketika saya (John dari Efesus), seorang yang tidak beruntung, sedang memikirkan untuk mencatat satu per satu hal ini menjadi berkas sejarah, sering kali pikiran saya terhambat oleh mati rasa. Dan lagi, karena berbagai alasan, saya ingin melupakan semuanya:  pertama-tama adalah karena meskipun semua lidah dijumlahkan, tetapi tetap tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi, selain itu, karena  seluruh dunia sedang gemetar, dan berjalan menuju kehancuran, ketika masa hidup sutu generasi menjadi sangat berkurang, bahkan meskipun bisa mencatat sebagian kecil dari peristiwa-peristiwa yang tidak terhitung banyaknya ini, juga untuk apa gunanya? Dan lagi, orang yang mencatat semua hal ini, juga mencatat semua hal ini untuk siapa?"

"Tapi kemudian saya berpikir lagi, dengan pena kami, sehingga generasi di masa depan mengetahui sebagian kecil dari banyak peristiwa dimana Allah menghukum kami, dan ini tidak akan salah. Mungkin, di tahun-tahun kami yang tersisa di bumi kemudian, keturunan kami akan mendapat kebijaksanaan karena melihat kengerian dan keterkejutan yang kami rasakan karena bencana yang kami alami akibat hukuman dosa kami, dan juga karena hukuman yang diterima oleh kami, orang-orang yang malang ini, sehingga mereka dapat menyelamatkan diri sendiri dari murka Allah dan penderitaan di masa depan."

Semoga, generasi memdatang bisa sadar sebelum mengalami pengalaman yang menyakitkan. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, kejahatan akan dibalas dengan kejahatan, ini adalah hukum universal.

Babel kuno yang megah dan indah, mengapa dalam sekejap mata seluruh negara mati karena penyakit menular yang ganas, kemudian seluruh daerahnya terbenam oleh badai pasir, dan tidak bangkit kembali? Kenapa Kekaisaran Romawi kuno yang jaya dan kuat tidak berdaya di hadapan wabah, dan akhirnya binasa? Kenapa Glorious Atlantis yang makmur, seluruhnya tenggelam ke dalam laut dan binasa?......... Berapa banyak kemakmuran hancur dalam sekejap, dan meninggalkan kisah sedih. Namun, generasi berikutnya tidak benar-benar memperhatikan pelajaran dari sejarah ini, karena itu jatuh semakin dalam dalam ketidaktahuan……