"Teruskan dengan
keparcayaanmu, aku tidak butuh!"
"Tuhanku adalah
presiden Mao."
"Aku adalah tuhan atas
diriku."
"Apa Tuhan bisa memberi
aku uang?"
"Setelah manusia mati,
tidak ada roh yang akan hidup selamanya."
"Aku ateis!"
"Tuhan menciptakan
manusia, manusia menghancurkan Tuhan."
Kalimat-kalimat di atas
adalah beberapa jawaban yang saya peroleh dari orang-orang di RRC ketika saya
mulai berbicara tentang Tuhan dan kehidupan kekal kepada mereka melalui QQ Liao
( sejenis YM milik Cina ).
Pada saat usia saya
kira-kira 12 tahun, suatu hari saya membaca tabloid rohani milik tante saya. Di
tabloid itu terdapat sebuah artikel tentang penganiayaan terhadap orang-orang
Kristen di Cina. Juga terdapat gambar wanita-wanita Cina yang berdoa sambil
menangis dan kedinginan karena mereka harus pergi ke gunung atau hutan-hutan
untuk bisa beribadah dan tidak tertangkap oleh pemerintah Cina. Waktu itu ada
sesuatu di hati saya ketika membaca artikel dan melihat gambar tersebut.
Sebagai anak remaja yang walaupun dibesarkan dalam sebuah keluarga "Kristen",
saya sama sekali tidak mengenal Tuhan, dan tidak tahu apa-apa tentang
perkara-perkara rohani. Orang tua saya, terutama mama, tidak pernah ke gereja.
Waktu kecil saya memang pernah dibawa ke gereja oleh nenek, namun gereja tempat
nenek berjemaat adalah sebuah gereja yang hanya menekankan pada doktrin dan
peraturan tanpa pengenalan akan Allah sama sekali. Sehingga waktu saya
merasakan sesuatu di hati saya ketika melihat gambar dan membaca artikel
tersebut, saya tidak tahu bawah saat itu Tuhan sedang menaruh beban di hati
saya untuk jiwa-jiwa di Cina. Sampai sekarang saya tidak bisa melupakan gambar
wanita Cina yang berambut pendek dan memakai jaket kuning yang sedang berdoa
dan menangis di alam terbuka di dalam tabloid itu.
Sejak saat itu, tiba-tiba
saya memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap bahasa Mandarin. Saya
memang berasal dari keluarga keturunan Tionghua, tapi saya tidak bisa dan tidak
tertarik sama sekali dengan bahasa Mandarin. saya ingat, dulu sewaktu saya
masih tinggal dengan nenek, nenek yang menguasai sedikit bahasa Mandarin,
berusaha mengajari saya untuk berhitung dalam bahasa Mandarin. Namun seberapapun
kerasnya nenek berusaha mengajari saya, saya tetap tidak bisa untuk berhitung
dalam bahasa Mandarin. Hanya untuk menghafal dari 1 – 10 saja, saya merasa
sulit sekali. Namun, sejak peristiwa gambar dan artikel itu, saya menjadi
sangat berminat dengan bahasa Mandarin. Saya berusaha dengan segala cara untuk
belajar bahasa Mandarin. Mulai dari miminjam buku pelajaran Mandarin dari
teman, sampai belajar pengucapannya dengan mendengarkan lagu-lagu Mandarin,
sementara teks lagu yang ada di kaset saya gunakan untuk belajar mengenal
huruf-huruf Mandarin.
Dalam belajar bahasa
Mandarin, saya sama sekali tidak mendapat dukungan dari keluarga. Sebaliknya,
entah apa sebabnya mereka sangat menentang saya. Papa pernah marah dan berkata:
"Lu nanti jadi gila kalau belajar macem-macem." Kakak perempuan papa
juga tidak mau ketinggalan menghina saya. Suatu hari waktu saya membantu
berjualan di tokonya, dia tiba-tiba mendekati saya dan berkata: "Lu pikir
lu anaknya apa mau belajar macem-macem?" tapi saya hanya diam, tidak
menjawabnya sepatah katapun. Mama yang kebetulan berada di dekat situ dan
mendengar apa yang dikatakan kakak perempuan papa, merasa sakit hati. Tapi dia
juga tidak berani menjawab kakak perempuan papa. Setelah tante saya itu masuk
ke dalam rumah, – tante membangun halaman rumahnya menjadi toko – mama berkata
kepada saya: "Kenapa lu nggak mau jawab, lah wakoh lihat papa itu manusia
apa binatang? Kok pakai Tanya Lily anaknya apa?" ( Wakoh adalah sebutan
suku Tionghua untuk kakak perempuan papa ).
Walaupun dalam
perjalanannya, di masa remaja, saya sempat sangat membenci Kekristenan. Hal itu
sebagian besar disebabkan oleh cara hidup keluarga saya yang menyebut diri
Kristen, tapi perbuatannya jauh lebih jahat dibandingkan keluarga teman saya
yang menyembah berhala. Saat saya melihat kakak perempuan papa yang begitu
kelihatan rohani di gereja, tetapi menjadi begitu jahat ketika berada di rumah.
Sampai-sampai saya berkata tentang tante saya itu, "Kalau dia di gereja,
malaikat sampai minder lihat dia yang begitu rohani Tapi, kalau dia di rumah,
ganti setan yang minder melihat dia begitu jahat." Belum lagi papa, yang
sejak saya kelas 5 atau 6 SD jadi rajin ke gereja, juga terkadang membaca
Alkitab di rumah, tapi tiada hari tanpa marah dan kata-kata kotor keluar dari
mulutnya. Perbuatan mama tidak kalah munafiknya dengan papa dan tante. Mama
yang meskipun tidak pernah ke gereja dengan alasan gerejanya jauh, dan tidak
mau ke gereja bersama papa karena gereja papa yang dekat berbeda denominasi
dengan gerejanya, namun mama tetap rajin melaksanakan "perintah-perintah
agamanya". Setiap jumat petang, mama akan berlutut di samping tempat tidur
untuk berdoa pembukaan sabat. Dan pada sabtu petang mama kembali berlutut di
samping tempat tidur untuk berdoa penutupan sabat. Mama juga sangat menuruti
perintah tentang binatang yang haram dan yang tidak haram yang terdapat dalam
kitab Imamat 11, sehingga dia akan sangat marah jika mencurigai anak-anaknya
telah memakan salah satu dari "binatang haram" tersebut. Walaupun
mama begitu fanatik dengan perintah-perintah agamanya, namun dihatinya sama
sekali tidak ada Tuhan. Di hati mama hanya ada uang dan kesenangan hidup. Dan
itu yang membuat mama hampir setiap hari selalu bertengkar dengan papa. Itu
semua adalah factor utama yang membuat saya pada akhirnya membenci keKristenan
dan juga pribadi Yesus. Karena saya berpikir jika orang-orang Kristen begini
jahat, pasti Tuhan mereka juga jahat, sehingga menghasilkan pengikut-pengikut
yang begitu jahat.
Karena saya begitu membenci
keKristenan, sampai-sampai saya ingin pindah ke agama teman saya yang menyembah
berhala, karena saya ingin "menjadi baik" seperti keluarga mereka,
bukan jahat seperti keluarga saya. Sampai saat itu saya masih ingat gambar dan
artikel tentang wanita-wanita Kristen Cina yang berdoa sambil menangis itu.
Tapi kesan yang timbul di hati saya ketika mengingatnya kembali berbada 180°
dari kesan yang timbul ketika saya untuk pertama kali melihat gambar dan
artikel tersebut. Seletah saya menjadi pembenci keKristenan, kesan yang timbul
di hati saya ketika mengingat kembali gambar dan artikel itu adalah:
"Pantas pemerintah Cina menganiaya mereka, karena pasti mereka juga adalah
orang-orang yang jahat." Dalam pemikiran saya waktu itu, semua orang
Kristen adalah jahat seperti keluarga saya.
Prasangka saya bahwa semua
orang Kristen jahat dan munafik "diteguhkan" oleh perbuatan anggota
persekutuan doa yang di adakan oleh kakak perempuan papa. – Setiap bulan di
rumah kakak perempuan papa diadakan persekutuan doa – Setiap kali ada pesta Natal atau pesta yang
lain, maka jumlah orang yang hadir di persekutuan doa menjadi sangat banyak,
sampai harus duduk di teras karena di dalam rumah sudah penuh sesak. Setiap
kali ada pesta Natal
atau pesta yang lain, tante selalu meyediakan hidangan prasmanan dengan
bermacam-macam menu, sedangkan pada persekutuan doa biasa, makanan hanya
dibagikan dalam piring. Hal itu selalu membuat saya yang selalu mengamati dari
luar persukutuan doa itu merasa "kagum", mengapa saat makanan
berlimmpah, secara ajaib anggota persekutuan doa juga mengalami pertumbuhan.
Belum lagi saya pernah melihat 2 orang ibu anggota persekutuan doa itu yang
berebutan kue. Mereka saling menarik piring tempat kue itu diletakan. Meski
salah satu ibu akhirnya mengalah dengan melepaskan piring itu, namun itu sudah
cukup untuk menambah keyakinan saya bahwa sebenarnya tujuan mereka datang persekutuan
doa hanyalah demi makanan.
Saya tetap sangat menyukai
bahasa Mandarin dan tetap berusaha belajar untuk bisa menguasai bahasa
tersebut. Namun itu hanya menjadi sebuah ambisi dalam hidup saya. Saya sama
sekali tidak peduli akan Tuhan atau pun hal-hal rohani. Saya memilik keinginan
untuk bisa sekolah kedokteran di Cina, karena itu saya berusaha belajar sampai
larut malam untuk bisa mendapat beasiswa agar bias mewujudkan impian saya,
menjadi seorang dokter yang fasih berbahasa Mandarin. Namun ternyata Sang
Penulis kehidupan sudah menuliskan cerita yang berbeda dari yang saya harapkan.
Pada usia 16 tahun,
tiba-tiba saya mengalami kelumpuhan hampir di seluruh tubuh saya. Hampir 1
tahun setelah saya lumpuh, saya mengenal seorang teman yang secara rutin mengunjungi
saya. Tidak seperti orang-orang lain yang datang untuk mendoakan saya kemudian
mulai mengurui saya bahkan menuduh saya sudah berbuat dosa sehingga Tuhan
menghukum saya dengan kelumpuhan, teman saya ini setiap kali mengunjungi saya,
hanya duduk di samping saya, dan kadang menceritakan pengalaman-pemngalamannya
dengan Tuhan, dia tidak pernah sekalipun berusaha untuk mengurui saya. Saat
itulah hati saya tersentuh. Dan saya ingin mengenal Tuhan seperti yang dia
kenal. Saya mulai belajar berbicara dengan Tuhan seperti dia berbicara dengan
Tuhan. Sampai saya akhinya juga dapat mengenal dan mengasihi Yesus seperti juga
dia mengenal dan mengasihi Yesus. Saya percaya pertemuan kami bukan sesuatu
yang kebetulan. Tapi Allah punya rencana dengan mempertemukan kami. Karena di
dalam Tuhan tidak ada satu pun yang kebetulan.
Setelah saya mengenal Yesus
secara pribadi, di dalam hati saya timbul keriduan yang besar untuk
memberitakan Injil, terutama untuk orang-orang di Cina. Saat itu saya baru
mengerti bahwa mungkin kesan yang timbul di hati saya ketika melihat artikel
dan gambar orang-orang Kristen di Cina yang teraniaya adalah karena Tuhan
memang menaruh beban di hati saya untuk jiwa-jiwa di Cina. Dan memang setelah
mengalami penghinaan dari keluarga karena saya belajar bahasa Cina, akhirnya
Tuhan sendiri mempelengkapi saya untuk panggilanNya itu. Pada saat tangan saya
yang lumpuh sudah mulai bisa saya gunakan untuk menulis, tante-tante dari
gereja Katolik yang membiayai saya selama saya tinggal di yayasan – sejak saya
lumpuh saya tinggal di sebuah yayasan – menawari saya untuk les Mandarin,
karena mereka melihat saya sangat menyukai bahasa Mandarin dan sering belajar
sendiri bahasa Mandarin dari buku teman yang saya foto copy. Tentu saja saya
menerima dengan sangat senang tawaran mereka, maka mulailah saya bisa belajar
bahasa Mandarin dengan cara yang benar.
Sementara itu kerinduan saya
untuk bisa memberitakan Injil terutama untuk jiwa-jiwa di Cina terus timbul di
hati saya. Tapi dengan tubuh yang lumpuh ini apa yang bisa saya lakukan untuk
menjangkau jiwa-jiwa? Saya berdoa, bertanya kepada Tuhan apa yang harus saya
lakukan untuk memberitakan Injil dengan kondisi saya yang terbatas ini. Dan
akhirnya saya menemukan suatu cara yang saya percaya itu dari Tuhan untuk bisa
memberitakan Injil sampai ke "ujung dunia" meskipun saya terbelenggu
oleh kursi roda ini, dan sama sekali tidak bisa keluar rumah.
Suatu malam saya duduk di
teras rumah. Saat akan didorong masuk ke kamar, saya melewati televisi yang
sedang menyala. Saya tidak tahu acara apa yang sedang mereka tonton, karena
dari tadi sore saya duduk di teras. Namun saat saya lewat, televisi itu sedang
menayangkan gambar sebuah botol berisi kertas yang terdampar di pantai yang
berpasir. Saat itulah saya mendapatkan ide, saya akan menulis ayat-ayat Alkitab
dalam beberapa bahasa, memasukannya dalam botol dan membuangnya ke laut, agar
saya bisa memberitakan Injil sampai ke "ujung dunia" tanpa harus
keluar rumah. Kebetulan saat itu yayasan tempat saya tinggal banyak menanpung
anak-anak dari NTT untuk bekerja di Surabaya.
Sehingga jika ada anak yang pulang kampung, saya bisa menitipkan botol-botol saya
untuk mereka buang ke tengah laut saat mereka berada di atas kapal. Saya juga
memilih botol-botol plastik dengan ukuran tertentu, agar orang yang saya titipi
mudah membawanya, dan karena botol plastik, dia tidak akan pecah jika terbawa
ombak dan membentur karang.
Sekarang persoalannya
tinggal bagaimana cara mendapatkan Alkitab dalam bahasa asing? Menerjemahkan
sendiri Alkitab ke bahasa Mandarin saya tidak bisa, meskipun saya sudah les
bahasa Mandarin. apalagi untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau
bahasa lainnya, itu terasa sangat mustahil bagi saya. Sedangkan jika saya harus
membeli Alkitab bahasa lain, saya tidak punya uang, dan tidak ada orang yang
bisa saya mintai tolong untuk membeli. Untunglah saya mempunyai buku Joice
Meyer tentang kesembuhan dalam bahasa Inggris pemberian seorang teman. Saya
membolak-balik buku itu untuk mencari ayat-ayat berbahasa Inggris yang sekiranya
cocok untuk penginjilan. Setelah
menemukan beberapa ayat yang saya rasa cocok, saya menuliskannya pada selembar
kertas beserta terjemahan Indonesiannya.
Kemudian saya mencoba
menelpon took-toko buku rohani untuk mencari tahu harga Alkitab Mandarin. Saya
ingin Alkitab dengan huruf Mandarin yang simple – huruf Cina ada dua versi,
tradisional dan simple – juga lengkap ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Namun beerapa took buku yang saya telpon, tidak ada satu pun yang menjual
Alkitab seperti yang saya inginkan. Jika Alkitabnya memakai huruf simple, hanya
ada yang perjanjian baru saja. Sedangkan yang lengkap ada Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru tulisannya mengunakan huruf yang tradisional. Selain itu
harganya pun menurut saya sangat mahal jika diukur dari uang yang saya miliki
saat itu. Akhirnya saya nekat untuk minta tolong pada guru les Mandarin saya
untuk mencarikan Alkitab berbahasa Mandarin yang dicetak dengan huruf Cina
simple yang lengkap ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru karena hanya beliau
satu-satunya orang yang saya kenal yang bisa berbahasa Mandarin. Meskipun saya
tidak berharap banyak beliau dapat menemukan Alkitab yang saya inginkan karena
beliau bukanlah orang Kristen.
Ternyata guru les saya
bersedia mencarikan Alkitab seperti yang saya inginkan. Beliua selalu singgah
jika melewati took buku rohani Kristen jika sedang dalam perjalanan untuk
mengajar ke rumah-rumah. Seletah beberapa lama melakukan pencarian Alkitab
tanpa hasil, akhirnya guru saya sampai ke took buku Maranata. Beliau masuk, dan
bertanya kepada penjaganya, apakah di sini ada Alkitab bahasa Mandarin. si
penjaga menunjuk ke lantai atas, dan segera guru saya menuju ke lantai atas.
Sesampainya di lantai atas, beliau mencari-cari, tapi tidak menemukan Alkitab
seperti yang saya ingini. Akhirnya beliau memutuskan untuk pulang saja. Saat
menuruni tangga untuk keluar dari took buku, beliau melihat di lantai bawah
pada salah satu rak di antara buku-buku Alkitab bahasa Mandarin. beliau
mendekati Alkitab terseut dan melihat isinya, ternyata persis dengan yang saya
inginkan, berisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan tulisan huruf Cina
simple. Hanya tinggal 2 buah. Harganya pun tidak terlalu mahal, 40,000 di
diskon 25%, sehinggah harganya menjadi hanya 30,000. Sepertinya Tuhan memang
menyediakan Alkitab itu untuk saya. Guru les saya menemukannya secara
"kebetulan" setelah sekian lama mencari, dan harganya pun tidak
sampai membuat seluruh uang saya terkuras habis.
Setelah saya mendapatkan
Alkitab Mandarin, saya segera menulis ayat-ayat dalam bahasa Indonesia,
Mandarin, dan Inggris – yang saya ambil dari buku Joice Mayer – dan memfoto
copy untuk memperbanyaknya, kemudian memasukannya ke dalam botol plastik yang
saya kumpulkan. Jika saya tidak bisa mendapatkan botol plastik bekas, saya
terpaksa membeli air mineral dalam botol 330ml, meminum airnya, dan mengisi
botolnya yang sudah kosong dengan kertas berisi ayat-ayat Alkitab yang sudah
saya foto copy. Untuk dititipkan untuk dibuang ke laut jika ada anak-anak di
yayasan saya yang akan pulang ke NTT. Setelah saya bergabung dengan gereja
Mawar Sharon dan cell grup, maka ada
seorang teman cell grup, ce Susan,
yangmembantu saya untuk mengumpulkan botol-botol plastik, sehinggah saya tidak
perlu sering-sering membeli air mineral untuk diambil botolnya. Saya melakukan
pengInjilan botol dari tahun 2005 sampai tahun 2010, karena sejak tahun 2009
yayasan tempat saya tinggal sudah tidak menerima orang baru baik dari NTT
maupun dari Jawa. Oleh sebab itu, anak NTT yang bisa saya titipin botol untuk
dibuang ke laut semakin berkurang, dan akhirnya habis sama sekali.
Mulai tahun 2010 saya
mencoba pengInjilan melalui internet. Karena di tahun 2010 Tuhan memberi saya
sebuah laptop melalui uncle Hugh dan teman saya Eileen. Saya membuat akun
Facebook, tujuannya untuk mengInjili orang-orang secara acak, siapa saja yang
bisa saya Injili, dan mencoba menemukan teman saya yang sudah lama tidak kabar
beritanya. Namun ternyata Facebook terlarang di Cina. Saya baru mengetahuinya
setelah teman saya, ce Susan pulang dari Cina. Tidak heran selama ini saya
tidak bisa menemukan orang-orang yang tinngal di Cina melalui Facebook. Selama
ini yang saya temukan hanya orang Taiwan atau orang Hongkong. Dari ce
Susan pula saya tahu bahwa untuk berhubungan di dunia maya, orang-orang di Cina
biasa mengunakan QQ, jadi akhirnya saya pun menbuat akun di QQ.
Di QQ mail ada yang disebut piaoliu ping ( botol hanyut ). Kita bisa
menuliskan apa saja di botol kita dan membuangnya ke laut. Botol kita akan
masuk secara acak ke piaoliu ping beberapa
orang. Setiap hari maksimal kita bisa melempar 6 botol ke laut, dan setiap hari
juga ada 6 botol yang masuk secara acak ke piaoliu
ping kita. Kita bisa merespon botol-botol yang masuk, atau membuangnya
kembali ke laut. Dengan piaoliu ping
inilah saya bisa mengInjili orang-orang di Cina. Saya biasa menulis ayat firman
Tuhan atau kata-kata motifasi pada botol-botol yang saya lempar ke laut. Saya
tahu Tuhan sudah membukakan media pengInjilan yang baru untuk saya. Karena itu
saya selalu berusaha berbicara tentang Tuhan kepada orang-orang yang merespon
botol saya, ataupun yang botolnya masuk ke piaoliu
ping saya.
Selama ini saya selalu
merasa begitu mengasihi orang-orang Cina yang terhilang karena tidak mengenal
Tuhan itu. Bahkan saya sangat rindu untuk menjadi misionaris ke Cina dan
memberitakan Injil kepada mereka. Namun keadaan saya yang lumpuh tidak
memungkinkan untuk pergi ke mana pun untuk memberitakan Injil. Saya begitu
bersemangat karena mengetahui lewat QQ saya bisa berhubungan dan memberitakan Injil
kepada orang-orang di Cina. Karena itu melalui QQ saya menerima siapa saja yang
ingin menjadi teman saya.
Setelah beberapa bulan saya
melakukan pengInjilan melalui QQ, saya mulai merasa malas dan bosan untuk terus
online. Saya merasa agak kaget mendapati banyak orang yang berlaku tidak sopan
di dunia maya. Saya memeng pernah mendengar bahwa kebanyakan orang yang berhubungan
melalui dunia adalah untuk melakukan hal-hal yang tidak sopan. Namun saya belum
pernah mengalaminya sendiri. Sebab selama mengenal dunia maya, saya tidak
pernah mau berhubungan dengan orang-orang yang tidak saya kenal di dunia nyata.
Tetapi karena melalui QQ saya bersedia menerima siapa saja yang ingin menjadi
teman saya, akhirnya saya mendapati sendiri begitu banyaknya orang yang berlaku
tidak sopan di dunia maya. Jika saya mulai berbicara tentang Tuhan, banyak
orang yang menjawab dengan kata-kata kasar. Namun itu tidak menjadi masalah
untuk saya. Sebab saya tahu, hanya Tuhan yang sanggup membuka hati seseorang
untuk menerima Injil. Yang membuat saya tidak tahan adalah ketika seseorang
membicarakan hal-hal porno kepada saya, bahkan ada yang mengirimkan gambar
porno. Jika sudah demikian, saya tidak tahan untuk segera offline, dan tidak
ingin online lagi. Karena takut bertemu orang-orang seperti itu lagi.
Melalui kejadian itu, saya
baru menyadari, ternyata saya tidak mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang tersebut
seperti yang selama ini saya pikirkan. Selama ini saya berpkir saya begitu
mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang tersebut sampai saya rela mati untuk mereka
agar mereka diselamatkan. Tetapi ternyata hanya karena perkataan mereka yang
tidak sopan, saya jadi malas berhubungan dengan mereka. Di sinilah kadar kasih
saya yang sesungguhnya diuji.
Saat saya merasa tidak ingin
online lagi, saya teringat akan para misionaris di Cina. Mereka harus
meninggalkan segalanya di tanah asal mereka, dan tinggal di tengah-tengah
masyarakat asing yang tidak mengenal Tuhan. Tantangan yang mereka hadapi pasti
jauh lebih besar daripada yang saya hadapi. Mereka tidak mungkin mundur walau
harus menghadapi tantangan sebesar apapun. Mereka juga tidak bisa pulang ke
negara asalnya sewaktu-waktu saat mereka merasa jenuh terhadap masyarakat di
sekitar mereka. Berbeda dengan saya, saya bisa offline sewaktu-waktu jika sudah
merasa jenuh dengan jawaban orang-orang yang saya Injili.
Akhirnya saya Cuma bisa
minta pertolonga Roh Kudus jika sudah mulai merasa jenuh untuk terus online dan
mengInjili mereka. Saya harus selalu bergantung kepada Roh Kudus bagaimana cara
menghadapi terutama cara memberi jawaban kepada orang-orang di Cina yang saya
Injili. Selain itu saya harus menguatkan tekad saya karena hanya dengan cara
ini saya bisa memberitakan Injil. Bagaimanapun juga, saya harus mengunakan
secara maksimal kasih karunia yang Tuhan berikan kepada saya. Yaitu dengan
berusaha melakukan yang terbaik semampu saya. Saya percaya apa yang lakukan
tidak akan sia-sia. Suatu hari akan ada orang-orang Cina yang bertobat karena
mendengar Injil dari QQ. Dan mungkin hal kecil yang saya lakukan ini adalah
bagian dari rencana Tuhan yang besar untuk Cina. Saya tidak tahu apa yang akan
dan sanggup Tuhan lakukan untuk Cina, karena saya percaya Tuhan sangat
mencintai Cina. Tidak kebetulan Tuhan membuat bangsa Cina sebagai suku bangsa
terbesar di dunia. Tuhan pasti juga punya rencana yang besar untuk bangsa Cina
bagi kemulianNya. Saat ini yang menjadi tugas saya adalah setia dengan apa yang
menjadi bagian saya, dan Tuhan yang akan melakukan bagianNya. Impian saya
adalah, kebangunan rohani yang terjadi di Shandong tahun 1930 an kembali terjadi,
bahkan melandah seluruh Cina. Karena tiada yang mustahil bagi Allah.