Pada permulaan
Dinasti Han, suku bangsa Xiong Nu dari utara sering memasuki perbatasan. Bangsa
Xiong Nu adalah suku bangsa nomaden yang tinggal di padang rumput, mereka sering memasuki wilayah
Han untuk merampas ternak dan hasil pertanian rakyat. Karena itu, Kaisar Han
lalu mengutus seorang duta pada tahun 100 SM untuk menjalin persahabatan dengan
orang-orang Xiong Nu. Duta besar ini bernama Su Wu ( 140SM – 60 SM ).
Tetapi,
musuh tidak mau berdamai. Sebaliknya mereka menyuruh untuk Su Wu menyerah.
Namun Su Wu tetap teguh dalam pendiriannya. Dia tidak mau menyerah kepada
orang-orang Xiong Nu. Karena itu, mereka menahan Su Wu dan tidak membiarkannya
kembali ke negaranya. Mereka menyuruhnya bekerja sebagai gembala kambing.
Su Wu
tinggal di daerah Xiong Nu selama 19 tahun. Seluruh rambut dan jenggotnya sudah
menjadi putih. Tetapi Su Wu tetap tidak mau menyerah.
Suatu
hari, saat Raja Xiong Nu pergi berburu, dia melihat seorang tua berambut putih
sedang menggembalakan kambing di padang
rumput. Dia baru teringat kejadian 19 tahun yang lalu. Dia mendekati Su Wu
sambil berkata, “ Aku sungguh kagum kepadamu, aku paling menghormati seorang
pahlawan yang memiliki watak tidak kenal menyerah. Aku menyetujui permintaan
perdamaianmu. Sekarang kamu bisa kembali ke negerimu.”
Karena ketekunan dan kesetiaan Su
Wu, akhirnya raja Xiong Nu melepaskannya. Ia mengutus orang mengikuti Su Wu
untuk kembali ke Kerajaan Han dan berdamai dengan Kerajaan Han.
Kita juga adalah duta-duta kerajaan
Allah yang Ia utus ke dalam dunia ini untuk mendamaikan dunia dengan diriNya.
Tugas kita sebagai duta kerajaan Allah tidaklah mudah. Banyak tantangan yang
harus kita hadapi. Yesus berkata: “Dalam
dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah
mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33)
Namun, banyak orang Kristen yang
tidak sadar bahwa mereka adalah duta kerajaan Allah bagi dunia ini. Mereka
hidup selayaknya mereka memang berasal dari dunia ini. Mereka hidup mengikuti
cara-cara dunia. Kita melihat banyak orang Kristen yang memiliki standar yang
sama dengan dunia, bahkan yang lebih parah, ada orang Kristen yang memiliki
standar yang lebih rendah dari dunia. Cara mereka bekerja, bergaul, memilih
jodoh, berbicara, bahkan berpakaian, semua mengikuti standar dunia. Mereka
telah terseret oleh arus dunia ini.
Allah mengutus kita untuk menjadi
terang dan garam bagi dunia. Kegelapan tidak berkuasa atas terang. Begitu
terang hadir, kegelapan, segelap apa pun itu akan langsung lenyap. Begitu juga
dengan garam. Garam akan memberi rasa dimanapun ia ditempatkan. Bukan makanan
yang memberi rasa kepada garam. Tetapi garamlah yang memberi rasa pada makanan.
Selezat apa pun suatu masakan, tanpa garam, tetap makanan itu tidak akan enak
dimakan.
Kita harus tahu dan setia kepada tugas
yang Allah berikan kepada kita, yaitu menjadi duta Allah. Jika kita setia, dan
hidup kita berbeda dengan dunia, maka dunia akan mengenal Allah melalui kita.
Alkitab berkata: “Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu di sorga.” (Matius 5:16)
Melalui kitalah dunia akan mengenal
Allah. Juga karena kitalah dunia akan menolak Allah. Karena itu, biarlah kita
menjadi duta yang setia, yang mendatangkan kesembuhan bagi dunia dimana Allah
telah mengutus kita, dengan membawa
dunia untuk mengenal Allah yang benar. Dan mendamaikan dunia dengan Allah.
Utusan orang fasik menjerumuskan orang ke
dalam celaka, tetapi duta yang setia mendatangkan kesembuhan.
( Amsal 13:17 )