Kamis, 20 Desember 2012

Penginjilan QQ


"Teruskan dengan keparcayaanmu, aku tidak butuh!"

"Tuhanku adalah presiden Mao."

"Aku adalah tuhan atas diriku."

"Apa Tuhan bisa memberi aku uang?"

"Setelah manusia mati, tidak ada roh yang akan hidup selamanya."

"Aku ateis!"

"Tuhan menciptakan manusia, manusia menghancurkan Tuhan."

Kalimat-kalimat di atas adalah beberapa jawaban yang saya peroleh dari orang-orang di RRC ketika saya mulai berbicara tentang Tuhan dan kehidupan kekal kepada mereka melalui QQ Liao ( sejenis YM milik Cina ).
Pada saat usia saya kira-kira 12 tahun, suatu hari saya membaca tabloid rohani milik tante saya. Di tabloid itu terdapat sebuah artikel tentang penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di Cina. Juga terdapat gambar wanita-wanita Cina yang berdoa sambil menangis dan kedinginan karena mereka harus pergi ke gunung atau hutan-hutan untuk bisa beribadah dan tidak tertangkap oleh pemerintah Cina. Waktu itu ada sesuatu di hati saya ketika membaca artikel dan melihat gambar tersebut. Sebagai anak remaja yang walaupun dibesarkan dalam sebuah keluarga "Kristen", saya sama sekali tidak mengenal Tuhan, dan tidak tahu apa-apa tentang perkara-perkara rohani. Orang tua saya, terutama mama, tidak pernah ke gereja. Waktu kecil saya memang pernah dibawa ke gereja oleh nenek, namun gereja tempat nenek berjemaat adalah sebuah gereja yang hanya menekankan pada doktrin dan peraturan tanpa pengenalan akan Allah sama sekali. Sehingga waktu saya merasakan sesuatu di hati saya ketika melihat gambar dan membaca artikel tersebut, saya tidak tahu bawah saat itu Tuhan sedang menaruh beban di hati saya untuk jiwa-jiwa di Cina. Sampai sekarang saya tidak bisa melupakan gambar wanita Cina yang berambut pendek dan memakai jaket kuning yang sedang berdoa dan menangis di alam terbuka di dalam tabloid itu.
Sejak saat itu, tiba-tiba saya memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap bahasa Mandarin. Saya memang berasal dari keluarga keturunan Tionghua, tapi saya tidak bisa dan tidak tertarik sama sekali dengan bahasa Mandarin. saya ingat, dulu sewaktu saya masih tinggal dengan nenek, nenek yang menguasai sedikit bahasa Mandarin, berusaha mengajari saya untuk berhitung dalam bahasa Mandarin. Namun seberapapun kerasnya nenek berusaha mengajari saya, saya tetap tidak bisa untuk berhitung dalam bahasa Mandarin. Hanya untuk menghafal dari 1 – 10 saja, saya merasa sulit sekali. Namun, sejak peristiwa gambar dan artikel itu, saya menjadi sangat berminat dengan bahasa Mandarin. Saya berusaha dengan segala cara untuk belajar bahasa Mandarin. Mulai dari miminjam buku pelajaran Mandarin dari teman, sampai belajar pengucapannya dengan mendengarkan lagu-lagu Mandarin, sementara teks lagu yang ada di kaset saya gunakan untuk belajar mengenal huruf-huruf Mandarin.
Dalam belajar bahasa Mandarin, saya sama sekali tidak mendapat dukungan dari keluarga. Sebaliknya, entah apa sebabnya mereka sangat menentang saya. Papa pernah marah dan berkata: "Lu nanti jadi gila kalau belajar macem-macem." Kakak perempuan papa juga tidak mau ketinggalan menghina saya. Suatu hari waktu saya membantu berjualan di tokonya, dia tiba-tiba mendekati saya dan berkata: "Lu pikir lu anaknya apa mau belajar macem-macem?" tapi saya hanya diam, tidak menjawabnya sepatah katapun. Mama yang kebetulan berada di dekat situ dan mendengar apa yang dikatakan kakak perempuan papa, merasa sakit hati. Tapi dia juga tidak berani menjawab kakak perempuan papa. Setelah tante saya itu masuk ke dalam rumah, – tante membangun halaman rumahnya menjadi toko – mama berkata kepada saya: "Kenapa lu nggak mau jawab, lah wakoh lihat papa itu manusia apa binatang? Kok pakai Tanya Lily anaknya apa?" ( Wakoh adalah sebutan suku Tionghua untuk kakak perempuan papa ).
Walaupun dalam perjalanannya, di masa remaja, saya sempat sangat membenci Kekristenan. Hal itu sebagian besar disebabkan oleh cara hidup keluarga saya yang menyebut diri Kristen, tapi perbuatannya jauh lebih jahat dibandingkan keluarga teman saya yang menyembah berhala. Saat saya melihat kakak perempuan papa yang begitu kelihatan rohani di gereja, tetapi menjadi begitu jahat ketika berada di rumah. Sampai-sampai saya berkata tentang tante saya itu, "Kalau dia di gereja, malaikat sampai minder lihat dia yang begitu rohani Tapi, kalau dia di rumah, ganti setan yang minder melihat dia begitu jahat." Belum lagi papa, yang sejak saya kelas 5 atau 6 SD jadi rajin ke gereja, juga terkadang membaca Alkitab di rumah, tapi tiada hari tanpa marah dan kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Perbuatan mama tidak kalah munafiknya dengan papa dan tante. Mama yang meskipun tidak pernah ke gereja dengan alasan gerejanya jauh, dan tidak mau ke gereja bersama papa karena gereja papa yang dekat berbeda denominasi dengan gerejanya, namun mama tetap rajin melaksanakan "perintah-perintah agamanya". Setiap jumat petang, mama akan berlutut di samping tempat tidur untuk berdoa pembukaan sabat. Dan pada sabtu petang mama kembali berlutut di samping tempat tidur untuk berdoa penutupan sabat. Mama juga sangat menuruti perintah tentang binatang yang haram dan yang tidak haram yang terdapat dalam kitab Imamat 11, sehingga dia akan sangat marah jika mencurigai anak-anaknya telah memakan salah satu dari "binatang haram" tersebut. Walaupun mama begitu fanatik dengan perintah-perintah agamanya, namun dihatinya sama sekali tidak ada Tuhan. Di hati mama hanya ada uang dan kesenangan hidup. Dan itu yang membuat mama hampir setiap hari selalu bertengkar dengan papa. Itu semua adalah factor utama yang membuat saya pada akhirnya membenci keKristenan dan juga pribadi Yesus. Karena saya berpikir jika orang-orang Kristen begini jahat, pasti Tuhan mereka juga jahat, sehingga menghasilkan pengikut-pengikut yang begitu jahat.
Karena saya begitu membenci keKristenan, sampai-sampai saya ingin pindah ke agama teman saya yang menyembah berhala, karena saya ingin "menjadi baik" seperti keluarga mereka, bukan jahat seperti keluarga saya. Sampai saat itu saya masih ingat gambar dan artikel tentang wanita-wanita Kristen Cina yang berdoa sambil menangis itu. Tapi kesan yang timbul di hati saya ketika mengingatnya kembali berbada 180° dari kesan yang timbul ketika saya untuk pertama kali melihat gambar dan artikel tersebut. Seletah saya menjadi pembenci keKristenan, kesan yang timbul di hati saya ketika mengingat kembali gambar dan artikel itu adalah: "Pantas pemerintah Cina menganiaya mereka, karena pasti mereka juga adalah orang-orang yang jahat." Dalam pemikiran saya waktu itu, semua orang Kristen adalah jahat seperti keluarga saya.
Prasangka saya bahwa semua orang Kristen jahat dan munafik "diteguhkan" oleh perbuatan anggota persekutuan doa yang di adakan oleh kakak perempuan papa. – Setiap bulan di rumah kakak perempuan papa diadakan persekutuan doa – Setiap kali ada pesta Natal atau pesta yang lain, maka jumlah orang yang hadir di persekutuan doa menjadi sangat banyak, sampai harus duduk di teras karena di dalam rumah sudah penuh sesak. Setiap kali ada pesta Natal atau pesta yang lain, tante selalu meyediakan hidangan prasmanan dengan bermacam-macam menu, sedangkan pada persekutuan doa biasa, makanan hanya dibagikan dalam piring. Hal itu selalu membuat saya yang selalu mengamati dari luar persukutuan doa itu merasa "kagum", mengapa saat makanan berlimmpah, secara ajaib anggota persekutuan doa juga mengalami pertumbuhan. Belum lagi saya pernah melihat 2 orang ibu anggota persekutuan doa itu yang berebutan kue. Mereka saling menarik piring tempat kue itu diletakan. Meski salah satu ibu akhirnya mengalah dengan melepaskan piring itu, namun itu sudah cukup untuk menambah keyakinan saya bahwa sebenarnya tujuan mereka datang persekutuan doa hanyalah demi makanan.
Saya tetap sangat menyukai bahasa Mandarin dan tetap berusaha belajar untuk bisa menguasai bahasa tersebut. Namun itu hanya menjadi sebuah ambisi dalam hidup saya. Saya sama sekali tidak peduli akan Tuhan atau pun hal-hal rohani. Saya memilik keinginan untuk bisa sekolah kedokteran di Cina, karena itu saya berusaha belajar sampai larut malam untuk bisa mendapat beasiswa agar bias mewujudkan impian saya, menjadi seorang dokter yang fasih berbahasa Mandarin. Namun ternyata Sang Penulis kehidupan sudah menuliskan cerita yang berbeda dari yang saya harapkan.
Pada usia 16 tahun, tiba-tiba saya mengalami kelumpuhan hampir di seluruh tubuh saya. Hampir 1 tahun setelah saya lumpuh, saya mengenal seorang teman yang secara rutin mengunjungi saya. Tidak seperti orang-orang lain yang datang untuk mendoakan saya kemudian mulai mengurui saya bahkan menuduh saya sudah berbuat dosa sehingga Tuhan menghukum saya dengan kelumpuhan, teman saya ini setiap kali mengunjungi saya, hanya duduk di samping saya, dan kadang menceritakan pengalaman-pemngalamannya dengan Tuhan, dia tidak pernah sekalipun berusaha untuk mengurui saya. Saat itulah hati saya tersentuh. Dan saya ingin mengenal Tuhan seperti yang dia kenal. Saya mulai belajar berbicara dengan Tuhan seperti dia berbicara dengan Tuhan. Sampai saya akhinya juga dapat mengenal dan mengasihi Yesus seperti juga dia mengenal dan mengasihi Yesus. Saya percaya pertemuan kami bukan sesuatu yang kebetulan. Tapi Allah punya rencana dengan mempertemukan kami. Karena di dalam Tuhan tidak ada satu pun yang kebetulan.
Setelah saya mengenal Yesus secara pribadi, di dalam hati saya timbul keriduan yang besar untuk memberitakan Injil, terutama untuk orang-orang di Cina. Saat itu saya baru mengerti bahwa mungkin kesan yang timbul di hati saya ketika melihat artikel dan gambar orang-orang Kristen di Cina yang teraniaya adalah karena Tuhan memang menaruh beban di hati saya untuk jiwa-jiwa di Cina. Dan memang setelah mengalami penghinaan dari keluarga karena saya belajar bahasa Cina, akhirnya Tuhan sendiri mempelengkapi saya untuk panggilanNya itu. Pada saat tangan saya yang lumpuh sudah mulai bisa saya gunakan untuk menulis, tante-tante dari gereja Katolik yang membiayai saya selama saya tinggal di yayasan – sejak saya lumpuh saya tinggal di sebuah yayasan – menawari saya untuk les Mandarin, karena mereka melihat saya sangat menyukai bahasa Mandarin dan sering belajar sendiri bahasa Mandarin dari buku teman yang saya foto copy. Tentu saja saya menerima dengan sangat senang tawaran mereka, maka mulailah saya bisa belajar bahasa Mandarin dengan cara yang benar.
Sementara itu kerinduan saya untuk bisa memberitakan Injil terutama untuk jiwa-jiwa di Cina terus timbul di hati saya. Tapi dengan tubuh yang lumpuh ini apa yang bisa saya lakukan untuk menjangkau jiwa-jiwa? Saya berdoa, bertanya kepada Tuhan apa yang harus saya lakukan untuk memberitakan Injil dengan kondisi saya yang terbatas ini. Dan akhirnya saya menemukan suatu cara yang saya percaya itu dari Tuhan untuk bisa memberitakan Injil sampai ke "ujung dunia" meskipun saya terbelenggu oleh kursi roda ini, dan sama sekali tidak bisa keluar rumah.
Suatu malam saya duduk di teras rumah. Saat akan didorong masuk ke kamar, saya melewati televisi yang sedang menyala. Saya tidak tahu acara apa yang sedang mereka tonton, karena dari tadi sore saya duduk di teras. Namun saat saya lewat, televisi itu sedang menayangkan gambar sebuah botol berisi kertas yang terdampar di pantai yang berpasir. Saat itulah saya mendapatkan ide, saya akan menulis ayat-ayat Alkitab dalam beberapa bahasa, memasukannya dalam botol dan membuangnya ke laut, agar saya bisa memberitakan Injil sampai ke "ujung dunia" tanpa harus keluar rumah. Kebetulan saat itu yayasan tempat saya tinggal banyak menanpung anak-anak dari NTT untuk bekerja di Surabaya. Sehingga jika ada anak yang pulang kampung, saya bisa menitipkan botol-botol saya untuk mereka buang ke tengah laut saat mereka berada di atas kapal. Saya juga memilih botol-botol plastik dengan ukuran tertentu, agar orang yang saya titipi mudah membawanya, dan karena botol plastik, dia tidak akan pecah jika terbawa ombak dan membentur karang.
Sekarang persoalannya tinggal bagaimana cara mendapatkan Alkitab dalam bahasa asing? Menerjemahkan sendiri Alkitab ke bahasa Mandarin saya tidak bisa, meskipun saya sudah les bahasa Mandarin. apalagi untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya, itu terasa sangat mustahil bagi saya. Sedangkan jika saya harus membeli Alkitab bahasa lain, saya tidak punya uang, dan tidak ada orang yang bisa saya mintai tolong untuk membeli. Untunglah saya mempunyai buku Joice Meyer tentang kesembuhan dalam bahasa Inggris pemberian seorang teman. Saya membolak-balik buku itu untuk mencari ayat-ayat berbahasa Inggris yang sekiranya cocok untuk penginjilan.  Setelah menemukan beberapa ayat yang saya rasa cocok, saya menuliskannya pada selembar kertas beserta terjemahan Indonesiannya.
Kemudian saya mencoba menelpon took-toko buku rohani untuk mencari tahu harga Alkitab Mandarin. Saya ingin Alkitab dengan huruf Mandarin yang simple – huruf Cina ada dua versi, tradisional dan simple – juga lengkap ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun beerapa took buku yang saya telpon, tidak ada satu pun yang menjual Alkitab seperti yang saya inginkan. Jika Alkitabnya memakai huruf simple, hanya ada yang perjanjian baru saja. Sedangkan yang lengkap ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tulisannya mengunakan huruf yang tradisional. Selain itu harganya pun menurut saya sangat mahal jika diukur dari uang yang saya miliki saat itu. Akhirnya saya nekat untuk minta tolong pada guru les Mandarin saya untuk mencarikan Alkitab berbahasa Mandarin yang dicetak dengan huruf Cina simple yang lengkap ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru karena hanya beliau satu-satunya orang yang saya kenal yang bisa berbahasa Mandarin. Meskipun saya tidak berharap banyak beliau dapat menemukan Alkitab yang saya inginkan karena beliau bukanlah orang Kristen.
Ternyata guru les saya bersedia mencarikan Alkitab seperti yang saya inginkan. Beliua selalu singgah jika melewati took buku rohani Kristen jika sedang dalam perjalanan untuk mengajar ke rumah-rumah. Seletah beberapa lama melakukan pencarian Alkitab tanpa hasil, akhirnya guru saya sampai ke took buku Maranata. Beliau masuk, dan bertanya kepada penjaganya, apakah di sini ada Alkitab bahasa Mandarin. si penjaga menunjuk ke lantai atas, dan segera guru saya menuju ke lantai atas. Sesampainya di lantai atas, beliau mencari-cari, tapi tidak menemukan Alkitab seperti yang saya ingini. Akhirnya beliau memutuskan untuk pulang saja. Saat menuruni tangga untuk keluar dari took buku, beliau melihat di lantai bawah pada salah satu rak di antara buku-buku Alkitab bahasa Mandarin. beliau mendekati Alkitab terseut dan melihat isinya, ternyata persis dengan yang saya inginkan, berisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan tulisan huruf Cina simple. Hanya tinggal 2 buah. Harganya pun tidak terlalu mahal, 40,000 di diskon 25%, sehinggah harganya menjadi hanya 30,000. Sepertinya Tuhan memang menyediakan Alkitab itu untuk saya. Guru les saya menemukannya secara "kebetulan" setelah sekian lama mencari, dan harganya pun tidak sampai membuat seluruh uang saya terkuras habis.
Setelah saya mendapatkan Alkitab Mandarin, saya segera menulis ayat-ayat dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris – yang saya ambil dari buku Joice Mayer – dan memfoto copy untuk memperbanyaknya, kemudian memasukannya ke dalam botol plastik yang saya kumpulkan. Jika saya tidak bisa mendapatkan botol plastik bekas, saya terpaksa membeli air mineral dalam botol 330ml, meminum airnya, dan mengisi botolnya yang sudah kosong dengan kertas berisi ayat-ayat Alkitab yang sudah saya foto copy. Untuk dititipkan untuk dibuang ke laut jika ada anak-anak di yayasan saya yang akan pulang ke NTT. Setelah saya bergabung dengan gereja Mawar Sharon dan cell grup, maka ada seorang teman cell grup, ce Susan, yangmembantu saya untuk mengumpulkan botol-botol plastik, sehinggah saya tidak perlu sering-sering membeli air mineral untuk diambil botolnya. Saya melakukan pengInjilan botol dari tahun 2005 sampai tahun 2010, karena sejak tahun 2009 yayasan tempat saya tinggal sudah tidak menerima orang baru baik dari NTT maupun dari Jawa. Oleh sebab itu, anak NTT yang bisa saya titipin botol untuk dibuang ke laut semakin berkurang, dan akhirnya habis sama sekali.
Mulai tahun 2010 saya mencoba pengInjilan melalui internet. Karena di tahun 2010 Tuhan memberi saya sebuah laptop melalui uncle Hugh dan teman saya Eileen. Saya membuat akun Facebook, tujuannya untuk mengInjili orang-orang secara acak, siapa saja yang bisa saya Injili, dan mencoba menemukan teman saya yang sudah lama tidak kabar beritanya. Namun ternyata Facebook terlarang di Cina. Saya baru mengetahuinya setelah teman saya, ce Susan pulang dari Cina. Tidak heran selama ini saya tidak bisa menemukan orang-orang yang tinngal di Cina melalui Facebook. Selama ini yang saya temukan hanya orang Taiwan atau orang Hongkong. Dari ce Susan pula saya tahu bahwa untuk berhubungan di dunia maya, orang-orang di Cina biasa mengunakan QQ, jadi akhirnya saya pun menbuat akun di QQ.
Di QQ mail ada yang disebut piaoliu ping ( botol hanyut ). Kita bisa menuliskan apa saja di botol kita dan membuangnya ke laut. Botol kita akan masuk secara acak ke piaoliu ping beberapa orang. Setiap hari maksimal kita bisa melempar 6 botol ke laut, dan setiap hari juga ada 6 botol yang masuk secara acak ke piaoliu ping kita. Kita bisa merespon botol-botol yang masuk, atau membuangnya kembali ke laut. Dengan piaoliu ping inilah saya bisa mengInjili orang-orang di Cina. Saya biasa menulis ayat firman Tuhan atau kata-kata motifasi pada botol-botol yang saya lempar ke laut. Saya tahu Tuhan sudah membukakan media pengInjilan yang baru untuk saya. Karena itu saya selalu berusaha berbicara tentang Tuhan kepada orang-orang yang merespon botol saya, ataupun yang botolnya masuk ke piaoliu ping saya.
Selama ini saya selalu merasa begitu mengasihi orang-orang Cina yang terhilang karena tidak mengenal Tuhan itu. Bahkan saya sangat rindu untuk menjadi misionaris ke Cina dan memberitakan Injil kepada mereka. Namun keadaan saya yang lumpuh tidak memungkinkan untuk pergi ke mana pun untuk memberitakan Injil. Saya begitu bersemangat karena mengetahui lewat QQ saya bisa berhubungan dan memberitakan Injil kepada orang-orang di Cina. Karena itu melalui QQ saya menerima siapa saja yang ingin menjadi teman saya.
Setelah beberapa bulan saya melakukan pengInjilan melalui QQ, saya mulai merasa malas dan bosan untuk terus online. Saya merasa agak kaget mendapati banyak orang yang berlaku tidak sopan di dunia maya. Saya memeng pernah mendengar bahwa kebanyakan orang yang berhubungan melalui dunia adalah untuk melakukan hal-hal yang tidak sopan. Namun saya belum pernah mengalaminya sendiri. Sebab selama mengenal dunia maya, saya tidak pernah mau berhubungan dengan orang-orang yang tidak saya kenal di dunia nyata. Tetapi karena melalui QQ saya bersedia menerima siapa saja yang ingin menjadi teman saya, akhirnya saya mendapati sendiri begitu banyaknya orang yang berlaku tidak sopan di dunia maya. Jika saya mulai berbicara tentang Tuhan, banyak orang yang menjawab dengan kata-kata kasar. Namun itu tidak menjadi masalah untuk saya. Sebab saya tahu, hanya Tuhan yang sanggup membuka hati seseorang untuk menerima Injil. Yang membuat saya tidak tahan adalah ketika seseorang membicarakan hal-hal porno kepada saya, bahkan ada yang mengirimkan gambar porno. Jika sudah demikian, saya tidak tahan untuk segera offline, dan tidak ingin online lagi. Karena takut bertemu orang-orang seperti itu lagi.
Melalui kejadian itu, saya baru menyadari, ternyata saya tidak mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang tersebut seperti yang selama ini saya pikirkan. Selama ini saya berpkir saya begitu mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang tersebut sampai saya rela mati untuk mereka agar mereka diselamatkan. Tetapi ternyata hanya karena perkataan mereka yang tidak sopan, saya jadi malas berhubungan dengan mereka. Di sinilah kadar kasih saya yang sesungguhnya diuji.
Saat saya merasa tidak ingin online lagi, saya teringat akan para misionaris di Cina. Mereka harus meninggalkan segalanya di tanah asal mereka, dan tinggal di tengah-tengah masyarakat asing yang tidak mengenal Tuhan. Tantangan yang mereka hadapi pasti jauh lebih besar daripada yang saya hadapi. Mereka tidak mungkin mundur walau harus menghadapi tantangan sebesar apapun. Mereka juga tidak bisa pulang ke negara asalnya sewaktu-waktu saat mereka merasa jenuh terhadap masyarakat di sekitar mereka. Berbeda dengan saya, saya bisa offline sewaktu-waktu jika sudah merasa jenuh dengan jawaban orang-orang yang saya Injili.
Akhirnya saya Cuma bisa minta pertolonga Roh Kudus jika sudah mulai merasa jenuh untuk terus online dan mengInjili mereka. Saya harus selalu bergantung kepada Roh Kudus bagaimana cara menghadapi terutama cara memberi jawaban kepada orang-orang di Cina yang saya Injili. Selain itu saya harus menguatkan tekad saya karena hanya dengan cara ini saya bisa memberitakan Injil. Bagaimanapun juga, saya harus mengunakan secara maksimal kasih karunia yang Tuhan berikan kepada saya. Yaitu dengan berusaha melakukan yang terbaik semampu saya. Saya percaya apa yang lakukan tidak akan sia-sia. Suatu hari akan ada orang-orang Cina yang bertobat karena mendengar Injil dari QQ. Dan mungkin hal kecil yang saya lakukan ini adalah bagian dari rencana Tuhan yang besar untuk Cina. Saya tidak tahu apa yang akan dan sanggup Tuhan lakukan untuk Cina, karena saya percaya Tuhan sangat mencintai Cina. Tidak kebetulan Tuhan membuat bangsa Cina sebagai suku bangsa terbesar di dunia. Tuhan pasti juga punya rencana yang besar untuk bangsa Cina bagi kemulianNya. Saat ini yang menjadi tugas saya adalah setia dengan apa yang menjadi bagian saya, dan Tuhan yang akan melakukan bagianNya. Impian saya adalah, kebangunan rohani yang terjadi di Shandong tahun 1930 an kembali terjadi, bahkan melandah seluruh Cina. Karena tiada yang mustahil bagi Allah.