Senin, 24 Oktober 2011

Odol dari Tuhan

Saat saya berusia 16 tahun, saya mengalami kelumpuhan hampir di seluruh bagian tubuh saya secara mendadak. Karena orang tua saya tidak mampu merawat saya, maka mereka menyerahkan saya pada sebuah yayasan. Puji Tuhan, ada sebuah yayasan yang bersedia menerima dan merawat saya dengan baik meskipun yayasan tersebut bukanlah yayasan untuk menampung anak cacat, melainkan sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang untuk mendidik anak-anak putus sekolah. Anak-anak putus sekolah ditampung serta dididik dalam hal keperawatan, untuk kemudian disalurkan untuk merawat pasien atau orang jompo di rumah-rumah. Karena itu, saya adalah satu-satunya pasien di yayasan tersebut.
Di yayasan tersebut saya dirawat dengan baik. Kebutuhan akan makanan dan minuman saya dicukupi dengan sangat baik, bahkan saya merasa sampai berkelimpahan. Namun mungkin Tuhan juga ingin melatih saya untuk bergantung sepenuhnya kepadaNya untuk mencukupi kebutuhan saya dalam hal lainnya. Sejak saya tinggal di yayasan, saya sangat jarang mendapat kunjungan dari keluarga saya. Karena itu, untuk membeli kebutuhan saya sehari-hari seperti sabun mandi, shampo, odol, pakaian dan lainnya saya hanya dapat berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Saya tidak mungkin meminta kepada suster kepala yayasan untuk membelikan semua keperluan saya, karena pasti beliau sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu biaya perawatan saya. Saya pun tidak mungkin meminta pada tante-tante yang menjadi donator saya, karena saya tahu, mereka harus membantu banyak orang, dan biaya yang harus mereka keluarkan pasti tidak sedikit. ( Tante-tante donator saya adalah ibu-ibu dari gereja Katolik yang setiap bulan memberikan bantuan kepada suster kepala yayasan untuk biaya perawatan saya ).
 Namun, justru di saat itulah saya melihat pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Suatu hari odol saya hampir habis, dan saya tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli odol yang baru. Saya berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau dapat membuat mujizat untuk membuat odolku tidak habis, seperti Engkau membuat mujizat terhadap tepung janda di Sarfat. Namun, jika Engkau mengijinkan odolku habis, aku percaya, Engkau akan memberi aku uang untuk membeli odol yang baru.”
Selain berdoa, saya juga terus menyayikan suatu bait dari sebuah pujian dalam bahasa Mandarin yang diambil dari Matius 6:25-34 untuk menguatkan kepercayaan saya akan pemeliharaan Tuhan. Pujian tersebut berjudul Bunga di Padang. Terjemaannya kurang lebih sebagai berikut:

Semua kebutuhanmu Bapa di surga sudah mengetahuinya
 Jika hatimu risau, biarkan Dia menyingkirkannya untukmu
Bapa yang penuh kasih setiap hari memeliharamu
Dia adalah Allah maha kuasa
Berbahagialah orang yang percaya kepadaNya

Pujian ini selalu saya nyanyikan di saat saya merasa takut akan kehidupan saya. Sebagai orang yang menderita kelumpuhan yang hampir total, sulit bagi saya untuk dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Karena itu, saya hanya bisa berharap sepenuhnya kepada Allah untuk memelihara hidup saya.
Selama ini Allah memelihara saya dengan mengerakan hati orang-orang untuk memberkati saya, meskipun saya tidak pernah menceritakan kesulitan keuangan saya kepada siapa pun. Allah sering mengerakan orang-orang yang datang untuk mempekerjakan tenaga perawat dari yayasan tempat saya tinggal. Bahkan, anak-anak putus sekolah yang sudah dididik dan disalurkan dari yayasan di mana saya tinggal, juga sering memberkati saya. Jika mereka sudah bekerja untuk merawat orang tua atau orang sakit di rumah-rumah orang, dan mereka berlibur ke yayasan, mereka sering memberi saya uang. Mereka selalu berkata: “Ini ada uang sedikit untuk membeli sabun”. Entah mengapa mereka selalu berkata seperti itu jika memberkati saya. Mungkin itu kebiasaan berbicara anak-anak NTT, saya pun tidak tahu. Karena sebagian anak-anak yang dididik di yayasan tempat saya tinggal berasal dari NTT.
Beberapa hari setelah saya berdoa meminta odol kepada Allah, sarta setiap hari saya menyanyikan pujian Bunga di Padang tersebut, seorang anak NTT yang pernah dididik di yayasan dan sekarang sudah bekerja merawat pasien di rumah orang datang untuk bertemu dengan suster kepala yayasan. Tiba-tiba dia memberi saya uang Rp. 50.000. Saya sangat heran kenapa dia bisa tiba-tiba memberi saya uang Rp. 50.000. Anak ini dikenal sangat pelit di antara teman-temannya. Dan sejak dia bergabung dengan yayasan ini beberapa tahun sebelumnya, dia tidak pernah sekalipun memberi saya uang. Namun, entah kenapa tiba-tiba hari itu dia bisa memberi saya uang. Bukan hanya 10.000 atau 20.000, tetapi sampai 50.000, dan dengan uang itu saya membeli odol yang baru. Saya percaya pasti karena Tuhan yang mengerakan hatinya. Mungkin Tuhan melihat, jika Tuhan tidak memberi saya uang melalui anak itu, saya akan benar-benar kehabisan odol. Dan Tuhan mau menunjukan bahwa Dia adalah Allah yang tidak pernah terlambat untuk menolong anak-anakNya.
Peristiwa Tuhan memberi saya odol tersebut terjadi kira-kira 5 atau 6 tahun yang lalu. Namun, saya masih mengingat dengan jelas peristiwa itu. Setiap kali saya terigat akan peristiwa itu, saya tidak habis-habisnya mengagumi seberapa besar kepedulian Allah terhadap kita. Saya percaya, jika Dia peduli sampai kebutuhan terkecil saya seperti odol, Dia juga akan peduli dengan kebutuhan saya yang lain seperti kesembuhan.
Aliktab berkata: Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. (Lukas 12:7) Dalam bahasa aslinya dikatakan, bahkan rambut di kepalamu ditandai oleh Allah. Jika Allah yang menciptakan alam semesta adalah Allah yang juga menandai setiap rambut yang ada di kepala kita, maka janganlah kita merasa kuatir akan hidup kita. Jika hari-hari ini kita sedang mengadapi masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar, tetaplah percaya bahwa Allah peduli akan setiap persoalan kita, entah itu besar ataupun kecil, dan Dia akan memberikan kepada kita jalan keluar tepat pada waktunya. Ingatlah, Dia yang memberi odol kepada saya, Dia juga yang akan mencukupkan semua keperluan saudara!
Glory to the Lord

Kamis, 06 Oktober 2011

Lambung dan Kaki

Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala. Dari padaNyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
Efesus 4:15-16


Lambung dan kaki sedang memperdebatkan kekuatan siapa yang lebih besar. Kaki berkata, kekuatannyalah yang lebih besar, karena dia bisa memindahkan seluruh perut. Lambung menjawab: “Tapi teman, kalau aku tidak memberi kalian zat makanan, kalian juga tidak bisa berpindah kemana-mana.”
Ilustrasi di atas mungkin mengelikan. Bayangkan, jika anggota-anggota tubuh kita saling merasa bahwa dirinyalah yang paling berjasa, dan merasa paling layak untuk dihormati, sehingga dia tidak mau bekerja sama lagi dengan anggota tubuh yang lain. Maka tubuh kita tidak akan dapat berfungsi dengan baik, bahkan akan dapat menyebabkan kematian.
Memang pada kenyataannya hal itu tidak mungkin terjadi. Anggota-anggota tubuh kita saling meninggikan diri dan berhenti bekerja sama. Karena Allah sudah merancang anggota-anggota tubuh kita dalam sebuah kesatuan, sehingga secara otomatis anggota-anggota tubuh kita akan bekerja sama dan saling menyuplai.
Allah menciptakan tubuh manusia sebagai sebuah kesatuan dari anggota-anggota tubuh yang tidak dapat dipisahkan serta saling membutuhkan. Setiap anggota tubuh harus saling berhubungan dan saling menyuplai, jika tidak demikian maka tubuh akan mati. Jika salah satu anggota tidak berfungsi dengan baik atau mengalami kerusakan, maka seluruh tubuh akan terganggu.
Sebuah tubuh yang sempurna harus terdiri dari banyak anggota dengan bermacam-macam fungsi. Jika hanya ada 1 anggota, maka itu tidak dapat disebut tubuh. Demikian juga, jika terdiri dari banyak anggota, namun semuanya memiliki fungsi yang sama, ini pun juga tidak dapat disebut sebagai tubuh. Bayangkan, jika dalam tubuh manusia hanya ada tangan, atau hanya ada kaki, maka tubuh tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, sebuah tubuh harus terdiri dari banyak anggota dengan fungsinya masing-masing. Sehingga tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Alkitab mengambarkan gereja sebagai tubuh Kristus. Dengan Kristus sebagai kepala dan setiap orang percaya adalah anggota-anggota tubuhNya. Karena sebagai mana rencana Allah dalam menciptakan tubuh manusia dengan anggota-anggotanya yang dirancang sedemikian rupa untuk saling bekerja sama dan saling menyuplai, demikian pula rencana Allah supaya setiap anggota tubuh Kristus dapat saling bekerja sama dan saling menyuplai.
Allah menempatkan gerejaNya di dalam dunia sebagai tempat Allah memanifestasikan diriNya di dalam dunia. Seorang orang percaya saja tidak dapat memanifestasikan seluruh keberadaan Allah bagi dunia, bahkan sebuah gereja lokal pun tidak dapat memanifestasikan seluruh keberadaan Allah dalam dunia. Untuk dapat memanifestasikan seluruh keberadaan Allah di dalam dunia diperlukan seluruh tubuh Kristus.
Memang setiap kita sebagai orang percaya dipanggil untuk menjadi serupa dengan Kristus. Dengan kata lain, setiap kita sebagai orang percaya dipanggil untuk menghidupi Kristus dalam hidup keseharian kita. Namun, untuk memanifestasikan seluruh keberadaan Allah kepada dunia, satu orang percaya saja tidaklah cukup, sebuah gereja lokal saja tidaklah cukup, bahkan beberapa gereja lokal juga belum cukup. Untuk dapat memanifestasikan seluruh keberadaan Allah kepada dunia, diperlukan seluruh tubuh Kristus secara utuh. Yaitu semua orang percaya di seluruh dunia.
Rasul Yohanes berkata: Sebab Allah adalah kasih. ( I Yoh 4:8 ) Yohanes mengambarkan Allah sebagai kasih. Dengan kata lain, seluruh hakikat ke Allahan berada di dalam kasihNya. Itu berarti, untuk dapat memanifestaikan seluruh kebeadaan Allah kepada dunia, kita harus dapat memanifestasikan seluruh kasih Allah kepada dunia.
Namun, tidak ada seorang manusia pun, sebuah gereja, atau sebuah bangsa sekalipun ( bangsa Yahudi sebagai umat pilihan Allah ) yang dapat memanifestasikan seluruh kasih Allah kepada dunia. Hanya tubuh Kristus secara utuh yang dapat memanifestasikan seluruh kasih Allah kepada dunia.
Rasul paulus berdoa bagi jemaat di Efesus:

Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
( Efesus 3:18 )

Paulus begitu menyadari bahwa kasih Allah begitu lebar dan panjang dan tinggi dan dalam sehingga tidak akan dapat dipahami oleh seorang orang percaya saja, bahkan oleh seluruh jemaat di Efesus. Oleh sebab itu, Paulus berkata,  supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.. Dengan kata lain, Paulus berkata: “ Hanya dengan kamu, jemaat Efesus ditambah dengan seluruh orang kudus baru dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.”
Kasih Allah yang begitu lebar dan panjang dan tinggi dan dalam hanya dapat dipahami dan dimanifestasikan oleh semua orang kudus di seluruh dunia secara bersama-sama. Oleh sebab itu, Allah merancang gereja sebagai tubuh Kristus. Agar setiap anggotanya dapat saling bekerja sama dan saling menyuplai dalam memaniferstasikan seluruh kasih Allah kepada dunia.
Namun ironisnya, gereja Tuhan saat ini lebih menyukai keadaan mereka sebagai anggota-anggota tubuh yang terpenggal-penggal yang berdiri sendiri-sendiri daripada menjadi suatu kesatuan dalam sebuah tubuh yang utuh bersama dengan anggota-anggota lainnya.
Tetapi, gereja Tuhan saat ini tidak pernah menyadari, bahwa keadaan mereka yang terpecah-pecah tersebut sungguh mengenaskan. Gereja Tuhan saat ini merasa bahwa keadaan yang terpecah-pecah adalah keadaan yang normal. Karena mereka tidak pernah melihat keindahan tubuh Kristus secara utuh. Sebab sudah berabad-abad gereja Tuhan berada dalam keadaan yang tidak normal, yaitu keadaan terpecah-pecah. Dan akhirnya, gereja Tuhan menganggap keadaan yang tidak normal itu sebagai keadaan yang normal. Karena mereka tidak pernah mengetahui bagaimana keadaan tubuh Kristus yang normal itu sebenarnya.
Selama berabad-abad, sepanjang sejarah gereja, manusia karena kekerasan hatinya telah memecah-mecah tubuh Kristus. Hanya karena perbedaan pandangan, perbedaan doktrin, perbedaan organisasi atau denominasi, gereja tidak lagi mau bersatu, bahkan saling menjatuhkan. Jika kita mau berkata jujur, keadaan gereja saat ini tidak lebih baik dari keadaan jemaat di Korintus pada masa gereja mula-mula. Seperti jemaat di korintus yang terpecah-pecah menjadi golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas, atau golongan Kristus, demikian juga gereja saat ini terpecah-pecah menjadi denominasi A, denominasi B, atau denominasi C. Bahkan ada orang-orang Kristen yang lebih bangga dengan ststus mereka sebagai anggota suatu organisasi gereja, dari pada ststus mereka sebagai anak-anak Allah.
Dalam keadaannya yang terpecah-pecah tersebut, sebenarnya gereja telah gagal dalam menggenapi rencana Allah, yaitu menjadi tempat Allah memanifestasikan diriNya bagi dunia. Karena dengan keadaannya yang terpecah-pecah, gereja tidak mungkin memahaimi kasih Allah yang begitu lebar dan panjang dan tinggi dan dalam, terlebih lagi untuk menyatakannya secara penuh kepada dunia.
Dalam keadaannya yang terpecah-pecah mungkin gereja dapat menyatakan bagian yang sangat kecil dari kasih Allah yang begitu lebar dan panjang dan tinggi dan dalam dengan pelayanan yang mereka lakukan. Namun, untuk menyatakan kasih Allah secara penuh dibutuhkan gereja yang bersatu.
Dalam bukunya yang berjudul Rahasia Kristus, yang membahas dengan sangat terperinci bagaimana sebenarnya hakekat gereja di mata Allah, Watchman Nee menulis: “Hari ini, perpecahan yang terjadi di antara anak-anak Tuhan, adalah karena perbedaan organisasi, adanya perbedaan pandangan, pemikiran, pilihan, kesukaan masing-masing orang, juga perbedaan di dalam prinsip. Namun, pada pandangan Allah, keberadaan gereja tidak boleh dibagi-bagi… Setiap pecahan dari gelas kaca yang pecah mungkin bisa ada setetes air di atasnya, namun untuk memuat 1 gelas air yang bisa diminum, dibutuhkan gelas yang utuh.”
Dapatkah kita bayangkan, seandainya semua anggota tubuh Kristus mau bersatu dan bekerja sama, maka kita akan lebih mudah memenangkan dunia ini bagi Allah. Kita dapat saling melengkapi dengan fungsi dan kemampuan yang Allah berikan kepada masing-masing anggota untuk menyatakan kasih Allah kapada dunia. Kasatuan kita juga dapat menjadi kesaksian bagi dunia, bagaimana indahnya hidup di dalam Kristus. Sehingga mereka pun rindu memiliki kehidupan seperti yang kita miliki.
Selain itu, dengan anggota-anggota tubuh Kristus mau bersatu dan bekerja sama, maka anggota-anggota tubuh Kristus akan saling dapat menyuplai, sehingga sesama anggota tubuh Kristus dapat saling membangun.
Sebaliknya, jika anggota-anggota tubuh Kristus terpecah-pecah, maka gereja tidak dapat secara maksimal menyatakan kasih Allah secara penuh kepada dunia. Dengan terpecah-pecah, tubuh Kristus juga akan menjadi kesaksian yang buruk bagi dunia.
Saya pernah bercakap-cakap dengan seseorang yang beragama lain karena ada aliran baru dalam agamanya yang dianggap tidak sah. Dia berkata: “Semua agama sama saja, jika ada seseorang yang sudah merasa pintar tentang ajaran agamanya, dia akan mendirikan aliran baru.” Saya berpikir, apa yang dikatakan orang ini ada benarnya juga. Bukankah di dalam keKristenan pun sering terjadi perpecahan akibat seseorang merasa lebih mengetahui “kebenaran firman Tuhan” daripada pemimpin rohaninya, kemudian dia memisahkan diri dari gereja di mana dia berjemaat dengan alasan perbedaan misi dan visi, dan kemudian mendirikan gerejanya sendiri.
Demikian juga, jika anggota-anggota tubuh Kristus terpacah-pecah, maka sesama anggota tidak akan dapat saling menyuplai. Akibatnya, anggota-anggota tubuh tidak mendapat pertumbuhan, bahkan akhirnya akan mati.
Tujuan Allah dalam merancang gereja sebagai tubuh Kristus, dengan Kristus sebagai kepala dan setiap orang percaya adalah anggota-anggota tubuhNya adalah, selain rencana secara horizontal, yaitu agar sesama anggota bisa saling bekerja sama dan saling menyuplai, ada pula rencana secara vertical, yaitu agar setiap anggota tubuh Kristus bergantung pada Kristus yang adalah kepala.
Allah menempatkan Kristus sebagai kepala dan kita setiap orang percaya sebagai anggota-anggota tubuhNya supaya Kristus yang menjadi komando atas semua anggota tubuhNya. Seperti halnya kepala atau otak yang mengendalikan setiap anggota tubuh manusia, demikian juga Allah mengendaki agar setiap anggota tubuh Kristus berada di bawa kendali Kristus yang adalah kepala.
Sebagai anggota tubuh Kristus, kita harus selalu memiliki hubungan dengan kepala, yaitu Kristus sendiri yang adalah sumber dari segala sesuatu. Tanpa kepala, anggota tubuh tidak dapat berbuat apa-apa. Setiap anggota tubuh yang terpisah dari kepala akan mati. Bayangkan sebuah kaki atau tangan yang terpenggal pasti akan mati. Sebaliknya, anggota-anggota tubuh secara alami akan selalu berusaha untuk mendapatkan hubungan dengan kepala.
Saya pernah bercakap-cakap dengan seorang dokter saraf. Dia menjelaskan bahwa saat anggota-anggota tubuh kita mengalami putus hubungan dengan otak atau kepala karena sistem saraf yang terganggu, maka anggota-anggota tubuh itu akan selalu berusaha untuk terhubung kembali dengan otak, demikian juga otak akan selalu berusaha untuk terhubung kembali dengan anggota-anggota tubuh. Karena itu, sering ada gerak reflek pada orang-orang yang mengalami kelumpuhan. Karena pada saat anggota-anggota tubuh berusaha untuk berhubungan kembali dengan otak, sinyal yang dikirimkan tidak sempurna, karena adanya gangguan pada sistem saraf.
Jika Allah memprogram anggota-anggota tubuh kita sedemikian rupa, sehingga anggota-anggota tubuh kita “tahu” bahwa mereka tidak dapat terpisah dari kepala, maka kita sebagai anggota-anggota tubuh Kristus juga harus menyadari bahwa kita pun tidak bisa hidup terlepas dari kepala, yaitu Kristus.
Namun sayangnya, banyak gereja Tuhan saat ini merasa mereka bisa hidup meski terlepas dari Kristus. Banyak gereja yang “bergantung” pada program-program mereka, keunggulan sistem menejemen mereka, sumber daya manusia yang melayani di gereja mereka, bangunan serta vasilitas yang mereka miliki, dan banyak hal lainnya yang mereka pikir dapat menunjang kemajuan sebuah gereja. Namun, mereka melupakan satu hal yang terpenting, yaitu mereka lupa untuk bergantung kepada Kristus sebagai kepala dan sumber.
Kristus tidak lagi menjadi kepala dan sumber bagi banyak gereja saat ini, tetapi hanya menjadi pakaian yang mengiasi dan menutupi “ketelanjangan” gereja saja. Karena meskipun gereja saat ini tetap menyebut-nyebut serta memberitakan nama Kristus, namun gereja tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada Kristus. Gereja masih dapat tetap hidup jika gereja “menangalkan” Kristus. Program-program gereja juga masih dapat berjalan dengan baik seandainya gereja tersebut berhenti memberitakan Kristus di tengga-tengga program-program mereka. Seorang hamba Tuhan terkenal pernah berkata: “Jika Roh Kudus diangkat, maka 10% gereja di Amerika akan hancur, namun yang 90% akan tetap berjalan dengan baik.” Saya pikir tepat sekali apa yang hamba Tuhan tersebut katakan. Karena banyak sekali gereja saat ini yang tidak lagi bergantung kepada Kristus, tetapi lebih bergantung kepada hikmat manusia. Dan hal itu bukan hanya terjadi di Amerika saja, namun terjadi hampir di semua tempat di dunia di mana keKristenan berada pada zona nyaman dan tanpa tekanan.
Salah satu ciri jika gereja tidak lagi bergantung kepada Kristus tetapi lebih bergantung kepada hikmat manusia adalah terjadinya banyak perpecahan di dalam gereja. Jika ada konflik yang terjadi di antara anggota-anggota tubuh Kristus, mereka akan berusaha menyelesaikannya melalui sebuah perundingan. Akibatnya hanyalah sebuah perpecahan, karena sifat dasar manusia yang mau menang sendiri.
Tetapi, jika setiap anggota mau dengan rendah hati datang kepada Kristus yang adalah kepala dan sumber dalam menyelesaikan sebuah konflik, maka Kristus yang akan menyelesaikan persoalan yang terjadi di antara sesama anggota. Kristus yang menjadi kebenaran kita ( I Kor 1:20 ) yang akan memampukan kita untuk melihat kebenaran dan menyelesaikan konflik dengan cara yang benar pula. Kristus yang menjadi kebenaran kita akan memampukan kita untuk melihat bahwa kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada saudara kita, namun konflik terjadi selalu karena ada 2 pihak yang berbuat kesalahan. Dengan demikian, kita dapat dengan rendah hati untuk saling mengampuni, sehingga perpecahan tidak akan terjadi.
Cara rasul Paulus menyelesaikan perpecahan yang terjadi pada jemaat di Korintus bukan melalui sebuah perundingan atau musyawara, namun dengan jalan mengembalikan mereka kepada kesadaran bahwa Kristus adalah kepala dari setiap anggota.
Dalam pembukaan surat kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus kembali mengingatkan jemaat di Korintus bahwa Kristus adalah kepala dari setiap anggota.

Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita……. Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Ktistus, Tuhan kita, adalah setia.
( I Kor 1:2, 9 )

Di sini Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka dengan semua orang di segala tempat yang berseru kepada nama Tuhan Yesus telah dipanggil kepada persekutuan dengan Yesus Kristus. Dengan kata lain, semua orang di segala tempat yang berseru kepada nama Tuhan Yesus Kristus, termasuk jemaat di Korintus, telah dipanggil untuk menjadi satu tubuh dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Sebab itu, sebagai satu tubuh dalam Kristus, tidak seharusnya ada perpecahan di antara mereka. Karena Kristus adalah satu-satunya kepala, maka jemaat di Korintus seharusnya hanya berpegang kepada Kristus sebagai kepala. Mereka tidak seharusnya berpegang pada Paulus, Apolos, Kefas, atau pun nama lain, selain daripada Kristus. Hanya Dengan menempatkan Kristus sebagai kepala, maka tidak akan ada lagi perecahan dalam gereja.
Allah menghendaki gerejaNya menjadi satu tubuh, dengan Kristus sebagai Kepala. Supaya masing-masing anggota dapat saling bekerja sama, saling bergantung dan saling menyuplai. Selain itu, supaya setiap anggota bergantung sepenuhnya kepada Kristus yang adalah kepala dan sumber kehidupan bagi seluruh tubuh. Karena itu, seperti kaki dan lambung yang saling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, maka seharusnya seluruh anggota tubuh Kristus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Selain itu, mereka juga tidak boleh terlepas dari kepala yang adalah sumber bagi seluruh tubuh. Allah mengendaki anak-anakNya yang berpusat pada Kristus dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis sehinga dapat memanifestasikan diriNya kepada dunia. Dan seluruh kehendak Allah bagi dunia dapat terlaksana melalui gerejaNya.
Glory to the Lord