Senin, 08 Agustus 2011

Kecantikan Sejati....

Dalam sejarah China, tercatat ada 10 wanita tercantik yang pernah hidup sepanjang sejarah China. Wanita-wanita tersebut sangat terkenal karena kecantikan fisik mereka. Namun, hidup sebagian dari mereka berakhir dengan sangat tragis. Mereka dibuang, bahkan ada yang dibunuh karena kecantikan mereka, atau setelah kecantikannya memudar. Kecantikan mereka tidak dapat menyelamatkan mereka, tetapi sebaliknya justru menjadi kecelakaan bagi mereka.
Selama ribuan tahun, dari berbagai kebudayaan, manusia selalu mengagungkan kecantikan lahiriah. Orang selalu berusaha mencari cara untuk mempercantik dirinya. Karena itu, berbagai cara untuk mempercantik diri seperti dengan ramu-ramuan dan kosmetik menjadi sangat populer.
Meskipun manusia begitu memperhatikan kecantikan lahiriah, namun jika kita mau berkata jujur, sesungguhnya kecantikan lahiriah tidaklah abadi. Seiring bertambahnya usia, maka kecantikan lahiriah juga akan turut memudar. Sekalipun manusia berusaha dengan berbagai cara untuk mempertahankan kecantikannya, tetapi tidak ada satu pun hal di dunia ini yang bisa melawan proses waktu.
Yang lebih ironis ialah, kecantikan lahiriah dapat hilang dalam sekejap. Banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita hindari yang dapat merampas kecantikan lahiriah seseorang dalam sekejap, seperti halnya kecelakaan yang tak terelakkan.
Jika kita mengetahui bahwa kecantikan lahiriah begitu sementara sifatnya, apakah kita akan membuang segala daya upaya kita untuk berusaha mengejar dan mempertahankannya? Ataukah kita akan menjadi rendah diri jika kita tidak memilik kecantikan lahiriah?
Alkitab menunjukan kepada kita apakah itu kecantikan sejati, dan bagaimana kita bisa mendapatkan kecantikan sejati tersebut. Kecantikan sejati yang tidak akan berkurang, melainkan justru akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Karena kecantikan tersebut berasal dari batin yang terus diperbaharui sejalan dengan pengenalan kita akan kebenaran firman Allah.
Pada Amsl 31 tedapat puji-pujian bagi seorang isteri yang cakap. Bagian terakhir kitab Amsal ini berupa sajak akrostik ( menurut abjad ) yang indah. Ayat pertama mulai dengan huruf pertama dalam abjad Ibrani dan seterusnya sampai ke-22 huruf terpakai. Dari ayat 10 sampai ayat 31 tertulis apa saja yang dilakukan oleh sang isteri yang cakap, yang memilik kecantikan sejati, dan apa yang akan diperolehnya kelak sebagai buah dari apa yang  telah diperbuatnya.
Namun, meskipun Amsal 31 ini berjudul Puji-pujian untuk isteri yang cakap, tidak berarti ayat-ayat tersebut hanya berlaku bagi wanita yang sudah bersuami. Ayat-ayat tersebut berlaku bagi semua wanita yang ingin memiliki kecantikan sejati, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah. Karena pada akhirnya kita semua memang dipanggil untuk menjadi mempelai Kristus, entah di dunia ini kita menikah atau tidak.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, saya mendapat 12 hal yang dimiliki oleh sang isteri yang cakap sehingga ia bisa memiliki kecantikan sejati. Dan dalam artikel ini saya mencoba menbahas ke-12 hal tersebut supaya kita bisa belajar dari sang isteri yang cakap, dan kita pun bisa memilki kecantikan sejati itu.

1.      Dapat Dipercaya
Hati suaminya percaya kepadanya. ( Amsal 31:11a )

Dunia saat ini orang yang dapat dipercaya semakin langkah. Manusia saling menipu dan menghianati. Bahkan penipuan dan penghianatan sering kali dilakukan oleh orang-orang terdekat kita sendiri. Anak menipu orang tua, atau pasangan suami isteri saling menipu dan menghianati.
Dunia sedang membutuhkan orang-orang yang dapat dipercaya. Namun, yang menjadi pertanyaannya, siapakah orang yang dapat dipercaya itu?
Orang-orang yang bisa dipercaya adalah orang-orang yang memiliki integritas. Orang-orang yang memiliki integritas akan tetap bersikap sama baik berada di hadapan orang lain atau pun tidak. Karena integritas membuat tidak ada kepura-puraan dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, jika kita tahu sikap seseorang tetap sama di depan atau pun di belakang kita, maka kita akan bisa mempercayai orang tersebut.
Yusuf adalah seorang yang memiliki integritas. Sebab itu Potifar berani mempercayakan segala miliknya kepada Yusuf.

Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai Tuhan dan bahwa Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.
( Kejadian 39:13-4 )

Potifar begitu mempercayai Yusuf, sebab itu ia merasa aman untuk menyerahkan segala miliknya pada kekuasaan Yusuf. Bagaimana kita bisa melihat bahwa Potifar sangat mempercayai Yusuf? Pada waktu isteri Potifar memfitna Yusuf ingin memperkosanya, Potifar tidak membunuh Yusuf. Padahal hukuman untuk seorang budak yang melakukan kejahatan terhadap tuannya adalah hukuman mati. Kita tidak tahu alasan Potifar memasukan Yusuf ke dalam penjara. Mungkin dalam hati Potifar tahu isterinyalah yang mengoda Yusuf. Jadi untuk menjauhkan Yusuf dari isterinya, maka ia memasukan Yusuf ke penjara.
Kepercayaan menimbulkan rasa aman. Kita akan merasa aman untuk mencurahkan isi hati kita kepada orang yang kita percayai. Bahkan kita merasa aman untuk “menyerahkan” hidup kita pada orang yang kita percayai. Karena kita tahu dia tidak akan menghinati dan melukai kita.
Sebagai seorang isteri, apakah kita sudah menjadi seorang isteri yang bisa dipercaya sehingga suami kita merasa aman dengan kehadiran kita dan berani mempercayakakan segala sesuatunya kepada kita?  
Ataukah justru sebaliknya, saat ini kita menjadi isteri yang penuh kepura-puraan. Banyak hal yang kita sembunyikan dari suami kita. Sehingga suami kita sulit untuk mempercayai kita dan merasa tidak aman dengan keberadaan kita?
Atau sebagai wanita lajang kita menyimpan banyak kemunafikan dan keohongan. Sehingga orang lain sulit mempercayai kita dan merasa tidak aman dengan kehadiran kita?
Untuk memiliki kecantikan sejati, marilah kita menjadi orang-orang yang dapat dipercayai. Agar orang-orang di sekeliling kita merasa aman dan senang dengan kehadiran kita.

2.      Melakukan yang Baik
Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. ( Amsal 31:12 )

Dalam kitab Kejadian, kita melihat bagaimana Ribka melakukan kebaikan kepada Eliezer, hamba Abraham yang ditugaskan untuk mencari seorang isteri bagi Ishak anaknya. Dan bagaimana akhirnya Ribkalah yang terpilih untuk menjadi isteri Ishak.

Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: “Tolang beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” Jawabnya: “Minumlah, tuan,” maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: “Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum.”
 ( Kejadian 24:17-19 )

Ribka terpilih menjadi isteri Ishak bukan hanya karena parasnya yang cantik, namun tertama karena perbuatan baik yang ia lakukan. Sebab tanpa disadarinya, perbuatan baik yang ia lakukan merupakan suatu tanda pengesahan dari Tuhan bahwa ia adalah calon isteri yang Tuhan tetapkan untuk Ishak.

Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sedrhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaikan yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
 ( I Timotius 2:9-10 )

Rasul Paulus memerintakan kepada para perempuan di gereja mula-mula supaya jangan mendandani diri mereka dengan perhiasan-perhiasan lahiriah, tetapi dengan perbuatan baik. Manusia tidak dikenang dari apa yang dipakainya, melainkan manusia dikenang dari apa yang dilakukannya. Saat kita mendandani diri kita dengan perbuatan baik kepada orang-orang di sekitar kita, hal itu akan menjadi perhiasan yang tidak dapat binasa yang akan dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.

3.      Rajin
Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. ( Amsal 31:13 )

Hal ke-3 yang dimiliki oleh sang isteri yang cakap adalah kerajinan. Sang isteri yang cakap senang bekerja dengan tangannya. Dia melakukan semua pekerjaannya dengan senang hati, bukan dengan berat hati atau besungut-sungut.
Saat saya memasuki rumah sebuah keluarga, saya dapat mengetahui dari keadaan rumah tersebut apakah dalam keluarga itu ada seorang wanita yang rajin atau tidak, terutama jika mereka tidak memiliki pembantu.
Saya pernah melihat sebuah rumah yang besar dan bagus, namun sangat berantakan. Karena meskipun keluarga tersebut mempekerjakan 2 orang pembantu, tapi karena nyonya rumahnya tidak peduli pada urusan rumah tangganya, maka pembantunya juga berbuat seenaknya saja dalam rumah itu. Akibatnya, rumah itu menjadi sangat berantakan.
Sebaliknya, saya juga mengenal seorang ibu yang memiliki 2 orang anak balita. Ibu ini tidak memiliki pembantu, namun dia sangat rajin mengurus rumah tangganya. Jadi meski dengan 2 orang anak balita yang aktif di dalamnya, rumahnya tetap kelihatan bersih dan rapih.
Rut adalah seorang wanita yang rajin. Pada waktu dia baru datang dari daerah Moab ke Betlehem bersama ibu mertuanya Naomi. Mereka tidak mempunyai apa-apa untuk mempertahankan hidup mereka berdua. Karena pada waktu itu adalah musim menuai jelai, Rut berinisiatif untuk pergi memungut jelai yang ditinggalkan oleh para penyabit.

Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: “dari manakah perempuan ini?” Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: “Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab. Tadi ia berkata: izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti.”
( Rut 2:5-7 )

Kerajinan Rut yang bekerja mengumpulkan jelai dari pagi dan tidak berhenti seketikapun yang menarik perhatian Boas kepadanya. Wanita yang rajin akan lebih disukai oleh orang meskipun ia tidak telalu cantik, dapirada wanita cantik yang malas.
Saya pernah mendengar acara talk show di sebuah radio Kristen. Ada seorang suami yang tidak tahan ingin menceraikan isterinya, karena isterinya malas mengurus rumah tangga dan selalu membiarkan rumah mereka dalam keadaan berantakan. Sang suami yang barasal dari latar belakang keluarga yang selalu menjaga kebersihan sudah berulang kali menasehatinya. Tetapi sang isteri tetap tidak mau berubah. Setiap pulang kantor, sang suami selalu disambut dengan rumah yang berantakan. Akhirnya sang suami memutuskan untuk bercerai.

4.      Mampu Mengorganisir dangan Baik
Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. ( Amsal 31:15 )

Banyak pertengkaran terjadi dalam keluarga karena isteri tidak mampu mengorganisir dengan baik, terutama dalam hal keuangan. Hal ini terjadi terlebih jika dalam keluarga hanya suami yang bekerja sedangkan isteri hanya berada di rumah. Sang suami yang menyerahkan seluruh penghasilannya kepada isterinya untuk keperluan rumah tangganya akan merasa tidak dihargai dan marah jika sang isteri tidak bisa mengelola keuangan dengan baik.
Seorang isteri yang cakap harus bisa menelola keuangan keluarganya dengan baik. Dia harus bisa membuat daftar pengeluaran selama 1 bulan, supaya jangan sampai terjadi “besar pasak daripada tiang”. Dia harus bisa membedakan mana keperluan, atau hanya sekedar keinginan saja. Supaya dia bisa menghemat pengeluaran yang tidak penting, dengan hanya membeli apa yang merupakan keperluan, dan tidak menghabiskan uangnya untuk memuaskan keinginannya semata. Denagn demikian, dia bisa menyisihkan uangnya untuk tabungan dan keperluan tak terduga.
Kebiasaan mengelola keuangan dengan baik harus dimulai dari sejak masih muda. Jika saat kita masih lajang kita sudah sulit mengatur keuangan, maka saat setelah bekeluarga kita akan lebih sulit untuk melakukannya, karena tanggung jawab dan kebutuhan kita akan meningkat setelah kita berkeluarga.
Selain mengorganisir keuangan dengan baik, seorang isteri yang cakap harus bisa mengorganisir anggota keluarganya dengan baik. Dalam banyak bukunya, Dr. James Dobson mengajarkan agar setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab di dalam rumah. Harus ada pembagian tugas yang jelas di antara anggota keluarga dalam urusan rumah tangga.
Anak-anak harus diajar bertanggung jawab minimal atas kebersihan kamar tidur tidur mereka sendiri. Seorang ibu yang baik tidak akan memanjakan anaknya dengan mengambil alih apa yang menjadi tugas anaknya jika memang anaknya telah mampu untuk melakukannya. Tetapi ia harus dapat melatih anaknya untuk melakukan tugasnya dengan baik.
Saat seorang isteri mampu mengorganisir rumah tangganya dengan baik, kemungkinan terjadinya konflik dalam keluarga akan dapat dikurangi. Sebab itu seorang isteri yang cakap akan dapat membawa kedamaian bagi keluarganya.

5.      Pandai Melihat Peluang
Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. ( Amsal 31:16 )

Orang bijak berkata: "Kesempatan tidak datang dua kali"
Memang benar, sering kali kita gagal bukan karena kita tidak memiliki kemampuan, tapi karena kita menyia-nyiakan kesempatan. Kita tidak peka ketika kesempatan itu datang, dan akhirnya kesempatan itu berlalu begitu saja.
Orang yang sukses sering kali bukanlah orang yang memiliki banyak kemampuan, melainkan orang yang pandai melihat peluang. Rasul Paulus adalah orang yang pandai melihat peluang. Pada waktu dia berada di Atena dan melihat kota itu penuh dengan patung berhala. Paulus tidak memjadi pesimis dia akan bisa memberitakan Injil di tempat itu. Justru sebaliknya, dia melihat itu adalah kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil.

Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai sebuah mezbah dengan tulisan : Kepada allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”
      ( Kis 17:22-23 )

Kepandaian melihat peluang membuat kita mampu untuk melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain. Kepandaian melihat peluang juga membuat kita mampu melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda. Orang yang pandai melihat peluang akan melihat suatu hal sebagai kesempatan, saat orang lain melihat hal yang sama sebagai hambatan. Oleh sebab itu, orang yang pandai melihat peluang selalu lebih maju satu langkah dibandingkan dengan orang lain.
Dalam kehidupan keseharian kita sebagai wanita, kita juga harus pandai untuk melihat peluang. Sebagai seorang penolong, kita harus pandai melihat peluang yang dapat membantu pasangan kita mendapat terobosan-terobosan. Sebagai ibu, kita juga harus pandai untuk melihat peluang. Kita dapat melihat anak kita yang terlalu aktif bukan sebagai gangguan, namun keaktifan anak kita adalah energi yang dapat disalurkan. Dan tugas kita adalah mengarahkannya untuk menyalurkan pada sesuatu yang tepat.
Kepandaian melihat peluang sangat penting dalam kehidupan keluarga, bisnis, pelayanan, dan banyak segi lainya dalam hidup kita. Karena itu, biarlah kita memita kepada Allah supaya Allah memberikan mata yang jelih untuk selalu dapat melihat peluang, bahkan di tengah tantangan sekalipun.

6.      Memiliki Belas Kasihan
Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. ( Amsal 31:20 )

Dalam Kisah Para Rasul 9:36-43 dikisahkan ada seorang wanita bernama Dorkas yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah. Dorkas ini sakit dan kemudian meninggal dunia. Jemaat di Yope menyuruh orang untuk menjemput Petrus dari Lida untuk datang dan mendoakannya. Pada waktu Petrus sampai di Yope, semua janda berkumpul di ruang atas, di mana mayat Dorkas dibaringkan sambil menangis dan mereka menunjukan semua baju yang dibuat oleh Dorkas semasa hidupnya. Kemudian Petrus menyuruh mereka semua keluar dan mendoakan serta membangunkan Dorkas. Maka bangkitlah Dorkas dari kematiannya.
Belas kasihan yang Dorkas tunjukan kepada jemaat di Yope, terutama kepada para janda membuat jemaat di Yope begitu mengasihinya. Oleh sebab itu, ketika ia sakit dan kemudian meninggal, maka jemaat di Yope menyuruh orang untuk menjemput Petrus agar mendoakan serta membangunkannya. Selain itu, belas kasihan yang dia tunjukan kepada orang lain menjadi semacam “identitas” bagi dirinya.

Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita – dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.
( Kis 9:36 )

Yesus adalah pribadi yang penuh dengan belas kasihan. Alkitab mencatat berulang kali Yesus tergerak oleh belas kasihan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka. ( Matius 9:36 ) Semua yang Yesus lakukan didasari oleh rasa belas kasihan.
Belas kasihan berbeda dengan rasa simpati sesaat. Belas kasihan timbul dari dalam hati karena melihat penderitaan orang lain. Rasa simpati sesaat mudah hilang, namun belas kasihan membuat kita mampu untuk turut merasakan penderitaan orang lain.
Hati yang penuh dengan belas kasihan akan terpancar keluar. Orang yang sedang berada dalam penderitaan akan dapat merasakan apakah seseorang tersebut benar-benar mengasihinya atau hanya bersimpati.
Belas kasihan kita kepada orang lain, terutama yang sedang menderita akan menarik orang lain untuk kembali mengasihi kita. Seperti yang terjadi pada Dorkas dan para janda di Yope. Oleh sebab itu, kenangan terhadap kecantikan sejati yang berasal dari hati yang memiliki belas kasihan tidak akan hilang sampai kapanpun.
Sebuah Anomim yang sangat bagus mengambarkan kecantikan yang berasal dari hati yang memiliki belas kasihan berkata: “Untuk mendapat berat badan yang ideal, berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.”

7.      Menjaga Nama Baik
Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. ( Amsal 31:21 )

Saya mengenal seorang wanita muda yang suka sekali membicarakan kekurangan suaminya kepada orang lain. Dia begitu gemar membicarakan kekurangan suaminya, sampai-sampai ketidak puasanya dalam hubungan intim mereka pun ia ceritakan. Sampai saya berpikir, kenapa dia dulu mau menikah dengan suaminya?
Saya rasa adalah hal yang benar jika dia hanya menceritakan masalah keluarganya kepada seorang konselor pernikahan untuk mencari solusi guna memperbaiki hubungan mereka. Namun sayangnya, dia bukan menceritakan masalah keluarganya pada seorang konselor yang takut akan Tuhan, sebaliknya dia menceritakannya pada teman-teman kantornya dan beberapa orang kenalannya yang lain.
Saat sepasang kekasih mengucapkan janji pernikahan di hadapan Tuhan, hamba Tuhan, dan jemaat Tuhan sebenarnya mereka bukan lagi kamu dan aku, tetapi kita. Sudah tidak ada lagi milikmu atau milikku, kekuranganmu atau kekuranganku, kesalahanmu atau kesalahanku, keluargamu atau keluargaku, yang ada hanyalah milik kita, kekurangan kita, kesalahan kita, keluarga kita. Saat dua orang menikah, Alkitab berkata, mereka bukan lagi dua melainkan satu.

Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.
( Matius 19:5 )

Karena suami isteri adalah satu, maka kita wajib berusaha menjaga nama baik suami kita. Jika kita benar-benar mencintai pasangan kita dan melihat dia sebagai bagian dari diri kita, bukan melihatnya sebagai orang lain, kita tidak mungkin akan menceritakan kekurangan pasangan kita kepada orang lain. Sebab kekurangannya adalah kekurangan kita juga.
Seharusnya jika suami kita memiliki suatu kekurangan, kita harus berusaha untuk menolong dia, karena memang kita diciptakan sebagai penolong. Itulah gunanya Allah menciptakan dan mempersatukan kita dengan pasangan kita untuk melengkapi apa yang kurang padanya. Sehingga hidup kita lebih maksimal dengan kita menikah daripada kita hidup sendiri.
Namun ironisnya, banyak wanita yang tidak bisa melihat pasangannya sebagai bagian dari dirinya. Mereka melihat pasangannya sebagai orang lain, bahkan sebagai saingan. Jika sudah seperti itu keadaannya, maka sikap menghargai, melindungi, terlabih lagi mengasihi akan hilang dalam keluarga. Sebagai pengantinya adalah kecurigaan, rasa merendahkan, dan ingin menjatuhkan satu sama lain.
Seorang isteri yang cakap tidak akan pernah merendahkan atau menghina suaminya karena kekurangan-kekurangan yang dimiliki suaminya. Sebalikya, seorang isteri yang cakap akan berusaha menutupi kekurangan suaminya dengan menjadi penolong yang baik untuk suaminya. Seorang isteri yang cakap adalah seorang yang mampu menjaga nama baik suaminya.

Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukan tulang suaminya.
( Amsal 12:4 )

8.      Penuh Pengharapan
Ia tertawa tentang hari depan. ( Amsal 31:25b )

Pada waktu Firaun memerintahkan untuk membuang semua bayi laki-laki yang lahir dari keluarga Ibrani ke dalam sungai Nil supaya bangsa Israel tidak bertambah banyak di tanah Mesir. Semua wanita Ibrani takut, dan melakukan apa yang Firaun perintahkan. mereka membuang semua bayi laki-laki yang mereka lahirkan ke dalam sungai Nil. Namun ada seorang wanita dari suku Lewi yang berani menentang perintah Firaun karena pengharapannya kepada Allah. Wanita ini menyembunyikan bayi laki-laki yang dilahirkanya selama 3 bulan. Walaupun pada akhirnya dia harus merelakan bayi laki-lakinya untuk dihanyutkan di sungai Nil, namun ia tidak membuang anaknya itu begitu saja. Ia meletakan bayinya dalam sebuah peti pandan, dan diletakan pada tepi sungai Nil. Ia menyuruh anak perempuannya yang tertua untuk mengawasinya. Karena ia percaya Allah sanggup melakukan sesuatu bagi bayinya. Nama perempuan itu adalah Yokhebed, ibu Musa. ( Keluaran 2:1-10 )
Pengharapan memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam situasi yang sulit. Sekali kita kehilangan pengharapan, kita akan kehilangan seluruh kekuatan untuk menghadapi dunia. Sebab itu, seorang wanita yang penuh pengharapan adalah seorang wanita yang kuat, yang mampu menjadi penolong bagi suaminya.
Alkitab berkata:

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.
( Ibrani 6:19 )

Penharapan akan menjaga jiwa kita supaya tidak hancur oleh gelombang kehidupan. Terlebih lagi karena kita percaya kita memiliki Allah yang sanggup melakukan segala sesuatu dan Dia sanggup mengubah keadaan kita.
Seorang isteri yang cakap mampu membangkitkan harapan suaminya dalam masa sulit, bukan menghancurkannya. Pengharapan yang kita miliki akan menular ke hati pasangan kita untuk dia juga memiliki pengharapan yang sama. Sehingga ia bisa bangkit dan bertahan dalam menghadapi masa-masa sulit.
Pengharapan membuat seorang ibu menyusui anaknya. Pengharapan membuat seseorang menanam sebatang pohon, meskipun mungkin ia tidak dapat menikmati buahnya berapa tahun mendatang. Pengharapan membuat seseorang tidak pernah menyerah.

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
( Amsal 23:18 )

9.      Berhikmat
Ia membuka mulutnya dengan hikmat. ( Amsal 31:26a )

Dalam Perjanjian Lama ada seorang wanita yang karena hikmatnya menyelamatkan suaminya dari malaikat yang akan membunuhnya. Zipora, isteri Musa, pada waktu perjalanan mereka kembali ke Mesir, di suatu tempat bermalam, menyelamatkan Musa dari Tuhan yang ingin membunuhnya karena Musa lalai untuk menyunatkan ke 2 anak lelakinya sewaktu mereka tinggal di tanah Midian.
Zipora yang mengetahui tentang perjanjian sunat antara Allah dan bangsa Israel segera mengambil pisau batu dan memotong kulit khatan anaknya, serta menyentuhkan kulit itu ke kaki Musa, sambil berkata: “Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku”. Sehingga Tuhan membiarkan Musa hidup. ( Keluaran 4:24-26 )
Alkitab berkata:

Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak.
( Amsal 16:16 )

Apa yang fiman Tuhan di atas katakan sangatlah tepat. Terkadang, sampai di suatu titik, emas, perak dan segala harta kekayaan kita tidak menyelamatkan kita, hanya hikmatlah yang dapat menyelamatkan kita. Seperti pada cerita Zipora tadi. Semua yang dimiliki Musa tidak bisa untuk menyuap Tuhan supaya Tuhan jangan membunuhnya. Hanya hikmat dari seorang isteri yang cakap yang mampu mencegah Tuhan untuk tidak membunuh Musa.
Hikmat sejati hanya berasal dari Allah, karena Allah adalah sumber hikmat. Dan Allah berjanji untuk memberikan hikmat kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencarinya.

Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya dating pengetahuan dan kepandaian.
( Amsal 2:4-6 )

Berserulah kepadaKu, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.
( Yeremia 33:3 )

Hikmat dari Allah mengalahkan semua pengetahuan dan kepandaian manusia.  Himat dari Allah memmbuat kita memahami hal-hal yang tidak terpahami oleh akal pikran manusia kita. Allah memberikan hikmat pada kita dalam situasi-situasi tertentu supaya kita terhindar atau terlepas dari persoalan. Bahkan hikmat dari Allah akan memberikan ide-ide baru kepada kita sehingga terjadi terobosan dalam hidup kita.
Saya pernah mendengar cerita seorang wanita yang dipecat dari pekerjaanya. Kemudian dia mendapat ide untuk manjahit kain-kain perecah yang dia beli dengan harga murah menjadi seprei. Akhinya usahanya ini menjadi maju dan berkembang. Sehingga kehidupnya menjadi lebih baik dari pada saat dia bekerja pada pekerjaanya yang lama.
Hikmat seorang isteri yang cakap dapat membawa keluarganya keluar dari berbagai kesulitan. Jika kita adalah wanita yang memilki hikmat dari Allah, bayangkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk diri kita, keluarga kita, dan orang lain.
Selain itu, seorang suami akan bangga memiliki seorang isteri yang berhikmat sehingga dapat menjadi penolong yang baik bagi dirinya. Oleh sebab itu, menjadi wanita yang berhikmat sangat penting untuk menjadi isteri yang cakap dan memiliki kecantikan yang sejati.
Namun yang menjadi persoalannya, adakah kita mau mengejar hikmat tersebut melalui menjalin hubungan yang terus-menerus dengan Tuhan? Seberapa serius kita untuk bisa memperoleh hikmat? Ataukah sebaliknya, kita sudah merasa puas dengan keadaan kita saat ini, dan merasa tidak perlu lagi untuk medapatkan hikmat sehingga kita lebih memilih mengabiskan waktu kita untuk hal yang lain daripada menghabiskannya untuk membangun hubungan dengan Tuhan?

10.  Perkataan yang Lemah Lembut
Pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. ( Amsal 31:26b )

Ketika Daud dan para pengikitnya yang berada di padang gurun kehabisan makanan, Daud menyuruh beberapa orang pengikutnya untuk pergi kepada Nabal, seorang yang sangat kaya di Maon, yang sedang mengadakan pesta penguntingan bulu domba, untuk meminta makanan bagi Daud dan orang-orangnya. Namun Nabal menolak untuk membantu Daud, sebaliknya ia menghina Daud dan mengusir orang-orang suruhan Daud.
Daud yang marah kemudian mengajak kira-kira 400 orang pengikutnya untuk membunuh Nabal dan semua laki-laki yang ada di rumahnya.
Nabal memilik seorang isteri yang cantik dan bijak, namanya Abigail. Ketika Abigail mendengar apa yang telah dilakukan Nabal kepada Daud. Abigail kemudian mengambil roti, domba, anggur dan makanan lainnya untuk memberikannya kepada Daud dan para pengikutnya.
Di tengga jalan, Abigail berjumpa dengan Daud yang hendak membunuh Nabal dan semua laki-laki yang ada di rumahnya. Abigail segera turun dari keledainya, sujud menyembah kepada Daud, dan membujuk Daud dengan kata-kata yang lemah lembut untuk mengurungkan niatnya membunuh Nabal dan seisi rumahnya.
Daud menuruti kata-kata Abigail untuk mengurungkan niatnya membunuh Nabal. Dan kira-kira 10 hari kemudian Tuhan memukul Nabal sehingga ia mati. Dan Daud pun terlepas dari hutang darah. Setelah Nabal mati, kemudian Daud menyuruh untuk mengambil Abigail menjadi isterinya.
Perkataan Abigail yang lemah lembut dapat memadamkan kemarahan Daud dan membuat Daud membatalkan niatnya untuk membunuh Nabal. Perkataan yang lemah lembut adalah seperti air dingin yang disiramkan di atas barah api yang menyala dari seseorang yang sedang marah, sehingga dapat memadamkan kemarahannya. Sebaliknya, perkataan yang keras dan kasar adalah seperti bensin yang disiramkan pada barah api dari seseorang yang sedang marah, dan membuat kemarahannya semakin meledak.
Amsal berkata:

Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah.
( Amsal 15:1 )

Namun sebagai wanita sering kali kita tidak bisa mengontrol perkataan dan nada suara kita. Saat sedang emosi, kita sering kali berkata-kata kasar dengan nada suara yang tinggi. Kita tidak pernah memikirkan terlebih dahulu apa yang akan kita katakan dan akibatnya sebelum mengucapkan sesuatu. Lebih parahnya lagi, saat sedang marah kita cenderung untuk sengaja memilih kata-kata yang menjatuhkan “lawan” kita.
Dalam hidup kita sebagai pasangan, atau sebagai wanita lajang, sering kali kita dihadapkan pada konflik-konflik yang tidak dapat kita hindari. Cara kita berkata-kata sangat penting dalam menyelesaikan suatu konflik. Kita dapat meredahkan atau memperparah konflik dengan apa yang kita katakan. Perkataan yang lemah lembut dapat meredahkan konflik, sebaliknya, perkataan yang pedas akan memperparah konflik.
Lemah lembut bukan berarti tidak ada ketegasan atau menghiyakan segala sesuatu. Kita bisa tetap tegas namun lemah lembut. Kita dapat memilih kata-kata yang tidak mengandung kompromi, tapi mengucapkannya dengan lemah lembut. Dan ini akan membuat pihak “lawan” lebih terbuka untuk mendengarkan kita. Jika kita mengunakan nada suara yang bersifat menyerang dalam usaha untuk menyelesaikan suatu konflik, maka pihak “lawan” akan membalas dengan membela diri, dan akan menutup diri untuk mendengar apa yang kita katakan. Karena, cara kita mengucapkan, berbicara lebih keras dari apa yang kita katakan.
Karena itu, untuk memilki kecantikan sejati, kita harus belajar berkata-kata dengan lemah lembut dalam hidup keseharian kita. Khususnya untuk menjadi seorang isteri yang cakap, kita harus belajar berkata lemah lembut kepada keluarga kita. Terkadang kita masih bisa berkata-kata dengan lemah lembut kepada orang lain untuk menjaga perasaannya. Namun dengan keluarga kita sendiri kita berbicara dengan seenaknya, karena kita merasa sudah begitu terbiasa dengan mereka. Oleh sebab itu sopan santun dalam berkata-kata sudah hilang dari kamus kita.
Kebiasaan berkata-kata dengan lemah lembut harus kita berlakukan kepada semua orang. Entah dia keluarga kita atau orang yang baru kita kenal. Entah dia atasan atau bawahan kita. Setiap orang senang mendengar perkataan yang lemah lembut. Oleh sebab itu, orang yang biasa berkata-kata dengan lemah lembut akan disukai banyak orang. Yesus berkata:

Berbahagialah orang yang lemah lembut, kerena mereka akan memiliki bumi.
 ( Matius 5:3 )

11.  Teliti
Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya. ( Amsal 31:27a )

Ketelitian adalah salah satu unsur untuk memiliki kecantikan sejati. Tanpa ketelitian seorang wanita tidak akan bisa mengurus apa pun dengan baik. Ketelitian menyangkut hal-hal yang kecil, namun membutuhkan komitmen yang besar. Salah satu bentuk ketelitian yang sederhana, seperti selalu mengembalikan barang pada tempatnya semula. Akan membutukan perjuangan yang sangat besar bagi orang-orang yang sudah terbiasa untuk ceroboh.
Saya memiliki seorang teman wanita yang sering mengeluh karena tidak punya waktu untuk membereskan kamar tidurnya dan lupa tempat menaruh suatu barang. Saya menasehatinya untuk memulai kebiasaan dari hal-hal kecil, yaitu selalu mengembalikan barang-barang pada tempatnya yang tetap. Jika kita selalu mengembalikan barang pada tempatnya, kamar kita tidak akan terlalu berantakan, dan kita tidak akan butuh waktu yang lama untuk membereskannya. Selain itu, jika kita selalu mengembalikan barang pada tempatnya, kita akan tahu pasti di mana benda itu berada. Sehingga jika kita memerlukannya, dalam keadaan gelap pun kita bisa menenukannya. Dan kita tidak perlu buang-buang waktu untuk mencarinya.
Ketelitian sangat dibutuhkan untuk setiap hal yang kita lakukan. Dalam pekerjaan, mengurus rumah tangga, pelayanan dan banyak hal lainnya, semuanya membutuhkan ketelitian. Ketelitian membuat kita mengerti benar akan suatu hal, dan memungkinkan kita untuk mengambil tindakan yang tepat.
Ezra adalah orang yang bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan. ( Ezra 7:10 ) Oleh sebab itu Ezra dapat mengerti betul kehendak Tuhan dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tanpa ketelitian tidak ada ketepatan. Oleh sebab itu, untuk melakukan sesuatu dengan tepat dan benar dibutuhkan ketelitian.

12.  Takut Akan Tuhan
Tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji. ( Amsal 31:30b )

Hal terakhir dan paling penting untuk memiliki kecantikan sejati adalah takut akan Tuhan. Karena tanpa adanya hati yang takut akan Tuhan, kita tidak mungkin memiliki ke-11 hal yang saya sebutkan di atas. Hati yang takut akan Tuhan adalah sumber dari kecantikan sejati.
Alkitab berkata:

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.  
( Roma 3:23 )

Semua manusia pada dasarnya telah rusak karena dosa. Tidak ada satu pun yang baik pada diri manusia. Karena manusia memiliki hakekat dosa di dalam dirinya. Oleh sebab itu, manusia kehilangan kecantikan sejati mereka, yaitu kemuliaan Allah.
Manusia tidak perlu diajar berbuat jahat untuk dia bisa berbuat jahat. Bahkan, anak-anak yang tidak pernah diajari berbohong oleh orang tuanya, dengan sendirinya bisa berbohong. Saya punya sebuah ilustrasi yang menunjukan bagaimana manusia memiliki hakekat dosa di dalam dirinya.

Seorang kakek memberi sebungkus permen kepada cucu perempuannya yang masih berunur 4 tahun. Kemudian sang kakek bertanya kepada cucu perempuannya: “Apakah kamu sayang kakek?”. Sambil menggunyah permen di mulutnya, gadis kecil itu menjawab: ”tentu aku sayang kakek.” “Kalau begitu beri kakek 1 butir permenmu.” Kata sang kakek kemudian. Gadis kecil itu segera menggelengkan kepalanya sambil mencengkram lebih kuat kantung berisi permennya.
Melihat reaksi cucunya sang kakek berkata: ”Jika kamu pelit terhadap kakek, maka kakek tidak akan membelikanmu permen lagi. ” Mendengar itu cucunya sangat ketakutan; dan berkata: ”kakek, kalau begitu tutup matamu.” Sang kakek kemudian berpura-pura manutup matanya, sambil mengintip apa yang dilakukan cucunya. Ternyata cucunya mengeluarkan permen dari mulutnya yang tinggal setegga, dan menyuapkannya ke mulut kakeknya. Kemudian dia membuka permen yang baru dan memakannya.

Kita semua tahu tidak seorangpun yang mengajarkan kepada gadis kecil itu untuk berlaku curang. Tetapi karena adanya “dosa asal” yakni kecenderungan manusia untuk selalu berbuat dosa. Maka gadis kecil itu memiliki pikiran untuk berbuat curang.
Karena dosa, manusia menjadi begitu kotor, dan kehilangan kecantikan sejati mereka. Namun manusia tidak berdaya untuk memulihkan dirinya sendiri. Karena manusia telah ditundukan di bawa hokum dosa. Hanya ada satu cara untuk memulihkan kecantikan sejati manusia, yaitu anugerah dari Allah.
Allah melalui kematian Yesus di kayu salib melepaskan semua orang yang percaya kepadaNya dari kuasa dosa dan menjadikannya anak-anak Allah. Kemudian Allah akan memberikan Roh KudusNya untuk diam di dalam kita dan bersatu dengan roh kita. Roh Kudus yang diam dalam kita yang akan memampukan kita untuk melakukan kebenaran Allah. Sehingga kemuliaan Allah kembali terpancar dari dalam diri kita, dan kita mendapatkan kembali kecantikan yang sejati.

Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, yang sangat berharga di mata Allah.
 ( I Petrus 3:4 )


Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tanganya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!
( Amsal 31:30-31 )

Glory to The Lord

Minggu, 07 Agustus 2011

Anak Gembala

Seorang anak gembala, sedang membaca buku diterangi sinar mentari pagi sambil menjaga kawanan sapinya. Tiba-tiba dari lereng gunung terdengar suara orang bertengkar. Anak gembala pergi ke sana untuk melihatnya. Ternyata penduduk desa yang bertengkar karena berebut untuk menimba air di sumur. Mereka membawa kayu, dan saling memukul. Si anak gembala menjadi takut dan kuatir: “Jika seperti ini lagi, bisa membahayakan nyawa orang!”
Keesokan harinya, penduduk desa menemukan ada selembar pengumuman yang tertempel di pingir sumur. Pengumuman itu berisi, setiap malam, penduduk desa harus menaruh tong air mereka di tepi sumur. Keesokan harinya baru bisa menimba air sesuai urutan. Orang-orang mengira ini adalah perintah kepala desa, karena itu mereka menurutinya.
Pada hari ke 3, di pagi hari, saat penduduk desa sampai di tepi sumur, mereka mendapati setiap tong sudah penuh terisi air. Sampai beberapa hari, juga selalu seperti itu. Penduduk desa mengira kepala desa yang menyuruh orang untuk melakukan ini.
Setelah kepala desa mengetahui hal ini, dia merasa heran. Dia memutuskan untuk mengetahui siapa orang baik yang memasang pengumuman dan menimba air itu. Hari belum terang, kepala desa sampai di dekat sumur, ia melihat seorang anak sedang menimba air, dengan malu dia berkata: “Ah, aku ternyata tidak lebih baik dari seorang anak!”
Dunia saat ini adalah dunia yang sedang kehilangan damai. Bahkan sepertinya, manusia saat ini lebih menyukai kekerasan dari pada damai. Jika kita melihat di sekeliling kita, banyak perkelahian yang terjadi akibat masalah yang sepele. Bahkan, jika kita lihat di media, ada orang-orang yang sampai tegah untuk membunuh temannya hanya karena berebut sedikit uang. Manusia menjadi begitu egois, dan memikirkan dirinya sendiri.
Win win solution atau solusi menang sama menang, adalah cara yang saat ini dianggap paling bagus untuk menyelesaikan masalah. Memang tidak ada yang salah dengan solusi ini. Bahkan kelihatannya, solusi ini sangat adil. Kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Jika ada yang tidak diuntungkan, lebih baik tidak ada kerjasama atau hubungan sama sekali.
Namun, jika semua orang menganut prinsip win win solution ini, maka tidak akan ada lagi orang yang mau mengalah. Padahal Alkitab berkata: Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. (I Korintus 10:24)
Bayangkan, apa jadinya jika prinsip win win solution ini diterapkan pada hubungan antara Allah dan manusia. Maka tidak ada lagi kasih karunia, tidak ada lagi anugerah Allah. Karena Allah juga ingin diuntungkan dalam hubunganNya dengan manusia. Jika kita mau berkata jujur, bukankah selama ini, dalam hubungan kita dengan Allah, sebenarnya adalah hubungan yang paling tidak adil. Tidak membawa keuntungan apa pun bagi Allah, sebaliknya Allah selalu berada di pihak yang dirugikan. Hubungan kita dengan Allah hanya membawa keuntungan di pihak kita. Bukan kita yang mencari Allah, tetapi Allah yang mencari kita. Allah menyelamatkan kita, menyertai kita, memberkati kita, namun sebaliknya, bukankah kita sering memberontak dan mendukakan hati Allah? Bukankah ini adalah hubungan yang sangat berat sebelah? Dan kerugian yang besar selalu ‘diderita’ oleh pihak Allah tanpa mendapat keuntungan apa pun.
Jadi, jika Allah saja begitu rela untuk selalu menjalin hubungan dengan kita walaupun Dia harus selalu berada di pihak yang dirugikan dalam hubunganNya dengan kita, apakah kita tidak rela untuk ‘sedikit’ dirugikan untuk menjaga kedamaian dengan sesame kita. Alkitab juga berkata: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18)
Jika kita rela dirugikan untuk menjaga kedamaian sesuai dengan firman Tuhan, maka Allah akan mecurahkan anugerah dan kasih karuniaNya untuk kita. Dia akan memberikan kepada kita jauh melebihi apa yang dapat kita doakan dan pikirkan. Dan yang pasti jauh melebihi keuntungan yang bisa kita dapat jika kita mengunakan cara manusia yang secara alami tidak bersedia untuk rugi.


Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
(Matius 5:9)