Minggu, 31 Juli 2011

Labu Dalam Botol

Seorang raja yang sangat sombong, selalu merasa dirinya yang paling pintar, dan semua orang yang lain bodoh.
Ada seorang pejabat istana yang bernama A Xin. Dia ingin memberi pelajaran kepada raja, lalu sengaja membual di hadapan raja. Dia berkata kepada orang banyak: “Di dalam istana ini, akulah orang yang tehitung paling pintar.” Mendengar ini, raja merasa sangat tidak senang.
Suatu hari, raja berkata kepada A Xin: “Kamu berkata dirimu yang paling pintar. Sekarang aku memerintahkanmu untuk menangkap ombak di laut dengan mengunakan jarring.”
A Xin dengan tenang menjawab: “Baginda raja, ini sangat mudah. Asalkan anda bisa memberikan kepada saya sebuah jarring yang terbuat dari pasir.” Mendengar jawaban A Xin, raja sangat marah, namun tidak bisa berkata apa-apa.
Hari ke 2, raja sambil menunjuk seekor burung kecil yang ada dalam sangkar berkata: “Kamu harus membuatkan aku 50 macam masakan dari burung ini!”
A Xin berkata: “Baiklah. Namun mohon raja membuatkan saya terlebih dulu sebuah wajan dari sebatang jarum, dan dengan mengunakan jarum yang lainnya untuk membuat sebuah pisau.” Kali inipun, raja juga tidak bisa berkata apa-apa.
Hari ke 3, raja kembali memberi pertanyaan yang sulit kepada A Xin: “A Xin, apakah kamu bisa memasukan labu kuning yang besar itu ke dalam botol ini?” A Xin melihat, botol itu memang sama besar dengan labu kuning itu, tetapi mulut botol begitu kecil, bagaimana labu bisa masuk?
A Xin pulang ke rumah dan berpikir sangat lama, akhirnya ia mendapatkan sebuah ide. Dia membawa botol itu ke kebun, dia memasukan sebuah  labu yang baru tumbuh ke dalam botol, dan membiarkan buah labu itu menjadi besar di dalam botol.
Setelah beberapa waktu, labu itu sudah menjadi besar. A Xin membawa botol itu menghadap raja. Raja melihat, sungguh ada labu di dalam botol, namun botolnya tidak pecah. Kali ini raja menyerah. Dia berkata kepada A Xin: “Kamu memang orang yang pintar.”
Kesombongan adalah dosa yang paling murah dan paling mudah untuk dilakukan. Untuk bisa menjadi sombong, seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya atau usaha apa pun. Yang lebih unik lagi dari dosa kesombongan ialah, orang yang merasa tidak melaku-kannya, justru sedang melakukannya. Di saat seseorang merasa dirinya tidak sombong, sebenarnya dia sedang menyombongkan diri. Begitu juga saat seseorang merasa orang lain sombong, sebenarnya ia sedanng menyombongkan diri, karena merasa dia lebih rendah hati dari orang lain, dan orang lain lebih sombong.
Dosa kesombongan dapat memasuki semua orang. Orang tidak harus menjadi kaya atau pintar lebih dulu untuk bisa menjadi sombong. Sebaliknya, justru sering orang ‘bodoh’lah yang sering kali sombong. Karena mereka bodoh, mereka jadi tidak tahu kalau mereka sebenarnya bodoh. Mereka merasa diri paling pintar, dan menolak untuk diajar oleh orang lain.
Tepat sekali jika Alkitab mengatakan bahwa kesombongan mendahului kehancuran. Orang yang sombomg tidak akan mau memperbaiki diri, karena merasa dirinya sudah yang paling baik. Orang yang sombong juga cepat marah, mudah tersinggung, dan merendahkan orang lain. Karena itu, orang sombong akan dijauhi oleh orang. Tidak ada orang yang suka bergaul dengan orang yang sombong.
Karena itu, marilah kita meninggalkan segala bentuk kesombongan. Dan menjadi rendah hati, sama seperti Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Biarlah kita meminta agar Tuhan senantiasa menyelidiki hati kita, dan membuang segala kesombongan dari dalam hati kita, sebab kesombongan akan menghancurkan diri kita sendiri.


Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
(Amsal 16:18)

Menjadi Saluran Air Hidup

Di sebuah taman ada sebatang pohon bambu yang tumbuh dengan sangat indah. Setiap hari sang pemilik taman datang untuk merawat pohon bambu tersebut. Pemilik taman memberi pupuk, menyiraminya, membersihkan rumput di sekitarnya, sehingga pohon bambu itu tumbuh dengan sangat indah, dan tinggi melebih pohon-pohon lain di dalam taman itu.
Pohon bambu sangat berterima kasih atas apa yang sudah tuannya lakukan kepadanya, dan ia ingin membalas kebaikan tuannya kepadanya.
Suatu hari pemilik taman itu datang dan berkata kepada pohon bambu itu:
“Aku ingin memakaimu. Bersediakah engkau aku pakai menjadi menjadi sesuatu yang berguna?”
Karena pohon bambu itu sangat ingin membalas kebaikan tuannya, maka dengan cepat ia menjawab:
“Tentu saja aku bersedia tuan.”
Pemilik taman itu lalu mengambil kapak, dan menebang pohon bambu itu, sehingga pohon bambu itu sekarang tegeletak di tanah. Sambil menangis pohon bambu berkata kepada tuannya:
“Mengapa tuan menebang aku? Aku yang dulu tumbuh paling tinggi dalam taman ini, sekarang tergeletak di tanah.”
“Jika aku tidak menebangmu, aku tidak bisa memakaimu.” Jawab tuannya.
Keesokan harinya, tuannya datang lagi dan berkata kepada pohon bambu itu:
“Sekarang aku akan memotong habis semua daunmu. Bersediakah engkau kupotong habis semua daunmu?”
Pohon bambu itu dengan terkejut berkata:
“Tuan kemarin tuan sudah menebang aku, sehingga aku tergeletak di tanah. Sekarang kenapa tuan ingin merontokan daunku juga? Aku akan kelihatan sangat jelek jika tidak memiliki daun”
“Jika aku tidak menghabiskan daunmu, aku tidak bisa memakaimu.” Jawab tuannya.
Karena ingin menbalas kebaikan tuannya, akhirnya pohon bambu itu setuju untuk dipotong semua daunnya.
Beberapa hari kemudian, pemilik taman itu datang lagi.
“Sekarang aku akan memotong semua rantingmu. Bersediakah engkau?” Kata tuannya.
Pohon Bambu itu menangis, dan berkata:
“Tuan, di dalam taman ini ada banyak pohon lain, kenapa engkau memilih aku? Tidakkah kau lihat aku sudah sangat menderita?”
“Karena aku mengasihi engkau, maka aku memilih engkau.” Jawab tuannya
Akhirnya dengan berat hati pohon bambu itu membiarkan tuannya memotong semua rantingnya.
Beberapa saat kemudian tuannya datang lagi dan berkata kepada pohon bambu itu:
“Sekarang aku aku akan mengorek dan membuang semua sekat yang ada dalam tubuhmu. Bersediakah engkau?”
Pohon bambu itu sangat sedih.
“Tuan, kenapa tuan tegah berbuat ini kepadaku? Petama engkau menebang aku, lalu memotong semua daun dan rantingku, dan sekarang engkau ingin mengorek setiap sekat dalam tubuhku. Tidakkah engkau lihat aku sangat menderita?”
“Jika aku tidak melakukan semua itu kepadamu, aku tidak bisa memakaimu.” Jawab tuannya.
Karena ingin membalas kebaikan tuannya, pohon bambu itu membiarkan tuannya mengorek dan membuang semua sekat yang ada dalam tubuhnya.
Kini pohon bambu itu siap dipegunakan oleh tuannya untuk menjadi saluran air untuk mengairi seluruh taman itu.

Sebelum Allah dapat memakai kita menjadi saluran air hidup yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang, terlebih dulu Allah harus memproses kita dan seringkali proses tersebut sangat menyakitkan. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaanNya, bersediakah kita melewati proses tersebut?

Glory to The Lord

Rabu, 27 Juli 2011

Kesempatan Terakhir!

Beberapa waktu yang lalu, seorang kenalan saya meminta agar saya mengajak adiknya yang belum mengenal Tuhan dan masih mengikuti kepercayaan nenek moyang untuk pergi ke cell grup. Keesokan harinya, saya segera menelpon adik kenalan saya itu dan mengajaknya ke cell grup. Namun dia menolak saya dengan halus, dengan mengatakan waktu cell grup mepet dengan waktu dia pulang kerja. Setelah itu saya pun tidak pernah mencoba mengajaknya lagi.
Sekitar 3 bulan yang lalu, saya mendengar dia masuk Rumah Sakit karena kangker ovarium. Dan 2 hari yang lalu dia meninggal dunia.
Saya tidak tahu apakah kakaknya yang sudah mengenal Tuhan sempat untuk membimbingnya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Saya tidak pernah bertemu langsung dengan gadis ini. Selama dia dirawat di Rumah Sakit pun, saya tidak pernah mengunjungi dia karena kondisi kesehatan saya sendiri yang tidak memungkinkan saya untuk keluar rumah.
Sewaktu mendengar bahwa dia meninggal, saya berpikir, berada di mana dia sekarang? Saya tidak pernah sungguh-sungguh berusaha untuk mengajaknya mengenal Tuhan. Saya berpikir, masih banyak waktu untuk dia bisa mengenal Yesus, karena usianya baru 20 tahun lebih. Saya tidak pernah mengira dia akan meninggal secepat itu, dan mungkin dia akan terhilang selamanya. Andai saja saya tahu dia akan meninggal secepat itu, saya tidak akan sekali saja menelpon dia dan mengajaknya ke cell grup. Saya akan terus berusaha mengajaknya, walaupun dia terus menolak. Atau saya akan mencoba membina persahabatan dengan dia supaya saya memiliki kesempatan menceritakan tentang kasih Yesus kepadanya.
Namun, saya tidak melakukan semuanya itu, karena saya berpikir masih ada banyak waktu. Tetapi sekarang, 1 jiwa mungkin sudah terhilang karena dia tidak mengenal Yesus sebagai Juru Selamat. Tuhan pasti bersedih karena 1 jiwa yang terhilang. Sebab 1 jiwa sangat berharrga di mata Allah.
Saya ingin belajar dari kesalahan tersebut, dan juga ingin membagikannya kepada saudara. Maka dari itu saya menulis artikel ini. Jika kita mendapat kesempatan untuk mengajak seseorang mengenal Tuhan, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk membawanya datang kepada Tuhan. Sebab mungkin itu adalah kesempatan terakhir bagi orang tersebut untuk mengenal Tuhan.
Kita tidak tahu akan batas umur seseorang. Karena mungkin besok perjalanan seseorang di dunia ini berakhir, meskipun dia masih muda. Dan dia akan mengalami kebinasaan kekal karena tidak mengenal Yesus yang adalah satu-satunya Juru Selamat.
Tugas kita adalah berusaha memberitakan kabar baik dan membawa sebanyak mungkin orang untuk datang kepada Yesus. Tidak peduli bagaimana pun kondisinya. Alkitab berkata:

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya.
( II Timotius 4:2 )

Tetapi mungkin ada di antara saudara yang berkata: “Aku hanyalah orang awam, apakah aku juga harus memberitakan Injil? Bukankah memberitakan Injil adalah tugas, penginjil, misionaris atau hamba Tuhan saja?”
Sesungguhnya memberitakan Injil adalah tugas kita semua sebagai orang yang sudah diselamatkan dalam Yesus Kristus. Di dalam Alkitab tidak ada istilah orang awam. Semua orang yang percaya dipanggil menjadi murid. Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.” ( Yohanes 8:31 ) Yesus menghendaki kita semua menjadi muridNya. Istilah oramg awam timbul pada zaman kegelapan gereja, dimana saat itu timbul perbedaan antara kaum rohaniawan dengan kaum awam.
Yesus tidak pernah membuat perbedaan bagi para pengikutNya. Meskipun kemudian ada jabatan-jabatan pada gereja mula-mula seperti, rasul, penatua, diaken, guru, dan lain sebagainya, namun itu tidak membuat orang percaya yang tidak memiliki jabatan dalam jemaat menjadi kaum awam. Semua orang percaya adalah murid. Dan murid memiliki tugas yang sama, yaitu memberitakan Injil.
Pada waktu Yesus akan terangkat ke surga, Dia memberi amanat kepada murid-muridNya:  “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” ( Matius 28:18-20 )
Yang pertama, kita harus memberitakan Injil karena itu adalah Amanat Agung Tuhan Yesus. Jika kita mengasihi seseorang, kita akan berusaha untuk memenuhi apa yang orang terebut inginkan dari kita. Begitu juga jika kita mengasihi Tuhan, kita akan berusaha melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan, yaitu memberitakan Injil.
Memang ada orang yang dipanggil dan dikaruniai oleh Roh Kudus secara khusus untuk tugas ini, namun semua orang Kristen wajib melaksanakan tugas suci ini, sesuai kesempatan yang diberikan kepadanya.
Memberitakan Injil bukan berarti kita harus pergi ke suatu tempat atau negara tertentu untuk menjadi misionaris di sana. Memberitakan Injil dapat kita lakukan dalam kehipan kita sehari-hari. Lewat kesempatan-kesempatan yang Tuhan buka untuk membawa seseorang dating kepada Tuhan seperti pengalaman saya di atas. Memberitakan Injil juga bisa kita lakukan melalui sikap hidup kita sehari-hari. Bagaimana kita menjadi garam dan terang dunia. Supaya melalui hidup kita, orang-orang di sekeliling kita dapat melihat Allah dan rindu mengenal Allah.
Saya pernah merenungkan, seandainya semua orang Kristen di seluruh dunia hidup dalam integritas sesuai dengan standart Alkitab, pasti akan jauh lebih banyak orang yang mau percaya kepada Yesus. Karena mereka melihat perbedaan orang-orang Kristen dengan orang dunia. Namun sayangnya banyak orang Kristen yang hidup dengan standart dunia, bahkan lebih buruk dari orang dunia. Sehingga hidup mereka bukan menjadi kesaksian, melainkan batu sandungan.
Yang ke dua, kita memberitakan Injil karena kasih kepada jiwa-jiwa. Yesus memberi perintah supaya kita mengasihi sesama kita, seperti Dia mengasihi kita. ( Yohanes 13:34 ) Dan berita Injil adalah hal terbaik yang bisa kita berikan kepada sesama sebagai bukti kasih kita. Tidak ada hal lain yang lebih menyedihkan dari pada hukuman kekal di neraka, karena itu, tidak ada hal lain yang lebih baik bisa kita berikan kepada orang lain selain berita keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Berbicara tentang “kesempatan terakhir”, saya juga ingin menghimbau kepada Anda yang pernah belum mendengar tentang Yesus. Atau Anda sudah pernah mendengar tentang Yesus, namun Anda belum mengenalNya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi. Mungkin seperti gadis teman saya itu. Ada seseorang yang pernah memberitakan Yesus kepada Anda, namun Anda menolaknya.
Atau Anda sudah pernah mengenal Yesus. Mungkin Anda lahir dari sebuah keluarga Kristen, namun belum pernah berkomitmen kepada Yesus. Mungkin juga Anda dulu pernah bersungguh-sungguh mengikut Yesus, namun karena suatu hal yang membuat Anda kecewa, sekarang Anda sedang menjauh dariNya.
Saudara, jika Anda adalah orangnya, saat ini saya mengajak Anda untuk membuka hati Anda, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Anda, karena mungkin ini adalah kesempatan terakhir bagi Anda untuk mengenal Yesus. Alkitab berkata: Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu seperti pada kegeraman.” ( Ibrani 3:7-8 )
Yesus sangat mengasihi Anda. Dia rela mati untuk menebus dosa-dosa kita. Perbuatan baik kita tidak dapat menyelamatkan kita, karena perbuatan baik kita tidak dapat memenuhi standart kekudusan Allah, sebab kita adalah manusia yang memiliki hakekat untuk berbuat dosa. Hanya pengampunan di dalam Yesuslah yang sanggup menyelamatkan kita. Dan keselamatan tidak ada di dalan siapapun juga selain di dalam Dia ( Yesus ), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. ( Kisah Para Rasul 4:12 )
Jika saat ini Anda rindu menerima Yusus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Anda dapat membuka hati Anda dan mengucapkan doa berikut ini: “Tuhan Yesus, aku mengundang Engkau ke dalam hatiku, menjadi Tuhan dan Juru Selamatku. Aku mengaku adalah orang berdosa yang tidak dapat menyelamatkan diriku sendiri. Ampunilah segala dosaku, dan aku terima anugerah keselamatanMu. Di dalam nama Yesus aku berdoa. Amin”
Jika Anda sudah mengucapkan doa tersebut dengan sepenuh hati, percayalah Anda sudah menerima hidup kekal di dalam Dia. Teruslah membangun hubungan dengan Yesus melalui doa dan membaca firman Tuhan. Mintahlah agar Roh Kudus membimbing Anda kepada komunitas gereja yang tepat supaya Anda dapat bertumbuh dan semakin mengenal Yesus. Selamat datang dalam keluarga Allah!


Senin, 25 Juli 2011

Satu Hal yang Indah

Berikut ini adalah khobah dari saudara Watchman Nee ( 1903 – 1972 ), seorang hamba Kristus dari negeri Tirai Bambu. Khotbah ini diberikan kepada saya oleh seorang ibu dalam bentuk sebuah buku kecil tua yang berbahasa Mandarin.
Khotbah ini sangat menyentuh hati saya begitu saya membacanya, karena dalam khotbah ini saudara Watchman Nee sangat menekankan bagaimana untuk kita mencintai Tuhan, mempersembahkan yang terbaik yang ada pada kita kepada Tuhan tanpa mempedulikan apa pun. Hal ini berbeda dari tema khotbah yang sedang populer hari-hari ini. Yaitu bagaimana kita dapat diberkati, bagaimana Tuhan menolong kita dari kesukaran dan membuat mujizat bagi kita. Meskipun Allah rindu memberkati anak-anakNya, namun Dia terlebih rindu dicintai oleh anak-anakNya.
Saya mencoba menerjamakan khotbah ini sesuai dengan naskah aslinya, karena saya rindu orang lain juga diberkati melalui khotbah ini. Supaya kita bisa belajar untuk mengetahui tujuan asal Allah menciptakan kita, yaitu kita ada untuk Allah, dan bukan Allah untuk kita.
Glory to The Lord

Markus 14:1-9

Cerita ini, berdasarkan apa yang Tuhan Yesus katakan di sini (ayat 9), Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia. Dapat dilihat tak peduli di manapun Injil ini diberitakan, harus juga menceritakan cerita ini. Jikalau memberitakan Injil, tetapi tidak menceritakan cerita ini, di mata Tuhan adalah sebuah kekurangan yang besar. Karena itu, saya hari ini berada di sini hendak membicarakan cerita ini. Ini adalah pernyataan yang Tuhan berikan kepada saya ketika kemarin saya berdoa.
Kapan cerita ini terjadi? Kita baca ayat 1: Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Saat salib sudah di depan mata! Bayangan salib sudah kelihatan!
Apa makna terpenting dari cerita ini? Dapat digunakan 1 Petrus untuk menjelaskannya. Yaitu: Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! ‘Kuduskanlah!’ Pada bahasa aslinya adalah kata kerja yang berarti: Di dalam kalian, kalian harus menguduskan Kristus sama seperti menjadikanNya Tuhan. Cerita ini, melaksanakan apa yang di katakan di sini.
Cerita ini hanya menarik orang untuk melakukan 1 hal – Mengkuduskan Kristus. – Karena itu Tuhan berkata: Di manapun Injil diberitakan, apa yang dilakukan oleh wanita ini juga harus diceritakan sebagai peringatan. Ini mengajarkan kita, setelah memberitakan Injil, harus menghasilkan buah seperti ini. Cerita ini menjelaskan arti dari buah ini.
Ada seorang wanita (Maria, Yohanes 12:3) Mengambil sebuah bulih-bulih pualam berisi minyak narwastu murni yang berharga. Minyak narwastu murni sudah sangat baik; minyak narwastu murni yang berharga sudah adalah yang paling baik. Minyak narwastu murni yang berharga ini di taruh dalam bulih-bulih pualam, bulih-bulih pualam juga adalah sesuatu yang sangat berharga. Bisa dilihat semua yang dipersembahkan oleh Maria kepada Tuhan, tidak hanya minyak narwastu yang berharga, dan lagi botol tempat minyak itu juga sangat berharga. Oleh sebab itu, segala yang di persembahkan kepada Tuhan haruslah sesuatu yang sangat berharga.
Memecahkan botol, apa sebabnya? Karena minyak narwastu murni jenis ini berasal dari Persia. Selain dengan memecahkan botol pualam, minyak tidak akan mengalir keluar. Dengan cara begini tidak akan bisa dipalsukan.
Menuangkannya di atas kepala Yesus. Begitu dia melakukannya, dalam rumah segera di penuhi bau harum. (Yohanes 12:3) Tidak hanya waktu itu saja di dalam rumah penuh bau harum, sekarang, ketika kita membaca firman Tuhan ini, seperti juga berbau harum! Di ruang pertemuan kita saat ini, juga seperti berbau harum! Begini mencintai Tuhan, begini mempersembahkan kepada Tuhan, sungguh dipenuhi bau harum, akan selalu bertahan sampai sekarang dan sampai selamanya.
Yohanes 12:3 berkata: Dia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Dia telah menaruh kemuliaannya di bawah kaki Yesus! Karena rambut adalah kemuliaan wanita. (I Korintus 11:15)
Pertama dia hanya membuat orang melihat; sekarang, juga membuat orang mencium. Dia tidak hanya menimbulkan keritikan orang, juga menimbulkan kemarahan orang terhadapnya. Tetapi, dia tidak memperhatikan semua itu, juga tidak mempedulikan semua. Dia tidak memikirkan berada di dalam rumah seorang kusta; dia tidak memikirkan keadaan rumah itu sekarang, kesulitan di depan; dia tidak memikirkan orang-orang akan mengeritik, akan marah. Itulah yang dilakukannya.
Dia mempersembahkan kepada Tuhan seperti “mempertaruhkan segala-galanya untuk satu hal”. Kita juga harus memiliki kesediaan seperti ini, keberanian seperti ini. Dalam rumah penuh bau harum, ini adalah persembahan seutuhnya. Mempersembahkan memiliki 2 arti: Yang satu adalah mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan; yang lain adalah sepenuhnya berbalik kepada Tuhan, tidak terpisah dengan Tuhan.
Mengurapi adalah “memisahkan menjadi kudus’”. Kemah pertemuan, serta semua benda dalam kemah pertemuan, semuanya diurapi. Kristus, adalah Mesias, berarti yang diurapi. Di dalam hati kita juga harus menjadikan Kristus Yang diurapi sebagai Tuhan. MengurapiNya dengan minyak, berarti mengaku Dia adalah Tuhan, mengaku Dia adalah Tuhan kita. Memberikan semuanya kepada Tuhan. Meletakan segalanya kepada Kristus. Kita  tidak takut terlalu setia terhadap Kristus, tidak takut terlalu mencintai Kristus. Ada seorang muda Kristen, saat mengucapkan salam perpisahan dengan seorang tua, orang tua itu berkata kepadanya: “Saya hanya mempunyai satu harapan terhadapmu, yaitu kamu menjadi kekasih Kristus yang menyala-nyala!” Mencintai Tuhan, melayani Tuhan, menaati Tuhan, setia kepada Tuhan, adalah hal yang tidak terbatas, tidak takut terlalu banyak. Tuhan menyukai cinta kita yang tidak memperhatikan segalanya, mencintai Tuhan tanpa argumentasi, Mencintai Tuhan dengan cinta yang bertentangan dengan perasaan manusia. Tuhan menganggap buah dari pemberitaan Injil adalah, harus ada orang yang bersedia mati bagi Dia, menerima rencanaNya, mencintaiNya, mempersembahkan kepadaNya, sepenuhnya menaatiNya, sampai pada taraf orang menganggapnya keterlaluan.
Seberapa banyak yang kita persembahkan kepada Tuhan, menunjukan bagaimana kita melihat seberapa berharganya Tuhan. Bagi orang yang percaya, Tuhan sangat berharga. (1 Petrus 2:7) Petrus mengerti ini, maka di dalam suratnya, berulang kali ia mengemukakan tentang sesuatu yang berharga. Dia membicarakan tentang darah, iman, batu, moral dan perilaku, dan lain-lain. Semua ditambahkan pada hal-hal yang berharga.
Maria berbuat seperti ini, bagaimana anggapan murid-murid? Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: ”Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?” (ayat 4) Mereka menganggap ini adalah pemborosan. Namun, ke atas tubuh siapa minyak ini dicurahkan? Apakah orang yang menerima pengurapan itu tidak layak? Minyak urapan ini dicurahkan ke atas tubuh Tuhan, jika dikatakan pemborosan, berarti berkata Tuhan tidak layak untuk itu. Benarkah Tuhan tidak layak menerima minyak urapan itu? Di gunakan untuk tubuh Tuhan, masihkah dapat di sebut pemborosan? Orang yang tidak mencintai Tuhan dengan segenap hati, sebagian besar merasa terlalu mempersembahkan dan menaati Tuhan adalah pemborosan. Sesuai pandangan orang, mencintai Tuhan, menaati Tuhan, berkorban segalanya bagi Tuhan, terkadang bisa keterlaluan. Tapi keritikan seperti ini, tidak lain menunjukan tingkat kasih mereka sendiri kepada Tuhan.
Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin. (ayat 5) Mereka memiliki cara yang “lebih baik”, yaitu memberi kepada orang miskin. Mereka melihat melayani Tuhan adalah keterlaluan, melayani manusia tidak keterlaluan. Jika orang tidak memiliki hati yang mencintai Tuhan, dia akan memakai pekerjaan pelayanan sebagai penganti kasih yang harus dia persembahkan kepada Tuhan. Jika seseorang menganggap mempersembahkan sesuatu yang sangat berharga kepada Tuhan sebagai pemborosan, dia akan membuat manusia yang menghabiskan yang berharga ini. Jika seseorang bukan orang Kristen, dia akan meninggalkan semuanya bagi dirinya sendiri. Jika dia adalah orang Kristen, dia akan tahu egois adalah hal yang tidak seharusnya. Masalahnya sekarang adalah, tiga ratus dinar seharusnya dihabiskan untuk siapa? Bukan untuk Kristus, tapi untuk menusia. Sungguh kasihan, hari-hari ini banyak orang percaya sama seperti murid-murid pada waktu itu. Mereka tidak memiliki hati yang sungguh-sungguh terhadap  Kristus, tidak memiliki persembahan yang murni, tidak memiliki cinta yang menyala-nyala, tetapi mengunakan kesibukan pelayanan untuk menutupi kekurangan ini.
Mereka marah kepada wanita itu. (ayat 5) Pertama mereka hanya mengeritik; kemudian mereka marah kepada wanita itu. Tetapi, Maria tidak bisa karena kemarahan mereka menahan sebagian minyak urapan. Botol pualam sudah dipecahkan, minyak urapan sudah mengalir keluar. Dari dulu tidak ada korban yang di ambil kembali dari atas mezbah. Maria karena mencintai Tuhan, memiliki keberanian berbuat seperti itu, dia tidak mempedulikan orang-orang yang mengkritik dan marah terhadapnyya.
Apa yang dikatakan Tuhan kita? Dia berkata: ”Biarkanlah dia! Mengapa kamu menyusahkan dia!” (ayat 6) Maksud Tuhan adalah, dia terlalu mencintai Tuhan, terlalu menaati Tuhan, tidak apa-apa. Kalian tidak usah mengeritik. Keritikan kalian sudah menyulitkan dia. Oh, terlalu mencintai Tuhan, jika keterlaluan mempersembahkan kepada Tuhan, juga akan mendapatkan pengampunan Tuhan.
Tuhan menganggap jika kalian bisa mencintai Dia sama seperti Maria mencintai Dia, itu sungguh sangat baik. Jikalau tidak bisa, kalian jangan menghalangi orang lain mencintai Dia seperti itu. Tangan kita harus meninggalkan semua orang yang mencintai Tuhan, jangan menghalangi mereka.
Maria berbuat seperti ini menurut pandangan orang adalah pemborosan, keterlaluan. Menurut pikiran orang pada umumnya, menggunakan minyak urapan sudah cukup bagus, untuk apa menggunakan minyak narwastu murni? Menggunakan minyak narwastu murni sudah cukup baik, untuk apa di taruh dalam botol pualam? Juga untuk apa sampai mengeluarkan tiga ratus dinar lebih? Mereka tidak bisa tidak mengeritik, lebih lagi marah kepadanya. Tetapi, dalam pandangan Tuhan adalah satu hal yang indah, tidak harus dikeritik. Tuhan berkata: ”Biarkankah dia!  Mengapa menyusahkan dia!” Tuhan melihat, keritikan dan amarah mereka menyusahkan dia. Tuhan melihat, hal ini patut dilakukan, karena itu Ia berkata: ”Apa yang dilakukannya kepadaKu adalah suatu hal yang indah!” Oh, apa yang dilakukan Maria adalah suatu hal yang indah, tidak patut untuk dikeritik.
Menurut kondisi waktu itu, 300 dinar lebih bisa digunakan untuk membeli seorang budak; jika digunakan sebagai upah, bisa untuk mengupah beberapa orang pekerja selama beberapa bulan. Kita tahu ketika Tuhan tinggal di Betani di rumah Maria, pekerjaan Marta sangat banyak, tetapi tidak memiliki budak untuk membantu. Bisa dilihat keluarga mereka bukanlah keluarga yang kaya. Namun Maria tidak mencari kesenangannya sendiri, tapi menggunakan semua yang dimilikinya untuk Tuhan. Mencintai Tuhan, melayani Tuhan, tidak takut akan keterlaluan. Menggunakan segala yang dimiliki untuk Tuhan, bukanlah pemborosan.
Apa yang dilakukannya kepadaKu adalah suatu hal yang indah. (ayat 6) Tuhan Yesus menentang pikiran murid-murid yang menggangap mengurapi Dia dan mempersembahkan kepadaNya sebaai suatu pemborosan. Tuhan berkata: Adalah suatu hal yang indah, bukan pemborosan. Terlalu mencintaiNya, terlalu menaatiNya, telalu menghabiskan harta dan tenaga untukNya, adalah suatu hal yang indah, bukan pemborosan. Mencintai Dia sampai melupakan keritikan dari orang yang lebih dulu percaya Tuhan, mencintai Tuhan sampai melupakan kebutuhan orang miskin di luar, adalah suatu hal yang indah, bukan pemborosan. Mencintai Dia sampai bersedia memboroskan segala sesuatu untukNya, adalah suatu hal yang indah, bukan pemborosan. Tuhan menganggap apa yang kita lakukan untuk Dia, selamanya tidak akan terlalu baik; mencintai Dia, selamanya tidak akan terlalu banyak; menaati Dia, selamanya tidak akan keterlaluan. Bagaimana pun pandangan orang, bagaimana pun keritikan orang yang sama-sama melayani Tuhan, tetapi, Tuhan berkata, ini adalah suatu hal yang indah. Buah yang harus di dapat dari pemberitaan Injil, tidak hanya membuat orang berdosa masuk surga, tetapi harus membuat setiap orang yang menerima anugerah berhasil menjadi kekasih Kristus. Karena itu Alkitab menulis: Jikalau seseorang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.
Oleh karena itu sekarang, setiap ‘Maria’ sudah cukup mendapatkan perkataan Tuhan ini. Kalau kita mengharapkan pujian dari sesama pengikut Kristus, kita akan hidup mengikuti pimpinan nalar manusia, dan tidak mempersembahkan sesuai dengan yang berkenan di hati Tuhan. Kita harus menganggap cukup pujian dari Tuhan, tak peduli bagaimana pun keritikan orang.
Tuhan tidak menentang memberi kepada orang miskin, Tuhan menentang apa yang mereka katakan, apa yang dilakukan untuk Tuhan adalah pemborosan, dan keterrlaluan. Tuhan berkata kepada mereka: Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. (ayat 7) Maksud Tuhan adalah, jika kalian ingin memberi kepada orang miskin, masih ada sangat banyak kesempatan, tetapi, kesempatan melayani Aku sudah sangat singkat.
Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. (ayat 8) Di sini, tidak membicarakan berapa banyak yang sudah dipakai untuk Tuhan, tetapi yang menjadi pertanyaan berapa banyak yang masih tersisa? Orang yang kaya, mengambil sedikit untuk Tuhan, baginya sangat tidak sulit. Hanya orang miskin, jika dengan segenap kemampuannya mempersembahkan kepada Tuhan, itu baru sulit. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya! Dia tidak menyisakan apa pun untuk dirinya sendiri. Satu-satunya penghargaan berasal dari kata “segenap”, tidak ada segenap juga tidak ada cinta. Mencintai Tuhan harus dengan segenap hati, segenap pikiran, segenap kekuatan, segenap akal budi. Sebeerapa sering, apa yang kita pakai untuk Tuhan tidak lebih dari yang kita pakai untuk seorang supir! Terkadang kita masih memberi supir 2 dolar, tetapi untuk Tuhan meskipun hanya beberapa cen saja kita tidak rela. Yang seperti ini sungguh sangat kasihan!
Mengapa Maria berbuat seperti ini? Kita lihat apa yang dikatakan Tuhan?
TubuhKu telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburanKu. (ayat 8) Setelah 2 hari, Tuhan akan mati. Di dalam Injil Matius, Tuhan pernah 4 kali berkata kepada murid-muridNya bahwa Ia akan mati; tetapi, semua murid tidak mengerti, hanya Maria seorang diri yang mengerti. Dia mengerti Tuhan mati bagi dia, untuk melepaskan dia dari kematian dan penghukuman neraka. Dia mencintai Tuhan, makanya dia tidak bisa tidak mengurapi Tuhan. Karena hanya kekuatan kasih yang sejati kepada Tuhan, yang mempedulikan akan kematian Tuhan. Orang yang tidak mengerti kematian Tuhan, juga tidak akan sungguh-sungguh mencintai Tuhan.
Mengurapi Tuhan harus dilakukan tepat pada waktunya, menunggu setelah Tuhan bangkit, baru ingin mengurapi, sudah terlambat! Maria Magdalena menunggu, setelah membeli minyak urapan, di hari pertama pagi hari, pergi mengurapi Tubuh Yesus, namun sudah tidak bisa mengurapi lagi. Tuhan sudah bangkit, waktunya sudah sangat terlambat.
“Nubuat pengurapan”, ini adalah Kristus. Hari ini adalah saat kita seharus mempersembahkan kepada Tuhan, jika terlambat, takutnya sudah tidak keburu lagi! Menunggu setelah Tuhan Yesus bangkit, ingin datang mengurapiNya, sudah sangat terlambat. Menunggu sampai setelah kita bangkit, ingin mempersembahkan kepadaNya, ingin mencintaiNya dengan sepenuh hati, sudah sangat terlambat. Pada saat kebangkitan, kalau kita memiliki berjuta-juta dunia pun, kita juga akan sangat rela melepaskan seluruhnya untuk mencintai Tuhan. Namun, kita sekarang juga harus memiliki kesempurnaan seperti sesudah kebangkitan. Sekarang adalah saat kita mencintai Tuhan.
Dalam Roma pasal 6, membicarakan tentang mempersembahkan anggota tubuh kepada Tuhan; Roma 12:1 Secara khusus membicarakan mengenai mempersembahkan tubuh. Ini adalah persembahan yang sempurna. Mempersembahkan anggota tubuh, sepertinya masih mudah; mempersembahkan seluruh tubuh akan terasa sulit. Tapi, persembahan seperti ini, adalah kudus. Sungguh-sungguh kudus, hanya berasal dari persembahan yang dipersembahkan seluruhnya. Ini sudah semestinya, dan bukan pemborosan. Semoga kita semua dapat mempersembahkan seluruh diri kita kepada Tuhan, juga mengunakan waktu yang masih ada hari ini, mencintai Tuhan, melayani Tuhan, menaati Tuhan.

Belajar Dari Binatang

Bacaan Alkitab: Amsal 30:24-28
Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas. Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu. Belalang, yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur. Cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.

Di artikel ini saya mencoba untuk mengulas mengenai apa yang kitab Amsal sebut sebagai “4 binatang terkecil di bumi, namun yang sangat cekatan”. Bagaimana kita dapat belajar dari binatang-binatang tersebut. Allah memberi hikmat kepada semua makhluk ciptaanNya, temasuk binatang, supaya mereka bisa eksis dalam menjalani hidup di bumi. Oleh sebab itu, Alkitab juga mengajarkan supaya kita belajar dari binatang, agar melalui hikmat yang Allah berikan kepada mereka, kita bisa belajar sesuatu hal yang baru untuk kita bisa lebih berhikmat dan bijaksana dalam menjalani hidup ini. Sehingga kita berhasil dalam hidup yang Tuhan percayakan kepada kita.

SEMUT: Tahu akan musim yang tepat dan bergerak di saat yang tepat.

Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan. Jenis semut banyak terdapat di Palestina. Tapi yang dimaksud di dalam Amsal adalah Semut Penuai, kadang-kadang disebut Semut Pertanian, yang mengumpulkan segala macam jenis bibit selama musim panas, lalu menyimpannya di serambi-serambi di bawah tanah, sering sesudah mengupas dan membuang kulitnya. Kelompok-kelompok semut demikian biasa terdapat di daerah pesisir pantai Israel.

Semut adalah hewan yang sangat kecil dan lemah, namun sangat rajin. Mereka tahu kapan harus bekerja mengumpulkan makanan, dan kapan harus tetap berada di sarang. Pada musim panas semut akan meniggalkan sarang untuk mengumpulkan makanan, dan pada musim dingin mereka akan tetap berada di sarang. Jika pada musim panas mereka enggan meninggalkan sarang untuk mencari makanan, dan jika mereka baru mencarinya pada musim dingin mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, dan mereka akan mati kelaparan.
Persoalan banyak orang yang tidak berhasil dalam hidupnya adalah karena mereka tidak “bergerak” di waktu yang tepat. Banyak orang gagal bukan karena mereka kurang atau tidak memiliki kemampuan, tetapi karena mereka tidak tahu kapan harus mulai melakukan sesuatu, atau meskipun mereka tahu kapan saat yang tepat, namun mereka enggan dan menunda-nunda untuk bertindak.
Kita harus tahu saat yang tepat untuk sesuatu hal, atau yang biasa di sebut sebagai Kairos Allah. Pengkhotbah berkata:

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
( Pengkhotbah 3:1 )

Jika kita tidak mengerti musim yang sedang berlangsung, kita akan bergerak di saat yang tidak tepat. Di saat seharusnya kita bergerak, kita justru diam. Atau sebaliknya, di saat kita harus diam, kita justru bergerak. Dan itu yang menyebabkan kegagalan banyak orang. Bayangkan jika kita menabur di musim dingin, tentu semua benih yang kita tanam akan mati. Dan segala usaha kita menjadi sia-sia.
Ada waktu untuk segala sesuatu. Jika waktu untuk suatu hal belum tiba, bagaimana pun kita berusaha, itu tidak akan berhasil. Namun, jika waktunya sudah tiba, sepertinya akan ada pintu-pintu yang terbuka untuk apa yang kita lakukan. Hal ini tidak hanya berlaku di bidang usaha atau pekerjaan kita saja, namun juga berlaku dalam semua aspek hidup kita, seperti jodoh, relasi, pelayanan dan lain sebagainya.
Allah menentukan waktu untuk segala sesuatu. Jika kita membaca dalam Injil Yohanes, berkali-kali orang Farisi ingin menangkap Yesus, tetapi mereka tidak berbuat apa-apa karena saatNya belum tiba.  ( Yohanes 8:20 ). Jadi, tiada satu hal pun dapat terjadi di luar waktu Allah.
Untuk dapat mengerti waktu Allah untuk sesuatu hal, dan supaya kita bisa bergerak menurut waktu Allah, kita harus memiliki hubungan pribadi yang intim dengan Roh Kudus. Alkitab berkata, Roh Kudus akan memimpin kita pada seluruh kebenaran, bahkan Ia akan memberitahukan hal-hal yang akan datang.

Tetapi apabila Ia dating, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
( Yohanes 16:13 )

Roh Kudus yang adalah Roh Allah akan membuat kita untuk mengerti kehendak Allah, termasuk waktu Allah, apa yang Allah ingin kita lakukan, dan bagaimana melakukannya. Allah adalah sumber hikmat kita. Karena itu, kita harus bertanya terlebih dulu kepada Allah untuk apapun yang kita lakukan. Tanpa hikmat dari Allah, maka semua yang kita lakukan akan sia-sia. Amsal menulis:

Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik, orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
( Amsal 19:2 )

Selain itu, untuk berhasil dalam hidup, kita tidak boleh menunda-nunda apa yang seharusnya kita lakukan. Kisah bangsa Israel dapat menjadi peringatan bagi kita, bagaimana mereka enggan bergerak untuk merebut tanah Kanaan ketika Kairos Allah tiba bagi mereka untuk menduduki tanah Kanaan. Dan ketika Kairos itu berlalu, bagaimanapun mereka berperang, mereka tetap kalah di hadapan penduduk Kanaan. Dan mereka harus berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun. ( Bilangan 14 )
Jika Kairos Allah tiba dan kita menyia-nyiakannya karena keengganan atau kemalasan kita, kita bisa kehilangan kesempatan itu, dan mungkin seumur hidup kita kesempatan itu tidak akan kembali.

Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
( Ibrani 12:17 )

Satu hal lagi yang bisa kita pelajari dari semut adalah sifat kebersamaan mereka. Semut adalah binatang yang kecil dan lemah, yang sulit untuk melindungi dirinya apabila dia berada sendirian. Namun, jika mereka berdada dalam kelompok besar, mereka akan lebih dapat bertahan.
Kita sebagai orang-orang Kristen juga tidak seharusnya hidup secara individualis. Kita harus hidup secara kebersamaan, gotong royong, dan saling membantu. Bukan hanya di dalam sebuah gereja lokal, terlebih lagi antar orang percaya dari berbagai denominasi gereja. Karena dengan kebersamaan sebagai satu anggota tubuh Kristus kita akan dapat saling menguatkan dan membangun.
Namun ironisnya, saat ini banyak terjadi perpecahan, bukan hanya antar denominasi gereja, tetapi juga perpecahan dalam satu jemaat lokal. Di mana dalam tubuh Kristus ada iri hati, kesombongan, kebencian, curiga, dan hal-hal lainnya yang berasal dari daging, maka akan terjadi perpecahan.
Allah menghendaki kebersamaan di antara anak-anakNya, bukan hanya karena kebersamaan akan menguatkan dan membangun kita. Namun yang lebih penting adalah, dunia akan mengenal kita sebagai anak-anak Allah jika ada kebersamaan dan kasih di antara kita.

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling menasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
( Yohanes 13:14-15 )

PELANDUK: Tahu “memanfaatkan” apa yang lebih kuat dari dirinya.

Pelanduk dalam bahasa Ibrani syafan. Mengacu pada kambing bukit dari Siria. Kadang-kadang disebut pelanduk bukit Hyrax syriacus. Binatang ini termasuk jenis yang kecil. Panjang tubunya 40-60 cm, dengan berat 2-4 kg. Masa hidupnya bisa kira-kira mencapai 10 tahun. Binatang ini hanya makan tumbuh-tumbuhan, dan mereka hidup secara berkelompok di tanah yang berbukit batu. Dan jika ada bahaya yang mengancam, mereka akan segara bersembunyi di bawah bukit batu.


Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Di seluruh dunia ada lebih dari 10,000 jenis belalang, yang tersebar di daerah tropis, daerah beriklim hangat, padang rumput, dan daerah padang pasir. Belalang hidup berpindah-pindah. Tetapi perpindahannya tidak terjadi pada musim tertentu dalam setahun atau pada masa selang yang pasti. Kawanan belalang berpindah menurut arah angin, sebab kemampuan terbangnya yang hanya sedikit.
Saat merenungkan kehidupan pelanduk, saya teringat akan kehidupan Daud. Seperti pelanduk yang adalah hewan yang lemah namun memanfaatkan bukit batu sebagai tempat perlindungan bagi dirinya. Demikian juga Daud, di dalam ketidak berdayaannya, ia mencari Allah sebagai tempat perlindungannya.
Dalam kitab Mazmur kita sering melihat Daud menyebut Allah sebagai gunung batu, kubuh pertahanan, kota benteng, dan perisai. Dengan kata lain, Daud menempatkan Allah sebagai satu-satunya tempat perlindungannya.
Di tengah kesukaran, sering kali kita mencari perlindungan kepada yang bukan Allah. Kita berusaha dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri, dengan apa yang kita miliki. Atau kita berusaha mencari pertolongan dari orang lain. Padahal Allah menghendaki kita mencari pertolongan hanya kepadaNya.

Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN!…… Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”
( Yeremia 17:5, 7 )

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal AKU.”
( Yeremia 9:23-24 )

Saat menghadapi bahaya, pelanduk tidak berusaha melawan atau meminta pertolongan dari pelanduk lain. Yang pelanduk lakukan adalah lari dan bersembunyi di bawah bukit batu. Demikian juga seharusnya sikap kita, ketika kita menghadapi bahaya, seperti sakit penyakit, masalah ekonomi, masalah keluarga, atau kita sedang menghadapi tawaran-tawaran dunia yang mengancam kekudusan, integritas, dan komitmen kita kepada Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mencari perlindungan kepada Tuhan yang adalah bukit batu kita.
Hal lain yang bisa kita pelajari dari pelanduk yang “memanfaatkan” apa yang lebih kuat dari dirinya adalah, kita “memanfaatkan” dalam arti kita belajar dari orang-orang yang memiliki sesuatu yang lebih dari kita atau sesuatu yang tidak kita miliki.
Terkadang kita terlalu sombong untuk mau belajar dari orang lain. Kita merasa diri kita sudah cukup pintar, atau bahkan lebih pintar dari orang lain. Kita sering memandang rendah orang-orang yang kita anggap memiliki kemampuan yang kurang dibandingkan kita. Padahal pasti ada sesuatu yang belum kita ketahui yang diketahui orang lain meskipun kita merasa levelnya di bawah kita. Konfosius pernah berkata, jika kita berjalan dengan 3 orang, kita bisa belajar dari 2 orang diantaranya. Selalu ada sesuatu yang baru yang bisa kita pelajari.

Baiklah orang bijak mendengar dan menimbah ilmu, dan baiklah orang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.
( Amsal 1:5 )

Salomo, orang paling berhikmat yang pernah hidup di muka bumi mengajarkan, agar orang bijak menimbah ilmu, dan orang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan. Dengan kata lain, tidak ada orang yang begitu bijak sehingga dia tidak perlu belajar lagi, dan tidak ada orang yang begitu berpengertian sehingga dia mengetahui segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu dengan benar.
Allah mau kita tidak berhenti untuk belajar. Karena dengan terus belajar kita akan terus bertumbuh. Dan akan selalu ada sesuatu yang baru dalam hidup ini yang harus kita pelajari supaya kita bisa menjalani hidup ini dengan bijaksana sesuai dengan kehendak Allah.

BELALANG: Memiliki keteraturan atau kedisiplinan.


Dalam kitab Yoel disebutkan kemusnaan yang mengerikan akibat tulah belalang. Belalang-belalang digambarkan seperti pahlawan mereka berlari, seperti prajurit mereka naik tembok; dan mereka masing-masing berjalan terus dengan tidak membelok dari jalannya; mereka tidak berdesak-desakan, mereka berjalan terus masing-masing di jalannya; mereka menerobos pertahanan dengan tombak, mereka tidak membiarkan barisannya terputus. ( Yoel 2:7-8 ) Dalam tafsiran Alkitab Masa Kini belalang disebut ‘suatu bangsa’ goy karena jumlah mereka dan karena organisasinya yang nyata.
Amsal mengajarkan kita untuk belajar dari belalang yang memiliki keteraturan dan kedisiplinan. Banyak orang yang tidak berhasil dalam hidupnya karena merek tidak punya keteraturan dan kedisiplinan.
 Saya sering mendengar orang yang mengeluh tidak memiliki cukup waktu. Namun, sebenarnya masalah sebagian orang bukanya mereka tidak memiliki cukup waktu. Yang menjadi masalahnya adalah karena mereka tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Mereka menyia-nyiakan waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak penting. Akibatnya mereka kekurangan waktu untuk melakukan hal-hal yang penting.
Allah memberikan waktu yang sama kepada setiap orang, yaitu 24 jam dalam sehari. Jika kita mampu mengatur waktu kita dengan baik dengan mengatur prioritas-prioritas dalam hidup kita, dan mendisplin diri untuk mengutamakan prioritas-prioritas tersebut, maka kita tidak akan kekurangan waktu dalam hidup kita.
Yesus adalah teladan yang paling baik dalam mengatur prioritas dalam hidupNya, dan bagaimana Ia mendisiplin diri untuk mengutamakan prioritas-prioritas tersebut. Di tengah kesibukan pelayananNya memberitakan Injil dari kota ke kota, sambil menyembuhkan orang sakit dan membuat mujizat, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa dan mengajar murid-muridNya secara pribadi karena itulah yang menjadi prioritas Yesus. Meskipun Yesus lelah karena perjalanan yang jauh, Yesus selalu bangun waktu pagi-pagi benar untuk berdoa. Dan meskipun banyak orang berbondong-bondong mencari Yesus, Ia selalu memiliki waktu tersendiri untuk mengajar murid-muridNya.
Namun seberapa banyak orang yang mengatur apa yang menjadi prioritas dalam hidupnya dan mendisiplin diri untuk melakukan prioritas-prioritas tersebut? Seberapa banyak orang yang mau mendahulukan hal-hal yang penting daripada yang menyenangkan? Seberapa banyak orang yang mau berusaha untuk teratur meskipun dalam hal-hal kecil?
Saya menjumpai beberapa orang yang secara tidak langsung memiliki perinsip hdup ‘mengalir saja’. Mereka tidak memiliki prioritas dan target dalam hidup mereka. Mereka melakukan hanya apa yang ingin mereka lakukan saat itu. Meskipun hal itu tidak berguna, dan karenanya mereka mengorbankan apa yang penting bagi mereka. Mereka tidak memiliki suatu disiplin diri untuk mendahulukan hal-hal yang penting dari pada yang menyenangkan.
Ada orang-orang yang habiskan waktu berjam-jam untuk ngobrol di telepon atau untuk nonton TV. Dan kemudian mereka mengeluh karena tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Atau ada juga orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak bisa mengembalikan barang-barang pada tempatnya secara konsisten, akibatnya diperlukan waktu berjam-jam hanya untuk mencari satu benda. Itu pun adalah pemborosan waktu yang diakibatkan karena tidak adanya keteraturan dan kedisiplinan.
Keteraturan dan kedisiplinan sangat diperlukan untuk berhasil dalam hidup. Orang yang teratur dan disiplin akan bisa menangani segala sesuatunya dengan lebih baik. Dan apa pun juga yang mereka kerjakan akan lebih maksimal. Akibatnya mereka akan memperoleh hasil yang lebih baik.

CICAK: Bisa menikmati tanpa harus memiliki.

Cecak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh.

Mefibosef adalah anak Yonatan, cucu Saul, raja Petama Israel. Setelah kekuasaan Saul berakhir, Daud mengantikan Saul menjadi raja atas Israel. Karena sumpahnya kepada Yonatan, Daud tidak memusnakan seluruh keluarga  Saul. Sebaliknya, Daud menunjukan kasih karunianya kepada Mefiboset. Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. ( II Samuel 10:11 ) Mefiboset menikmati fasilitas sebagai anak raja, meskipun dia bukan anak raja.
Namun, saat dia ingin merebut kembali kekuasaan atas Israel sebagai keturunan Saul, pada waktu Absalom anak Daud melakukan kudeta terhadap ayahnya, dia justru kehilangan segalanya. Kemudian berkatalah raja: “Dimanakah anak tuanmu?” Jawab Ziba kepada raja: “Ia ada di Yerusalem, sebab katanya: Pada hari ini kaum Israel akan mengembalikan kepadaku kerajaan ayahku.” Lalu berkatalah raja kepada Ziba: “Kalau begitu, kepunyaanmulah segala kepunyaan Mefiboset.”  ( II Samuel 16:3-4 )
Terkadang Tuhan hanya memberikan kepada kita karunia untuk menikmati, bukan memiliki. Tetapi banyak orang ingin bisa memiliki lebih dahulu sebelum bisa menikmati apa yang ada padanya. Seharusnya, kita bisa menikmati apa yang ada pada kita sebelum hal tersebut menjadi milik kita. Tetapi orang justru ingin hal itu menjadi miliknya dulu sebelum mereka dengan sukacita dan syukur bisa menikmatinya.
Cicak dapat tinggal dalam sebuah rumah dan menikmati keteduhan rumah tersebut tanpa harus memiliknya. Kita pun dapat menikmati suatu fasilitas, tanpa berusaha menjadikannya milik kita. Allah memberi jatah kepada masing-masing orang. Jika jatah kita hanya untuk meniknati, bersyukurlah dan nikmatilah. Karena ketika kita berambisi memiliki sesuatu yang melebihi jatah kita, justru kita bisa kehilangan hal tersebut.
Contoh yang sederhana, jika kita mendapat fasilitas mobil dari kantor, dan kita belum memiliki mobil sendiri. Kita bisa mensyukuri, merawatnya dan mepegunakannya tanpa berambisi supaya mobil tersebut menjadi milik kita. Kita harus bersyukur karena kita bisa mengendarai mobil tanpa perlu mengeluarkan biaya perawatan, pajak, perpanjangan STNK, dan lain sebagainya, karena itu akan menjadi tanggungan kantor. Namun jika timbul ambisi dalam hati kita untuk memiliknya, dan kita melarikannya, kita justu akan kehilangan mobil tersebut. Bukan hanya kehilangan mobilnya, kita juga bisa kehilangan pekerjaan kita, bahkan kita bisa berurusan dengan yang berwajib karena kita telah melakukan usaha pencurian.
Kebahagiaan bukan soal apa yang kita miliki. Tetapi soal bagaimana kita menikmati apa yang ada pada kita sekalipun tanpa menjadi milik kita. Karena ada orang-orang yang justru memiliki tanpa bisa menikmati.

Orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan sesuatu yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya!
(Pengkhotbah 6:2)

Bisa menikmati apa yang ada pada kita tanpa berambisi memilikinnya bukan berarti kita tidak boleh menginginkan sesuatu yang lebih baik, dan puas dengan apa yang ada serta berhenti berusaha. Kita harus terus berusaha untuk mencapai yang terbaik dan mengoptimalkan kemampuan yang Tuhan berikan pada kita. Namun, jika Tuhan belum memberikan kita karunia untuk memiliki, paling tidak Tuhan sudah memberikan kita karunia untuk menikmati. Dan kita harus selalu bersyukur untuk apa pun yang Tuhan percayakan pada kita. Entah untuk memiliki, atau untuk menikmati. Dan itulah keberhasilan hidup yang sejati, hidup yang selalu bersyukur kepada Tuhan.

Glory to The Lord




Rabu, 20 Juli 2011

Masihkah Ada yang Dapat Kusyukuri?

Musim dingin, salju menutupi jalanan kota Beijing. Hari ini, seperti beberapa hari sebelumnya salju terus-menerus turun. Jalanan yang biasanya ramai, beberapa hari ini menjadi sangat sepi. Angin dingin menerpa wajah A Xing yang bekerja sebagai penarik angkong – Sejenis becak yang ditarik oleh manusia –. Sudah sejak pagi A Xing menunggu di pinggir jalan itu, namun tidak ada satu penumpang pun yang memakai jasa angkongnya.
Walaupun matahari tidak bersinar terang karena salju yang turun, namun ia tahu kalau sekarang hari sudah siang. Perut A Xing sudah sangat lapar, karena belum ada secuil makanan pun yang masuk ke perutnya sejak pagi. Pagi tadi, waktu berangkat ia berharap bisa segera mendapatkan penumpang, supaya ia bisa mendapat uang untuk membeli makanan. Terlebih lagi, satu-satunya sepatu yang ia miliki sudah sangat buruk. Banyak lubang dimana-mana. Sehingga tidak dapat lagi melindungi kakinya dari dinginya salju. Karena itu, ia sangat berharap mendapat banyak penumpang hari itu supaya ia bisa mempunyai cukup uang untuk membeli sepasang sepatu baru.
Karena dari pagi dia sudah parkir di pinggir jalan itu namun belum memperoleh penumpang seorang pun, maka ia memutuskan untuk memarkir angkongnya di tempat lain. Siapa tahu di tempat lain dia bisa mendapat penumpang. A Xing mulai berjalan di atas jalanan yang bersalju sambil menarik angkongnya. Hari itu begitu sepi. Yang terdengar hanya suara angin yang berhembus.
Sepatu A Xing yang sudah usang tidak dapat mencegah salju masuk mengenai kakinya. Kakinya terasa beku dan mati rasa. A Xing merasa bahwa dirinya pasti akan mati kelaparan dan kedinginan.
A Xing sudah mengenal Tuhan beberapa bulan yang lalu lewat pemberitaan seorang penginjil dari Shanghai yang melakukan penginjilan keliling di jalan-jalan kota Beijing. A Xing yang pada waktu itu berada di jalanan bersama dengan angkongnya mendengar penginjil itu bercerita tentang kasih Allah yang memberikan Anak tunggalNya untuk mati bagi manusia berdosa. A Xing yang dari kecil yatim piatu dan sudah merasakan bagaimana kehidupan yang keras dan tanpa kasih tersentuh oleh cerita tentang kasih yang sangat besar itu. Ia pun membuka hati dan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.
Hari ini, A Xing yang sedang menderita karena kelaparan dan kedinginan mulai meragukan kasih Allah dalam hidupnya. Meskipun dia sudah pernah membaca dari buku yang diberikan penginjil itu padanya bahwa Allah menghendaki kita untuk mengucap syukur dalam segala hal, namun di situasi seperti ini terasa mustahil baginya untuk mengucap syukur.
Sambil terus berjalan A Xing mulai mengerutu kepada Tuhan:
“Tuhan, kaiau benar Engkau mengasihi aku, kenapa Engkau tidak menolongku mendapatkan penumpang sehingga aku bisa membeli makanan dan sepatu baru? Atau kenapa Tuhan tidak membuat mujizat agar sepatuku tidak rusak dan kakiku tidak kedinginan? Apakah aku masih harus bersyukur dalam keadaan seperti ini?”
A Xing merasa menjadi orang yang paling malang di dunia karena ia tidak memiliki uang untuk membeli makanan dan sepatu. Sampai ia lewat di depan sebuah kuil. Di pintu gerbang kuil itu duduk seorang pengemis yang tidak mempunyai kaki dan sangat kedinginan. Mungkin pengemis itu mengharap bisa mendapat sedekah dari para pengunjung kuil. Namun karena salju yang terus turun, kuil itu pun menjadi sepi dari pengunjung.
Di saat ini A Xing mulai menitikan air mata dan ia dapat bersyukur kembali kepada Tuhan. Sebab meskipun sepatunya sudah rusak, namun dia masih memiliki kaki yang kuat untuk berjalan. Dia pun masih dapat bekerja sehingga tidak perlu hidup dari meminta-minta seperti pengemis itu.
Seberapa buruk pun keadaan kita saat ini, sebenarnya masih ada hal-hal yang dapat kita syukuri. Dan seberapa buruk pun keadaan kita, kita tetap bukanlah orang yang paling malang di dunia. Karena pasti ada orang lain yang keadaannya lebih buruk dari pada keadaan kita. Karena itu, hendaklah kita tetap mengucap syukur dalam segala perkara. Seperti Alkitab berkata: Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. ( I Tesalonika 5:18 )
Glory to The Lord