•Ketika
kita memperingati kebesaran dan prestasi Mandela, saya masih ingat Mandela
pernah berkata : " Jangan mengukur saya dengan kesuksesan, tapi lihatlah
apakah setelah jatuh saya dapat bangkit kembali. " Mandela adalah seorang
yang besar, namun dia bukanlah orang yang sempurna, dan dia sangat menyadari
hal ini. Dia menekankan di dalam biografinya " Saya bukan orang kudus,
tetapi orang berdosa yang sering bertobat
"
•Dipenjara
dalam jangka waktu yang panjang membuat dia memiliki kesempatan untuk menguji
jiwanya sendiri, menguji kembali hati dan pikirannya. Dia mulai kembali kepada
iman Kristennya. Dikatakan bahwa, suatu kali di tahun 1970 di dalam penjara di
Robben Island, dia melihat khotbah Pendeta Billy Graham di sebuah acara
televisi, sehingga Mandela sangat terharu, dan membuatnya kembali
mempersembahkan dirinya kepada Yesus Kristus.
•Mandela
mengatakan : " Kemuliaan kebesaran manusia sesungguhnya bukan karena
selamanya dia tidak pernah jatuh, namun sesudah jatuh dia akan selalu dapat
bangkit kembali." Karena anugerah Tuhan, 95 tahun sudah dengan setia dia
menjalankan prinsip emas ini.
Malam 5
Desember 2013, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma mengumumkan di televisi :
" Negara kita telah kehilangan putra terbaiknya, Bapak Republik Afrika
Selatan, Yang terhormat Madiba, Nelson Mandela, malam hari ini jam 20.50 telah
menghembuskan napas terakhirnya, dan masuk ke dalam sejarah. " Jika kita
ingin mewakili sebuah Negara dengan sebuah wajah, begitulah, Mandela adalah
wajah Afrika Selatan. Topik memorial harian New York Times selama 6 hari
adalah: " Meninggalnya Mandela membuat Afrika Selatan kehilangan pusat
moral." Kemungkinan besar di dunia ini tidak akan bisa dijumpai
politisi seperti ini lagi.
Memang
benar, Presiden Zuma sendiri adalah orang yang terus-menerus diganggu oleh
rumor korupsi. Beberapa tahun terakhir ini, di Afrika Selatan, masalah
kesenjangan antara kaya dan miskin, korupsi, pengangguran, pendididikan, dan
isu-isu lain terus saja memburuk. 3 Desember tahun ini "Transparency
International" mengumumkan "Indeks Persepsi Korupsi", Afrika
Selatan berada pada peringkat ke 72, indeks 42. Setelah mendengar berita
kematian Mandela, rakyat Afrika Selatan berduka, dan menangis. Mereka bertanya
: " Kau telah pergi, bagaimana dengan kami? " Afrika Selatan tanpa
Mandela, kelak akan menuju ke mana? di mana mereka akan menemukan kembali
pemegang kendali moral?
Beberapa
orang mengkritik, Mandela dalam 5 tahun masa pemerintahannya belum berhasil
membawa peningkatan ekonomi negara. Pernyataan semacam ini, sama dengan
mengharapkan Sun Zhongshan dalam satu gerakan dapat membawa China masuk dalam
moderenisasi negara. Itu dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap realitas. Yang
dibutuhkan untuk mendirikan suatu Negara adalah visi memandang jauh ke depan,
menetapkan arah, serta pemimpin yang pantang menyerah, dan bukan kepala
pelaksana perusahaan. Dan Mandela sudah melakukannya.
Coba
bayangkan, mayoritas seseorang yang ditindas dalam jangka waktu yang lama,
tiba-tiba mendapat kebebasan dari tekanan tangan besi si penindas, namun di
luar dugaan tidak membalas dengan kebencian, tidak memukul jatuh musuh, tidak
berbalik mendiskriminasikan penindasnya, namun saling menerima dengan
pengampunan dan sikap murah hati, ini adalah sebuah keajaiban dalam sejarah.
Seorang "pengkhianat negara" yang dilepaskan dari dalam penjara, dan setelah
terpilih menjadi presiden, ia tidak korupsi, pikirannya tidak digelapkan oleh
kekuasaan, tidak memlakukan pemujaan kepada diri sendiri, namun mampu menjadi
pemimpin spiritual yang memotivasi bagi orang-orang, ini adalah keajaiban yang
lainnya.
Ketika kita
mengenang kebesaran dan prestasi Mandela, masih teringat semasa hidupnya dia
pernah berkata : " Jangan mengukur saya dengan kesuksesan, tapi lihatlah
apakah setelah jatuh saya dapat bangkit kembali. " Sebenarnya, Mandela
bukanlah orang kudus, jika demikian, kekuatan dan pandangan apa yang mendorongnya
sehingga menjadi pribadi yang dikagumi oleh banyak orang?
Si Penindas dan yang tertindas,
sama-sama membutuhkan kebebasan jiwa
Mandela
bukanlah orang yang sering menyebut-nyebut agama dan kepercayaan dengan
bibirnya. Saat kecil dia bersekolah di sekolah Kristen, dari kecil dia sudah
beriman Kristen, di gereja Metodis. Namun Mandela memberikan seluruh pikiran
dan energinya untuk meningkatkan kesejahtraan warga negaranya sendiri, dan
bersaing untuk mengungguli rezim kulit putih.
Sebenarnya
apa yang mempengaruhi pemikiran revolusionernya? Dalam
proses kepemimpinan "African National Congress of South Africa" (ANC)
untuk melawan rezim kulit putih, ia mengungkapkan kekagumannya kepada
"Mahatma Gandhi" dan "protes non-kekerasan." Oleh Pendeta Martin Luther King. Ia juga mendukung
Marxisme dan materialisme dialektik. Setelah cara tanpa kekerasannya gagal, ia
sangat mengagumi Che Guevara, Fidel Castro dan revolusi Kuba. Dan dengan
demikian mendirikan sebuah organisasi bersenjata ANC "Umkhonto", dan mulai
bekerja sama dengan Partai Komunis Internasional.
Namun, tidak peduli perlawanan tanpa kekerasan, atau
pelawanan bersenjata, semuanya itu bukan pusat pemikirannya.dia sendiri pernah
menjelaskan, baginya, anti kekerasan Gandhi hanyalah sebuah cara, sebuah
tindakan untuk sementara waktu, dan bukanya prinsip kudus yang tidak dapat
dilanggar. Dimikian pula, sebelum dipenjara pada tahun 1964, dia secara khusus
menulis sebuah artikel panjang, yang menjelaskan bahwa dirinya tidak
mempercayai Komunisme, kerja samanya dengan Partai Komunis Internasional
hanyalah sebuah tindakan revolusi. Karena Komunisme menekankan perjuangan
social, sebaliknya ANC memegang perinsip Keharmonisan social.
Namun,
dipenjara dalam jangka waktu yang panjang membuat dia memiliki kesempatan untuk
menguji jiwanya sendiri, menguji kembali hati dan pikirannya. Dia mulai kembali
kepada iman Kristennya. Dikatakan bahwa, suatu kali di tahun 1970 di dalam
penjara di Robben Island, dia melihat khotbah Pendeta Billy Graham di sebuah acara
televisi, sehingga Mandela sangat terharu, dan membuatnya kembali
mempersembahkan dirinya kepada Yesus Kristus.
Iman dalam
Kristus bukan hanya memberi dia kekuatan dari dalam, terlebih lagi, telah
membentuk pandangannya, membuat dia sejak saat itu, setiap kali bisa memilih
pengampunan dan kasih, dan menolak kepahitan dan kebencian : " Di waktu yang
panjang dalam kesendirian di dalam penjara, kerinduanku untuk rakyatku agar mendapat
kebebasan berubah menjadi untuk semua orang, termasuk orang kulit putih dan
orang kulit hitam, semuanya rindu untuk mendapatkan kebebasan. Si Penindas dan
yang tertindas sama-sama membutukan kebebasan jiwa. " Ini adalah kerinduan
hati yang sungguh mulia!
Sangat
jelas sekali, ini adalah inspirasi yang didapatnya dari Yesus Kristus tentang
"mengasihi musuhmu" dan "mengasihi sesamamu". Karena itu
dia baru dapat berkata : "Kebebasan bukan hanya bagaimana memutuskan
belenggu, namun kebebasan adalah bagaimana menghormati orang lain, dan memajukan
kebebasan hidup orang lain. " Ketika dia berkata : " Kebencian adalah
seperti kita meminum racun, dan berharap musuh kita yang mati keracunan."
Saya berpikir, dia memiliki pengalaman pribadi yang sangat mendalam. Tapi,
sangat sedikit orang yang bisa seperti dia, dapat keluar dari kebencian, karena
mereka tidak cukup memiliki kekuatan dari dalam dan tenaga pendorong.
Dikatakan
bahwa, saat Mandela kecil, suatu kali gurunya pernah membuat sebuah titik hitam
kecil di atas selembar kain putih yang besar, dan bertanya apa yang mereka
lihat. Semuanya menjawab "sebuah titik hitam kecil". Namun gurunya
berkata : "Tidak! Ini adalah selembar kain putih yang besar! Titik hitam
hanyalah sebuah titik kecil yang tidak berarti di atas kain putih ini."
Kisah ini mempengaruhi Mandela seumur hidupnya, sejak saat itu, dia selalu
melihat sisi yang baik dari segala sesuatu, dan tidak memusatkan perhatian pada
titik hitam yang tidak berarti! Dia mampu melihat situasi secara menyeluruh,
dan tidak pernah membiarkan sedikit kebaikan atau seddikit kebencian menurunkan
cara pandangnya, hal itu sangat mungkin berhubungan dengan pengalaman ini.
Saya bukanlah orang kudus, saya
hanyalah orang berdosa yang tidak henti-hentinya bertobat
Kepribadian
Mandela yang optimis dan kuat, sering kali memberikan keberanian kepada orang
lain dengan menaklukan ketakutan di dalam dirinya sendiri. Tujuannya adalah
meneguhkan praktek sesusi realitas, dan bukan mempertahankan idiologi. Efek politik dapat menjadi kendala yang signifikan bagi dirinya
sendiri, ia bahkan mengubah kebijakan ( Contohnya, pada tahun 1985, di dalam
penjara ia mulai mempelopori dialog dengan orang kulit putih, perubahan yang
tiba-tiba ini membuat anggota partainya tidak bisa mengerti, bahkan tidak bisa
memaafkannya. ) Dia memiliki sebuah kemampuan, dapat mengangkat kemalangang
pribadi seseorang ke tingkat administrasi politik untuk ditangani, dan dengan
begitu bisa mencairkan dendam pribadi. Dia adalah orang besar, tapi dia bukan
orang sempurna, dalam hal ini dia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
dirinya. Di dalam biografinya dia menekankan, saya bukan orang kudus,
tetapi orang berdosa yang sering bertobat.
Perkataan
ini sebenarnya sedikitpun tidak merendahkan diri sendiri, ini bukan hanya
karena cara hidupnya di masa muda, juga bukan hanya karena dia menghadapi
penyesalan keluarga yang mendalam. Di saat muda dia suka berselingkuh, kurang
lebih pernah menikah 3 kali. Dia pernah memukul isterinya, dan memiliki anak di
luar nikah, hidupnya sangat tidak senonoh. Sebagai seorang politisi, di satu
sisi dia memang memiliki iman dan keyakinan pribadi, namun di sisi lain dia
juga memiliki ambisi politik dan mengunakan tipu daya politik. Dalam hal ini,
penulis "Majalah Time", Editor Richard Stengel,
yang telah bekerja sama dengannya selama bertahun-tahun, paling memahaminya.
Stengel bukan hanya mengenal Mandela sebagai seorang
politisi di depan publik, tapi dia juga mengenal Mandela secara pribadi. Dia
menggambarkan Mandela memiliki kecenderungan untuk menjadi pahlawan yang
disembah, juga rentan terhadap penyesatan. Jiwa Mandela memiliki luka yang
sangat besar, penuh penginaan terhadap orang-orang yang pernah menindasnya,
namun dia memiliki kasadaran politik yang tinggi, ia tidak pernah
memperlihatkan luka-lukanya kepada orang lain. Stengel menganggap: Meskipun
Mandela memiliki kekurangan, tapi ini tidak bisa menutupi kebesarannya.
Mandela
pernah berkata: " Dengan bertempur melawan musuh saya belajar satu hal, kecuali
dangan saya merubah diri sendiri, saya tidak akan bisa merubah orang lain.
"
Saat muda,
Mandela pernah pergi meninjau London.
Di lantai dasar Katedral
Westminster, ia membaca prasasti yang ditinggalkan oleh beberapa uskup tanpa
nama. Dikatakan bahwa, prasasti ini membawa pengaruh sangat besar bagi Mandela:
Ketika aku masih muda dan bodoh, imajinasiku
tidak pernah dibatasi, aku bermimpi untuk mengubah dunia.
Setelah aku berpengalaman, aku mendapati bahwa
aku tidak bisa mengubah dunia, aku mempersempit sedikit pandanganku, dan
memutuskan hanya mengubah negaraku, namun ini juga tidak dapat tercapai.
Setelah memasuki usia senja, keinginan
terakhirku hanyalah mengubah keluargaku. Namun, ini juga tidak mungkin.
Sekarang aku terbaring sekarat di tempat
tidur, tiba-tiba aku menyadari: Jika aku mulai hanya dengan mengubah diri
sendiri, kemudian menjadi sebuah teladan, aku mungkin bisa mengubah keluargaku.
Dengan bantuan dan dukungan keluarga, aku mungkin bisa melakukan beberapa hal
bagi negara, siapa tahu? Aku bahkan mungkin bisa mengubah dunia ini!
Mandela
mengatakan : " Kemuliaan kebesaran manusia sesungguhnya bukan karena
selamanya dia tidak pernah jatuh, namun sesudah jatuh dia akan selalu dapat
bangkit kembali." Karena anugerah Tuhan, 95 tahun sudah dengan setia dia
menjalankan prinsip emas ini. Mungkin,
ini adalah langkah pertama kita untuk mengubah diri sendiri? Jika semua
politisi memiliki kelapangan dada dan wawasan seperti ini, maka setengah
masalah telah terselesaikan.
Mandela
bukan hanya wajah dari Afrika Selatan, dia juga adalah obyek kekaguman bagi
seluruh dunia. Pada tahun 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 18 Juli, hari di mana ia
dilahirkan, sebagai "Hari Mandela.". Saya berharap, ini tidak hanya
merupakan kehormatan pribadi, juga tidak hanya kemuliaan Afrika Selatan,
terlebih lagi ini adalah pernyataan dari seluruh dunia yang mengejar keadilan,
keharmonisan dan toleransi antar etnis, serta pengampunan. Saat memperingati
hari kematiannya, kesenjangan global antara kaya dan miskin, diperburuk
oleh ketidakadilan sosial saat ini, dan dampak lainnya akan lebih signifikan.
Mungkin, dia sungguh-sungguh bisa membuat orang lebih memikirkan orang lain?
Mungkin, dia sungguh-sungguh bisa mengubah dunia ini?
Akhirnya,
marilah kita mengingat perkataan Mandela: " Tidak ada orang yang begitu
lahir langsung membenci orang lain, mungkin karena warna kulit, atau latar
belakang, atau kepercayaan dan agama orang lain. Kebencian manusia didapatkan
dari belajar. Jika manusia bisa belajar membenci, berarti mereka juga bisa
diajar untuk mengasihi, karena kasih lebih alami untuk merefleksikan hati
manusia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar