Senin, 19 Mei 2014

Saya Bukan Orang Kudus, Tetapi Orang Berdosa yang Sering Bertobat



•Ketika kita memperingati kebesaran dan prestasi Mandela, saya masih ingat Mandela pernah berkata : " Jangan mengukur saya dengan kesuksesan, tapi lihatlah apakah setelah jatuh saya dapat bangkit kembali. " Mandela adalah seorang yang besar, namun dia bukanlah orang yang sempurna, dan dia sangat menyadari hal ini. Dia menekankan di dalam biografinya " Saya bukan orang kudus, tetapi orang berdosa yang sering bertobat  "

•Dipenjara dalam jangka waktu yang panjang membuat dia memiliki kesempatan untuk menguji jiwanya sendiri, menguji kembali hati dan pikirannya. Dia mulai kembali kepada iman Kristennya. Dikatakan bahwa, suatu kali di tahun 1970 di dalam penjara di Robben Island, dia melihat khotbah Pendeta Billy Graham di sebuah acara televisi, sehingga Mandela sangat terharu, dan membuatnya kembali mempersembahkan dirinya kepada Yesus Kristus.

•Mandela mengatakan : " Kemuliaan kebesaran manusia sesungguhnya bukan karena selamanya dia tidak pernah jatuh, namun sesudah jatuh dia akan selalu dapat bangkit kembali." Karena anugerah Tuhan, 95 tahun sudah dengan setia dia menjalankan prinsip emas ini. 

Malam 5 Desember 2013, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma mengumumkan di televisi : " Negara kita telah kehilangan putra terbaiknya, Bapak Republik Afrika Selatan, Yang terhormat Madiba, Nelson Mandela, malam hari ini jam 20.50 telah menghembuskan napas terakhirnya, dan masuk ke dalam sejarah. " Jika kita ingin mewakili sebuah Negara dengan sebuah wajah, begitulah, Mandela adalah wajah Afrika Selatan. Topik memorial harian New York Times selama 6 hari adalah: " Meninggalnya Mandela membuat Afrika Selatan kehilangan pusat moral." Kemungkinan besar di dunia ini tidak akan bisa dijumpai politisi  seperti ini lagi.

Memang benar, Presiden Zuma sendiri adalah orang yang terus-menerus diganggu oleh rumor korupsi. Beberapa tahun terakhir ini, di Afrika Selatan, masalah kesenjangan antara kaya dan miskin, korupsi, pengangguran, pendididikan, dan isu-isu lain terus saja memburuk. 3 Desember tahun ini "Transparency International" mengumumkan "Indeks Persepsi Korupsi", Afrika Selatan berada pada peringkat ke 72, indeks 42. Setelah mendengar berita kematian Mandela, rakyat Afrika Selatan berduka, dan menangis. Mereka bertanya : " Kau telah pergi, bagaimana dengan kami? " Afrika Selatan tanpa Mandela, kelak akan menuju ke mana? di mana mereka akan menemukan kembali pemegang kendali moral?

Beberapa orang mengkritik, Mandela dalam 5 tahun masa pemerintahannya belum berhasil membawa peningkatan ekonomi negara. Pernyataan semacam ini, sama dengan mengharapkan Sun Zhongshan dalam satu gerakan dapat membawa China masuk dalam moderenisasi negara. Itu dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap realitas. Yang dibutuhkan untuk mendirikan suatu Negara adalah visi memandang jauh ke depan, menetapkan arah, serta pemimpin yang pantang menyerah, dan bukan kepala pelaksana perusahaan. Dan Mandela sudah melakukannya.

Coba bayangkan, mayoritas seseorang yang ditindas dalam jangka waktu yang lama, tiba-tiba mendapat kebebasan dari tekanan tangan besi si penindas, namun di luar dugaan tidak membalas dengan kebencian, tidak memukul jatuh musuh, tidak berbalik mendiskriminasikan penindasnya, namun saling menerima dengan pengampunan dan sikap murah hati, ini adalah sebuah keajaiban dalam sejarah. Seorang "pengkhianat negara" yang dilepaskan dari dalam penjara, dan setelah terpilih menjadi presiden, ia tidak korupsi, pikirannya tidak digelapkan oleh kekuasaan, tidak memlakukan pemujaan kepada diri sendiri, namun mampu menjadi pemimpin spiritual yang memotivasi bagi orang-orang, ini adalah keajaiban yang lainnya.

Ketika kita mengenang kebesaran dan prestasi Mandela, masih teringat semasa hidupnya dia pernah berkata : " Jangan mengukur saya dengan kesuksesan, tapi lihatlah apakah setelah jatuh saya dapat bangkit kembali. " Sebenarnya, Mandela bukanlah orang kudus, jika demikian, kekuatan dan pandangan apa yang mendorongnya sehingga menjadi pribadi yang dikagumi oleh banyak orang?

Si Penindas dan yang tertindas, sama-sama membutuhkan kebebasan jiwa

Mandela bukanlah orang yang sering menyebut-nyebut agama dan kepercayaan dengan bibirnya. Saat kecil dia bersekolah di sekolah Kristen, dari kecil dia sudah beriman Kristen, di gereja Metodis. Namun Mandela memberikan seluruh pikiran dan energinya untuk meningkatkan kesejahtraan warga negaranya sendiri, dan bersaing untuk mengungguli rezim kulit putih.

Sebenarnya apa yang mempengaruhi pemikiran revolusionernya? Dalam proses kepemimpinan "African National Congress of South Africa" (ANC) untuk melawan rezim kulit putih, ia mengungkapkan kekagumannya kepada "Mahatma Gandhi" dan "protes non-kekerasan."  Oleh Pendeta Martin Luther King. Ia juga mendukung Marxisme dan materialisme dialektik. Setelah cara tanpa kekerasannya gagal, ia sangat mengagumi Che Guevara, Fidel Castro dan revolusi Kuba. Dan dengan demikian mendirikan sebuah organisasi bersenjata ANC "Umkhonto", dan mulai bekerja sama dengan Partai Komunis Internasional.

Namun, tidak peduli perlawanan tanpa kekerasan, atau pelawanan bersenjata, semuanya itu bukan pusat pemikirannya.dia sendiri pernah menjelaskan, baginya, anti kekerasan Gandhi hanyalah sebuah cara, sebuah tindakan untuk sementara waktu, dan bukanya prinsip kudus yang tidak dapat dilanggar. Dimikian pula, sebelum dipenjara pada tahun 1964, dia secara khusus menulis sebuah artikel panjang, yang menjelaskan bahwa dirinya tidak mempercayai Komunisme, kerja samanya dengan Partai Komunis Internasional hanyalah sebuah tindakan revolusi. Karena Komunisme menekankan perjuangan social, sebaliknya ANC memegang perinsip Keharmonisan social.

Namun, dipenjara dalam jangka waktu yang panjang membuat dia memiliki kesempatan untuk menguji jiwanya sendiri, menguji kembali hati dan pikirannya. Dia mulai kembali kepada iman Kristennya. Dikatakan bahwa, suatu kali di tahun 1970 di dalam penjara di Robben Island, dia melihat khotbah Pendeta Billy Graham di sebuah acara televisi, sehingga Mandela sangat terharu, dan membuatnya kembali mempersembahkan dirinya kepada Yesus Kristus.

Iman dalam Kristus bukan hanya memberi dia kekuatan dari dalam, terlebih lagi, telah membentuk pandangannya, membuat dia sejak saat itu, setiap kali bisa memilih pengampunan dan kasih, dan menolak kepahitan dan kebencian : " Di waktu yang panjang dalam kesendirian di dalam penjara, kerinduanku untuk rakyatku agar mendapat kebebasan berubah menjadi untuk semua orang, termasuk orang kulit putih dan orang kulit hitam, semuanya rindu untuk mendapatkan kebebasan. Si Penindas dan yang tertindas sama-sama membutukan kebebasan jiwa. " Ini adalah kerinduan hati yang sungguh mulia!

Sangat jelas sekali, ini adalah inspirasi yang didapatnya dari Yesus Kristus tentang "mengasihi musuhmu" dan "mengasihi sesamamu". Karena itu dia baru dapat berkata : "Kebebasan bukan hanya bagaimana memutuskan belenggu, namun kebebasan adalah bagaimana menghormati orang lain, dan memajukan kebebasan hidup orang lain. " Ketika dia berkata : " Kebencian adalah seperti kita meminum racun, dan berharap musuh kita yang mati keracunan." Saya berpikir, dia memiliki pengalaman pribadi yang sangat mendalam. Tapi, sangat sedikit orang yang bisa seperti dia, dapat keluar dari kebencian, karena mereka tidak cukup memiliki kekuatan dari dalam dan tenaga pendorong.

Dikatakan bahwa, saat Mandela kecil, suatu kali gurunya pernah membuat sebuah titik hitam kecil di atas selembar kain putih yang besar, dan bertanya apa yang mereka lihat. Semuanya menjawab "sebuah titik hitam kecil". Namun gurunya berkata : "Tidak! Ini adalah selembar kain putih yang besar! Titik hitam hanyalah sebuah titik kecil yang tidak berarti di atas kain putih ini." Kisah ini mempengaruhi Mandela seumur hidupnya, sejak saat itu, dia selalu melihat sisi yang baik dari segala sesuatu, dan tidak memusatkan perhatian pada titik hitam yang tidak berarti! Dia mampu melihat situasi secara menyeluruh, dan tidak pernah membiarkan sedikit kebaikan atau seddikit kebencian menurunkan cara pandangnya, hal itu sangat mungkin berhubungan dengan pengalaman ini.

Saya bukanlah orang kudus, saya hanyalah orang berdosa yang tidak henti-hentinya bertobat

Kepribadian Mandela yang optimis dan kuat, sering kali memberikan keberanian kepada orang lain dengan menaklukan ketakutan di dalam dirinya sendiri. Tujuannya adalah meneguhkan praktek sesusi realitas, dan bukan mempertahankan idiologi. Efek politik dapat menjadi kendala yang signifikan bagi dirinya sendiri, ia bahkan mengubah kebijakan ( Contohnya, pada tahun 1985, di dalam penjara ia mulai mempelopori dialog dengan orang kulit putih, perubahan yang tiba-tiba ini membuat anggota partainya tidak bisa mengerti, bahkan tidak bisa memaafkannya. ) Dia memiliki sebuah kemampuan, dapat mengangkat kemalangang pribadi seseorang ke tingkat administrasi politik untuk ditangani, dan dengan begitu bisa mencairkan dendam pribadi. Dia adalah orang besar, tapi dia bukan orang sempurna, dalam hal ini dia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dirinya. Di dalam biografinya dia menekankan, saya bukan orang kudus, tetapi orang berdosa yang sering bertobat.

Perkataan ini sebenarnya sedikitpun tidak merendahkan diri sendiri, ini bukan hanya karena cara hidupnya di masa muda, juga bukan hanya karena dia menghadapi penyesalan keluarga yang mendalam. Di saat muda dia suka berselingkuh, kurang lebih pernah menikah 3 kali. Dia pernah memukul isterinya, dan memiliki anak di luar nikah, hidupnya sangat tidak senonoh. Sebagai seorang politisi, di satu sisi dia memang memiliki iman dan keyakinan pribadi, namun di sisi lain dia juga memiliki ambisi politik dan mengunakan tipu daya politik. Dalam hal ini, penulis "Majalah Time", Editor Richard Stengel, yang telah bekerja sama dengannya selama bertahun-tahun, paling memahaminya.

Stengel bukan hanya mengenal Mandela sebagai seorang politisi di depan publik, tapi dia juga mengenal Mandela secara pribadi. Dia menggambarkan Mandela memiliki kecenderungan untuk menjadi pahlawan yang disembah, juga rentan terhadap penyesatan. Jiwa Mandela memiliki luka yang sangat besar, penuh penginaan terhadap orang-orang yang pernah menindasnya, namun dia memiliki kasadaran politik yang tinggi, ia tidak pernah memperlihatkan luka-lukanya kepada orang lain. Stengel menganggap: Meskipun Mandela memiliki kekurangan, tapi ini tidak bisa menutupi kebesarannya.

Mandela pernah berkata: " Dengan bertempur melawan musuh saya belajar satu hal, kecuali dangan saya merubah diri sendiri, saya tidak akan bisa merubah orang lain. "

Saat muda, Mandela pernah pergi meninjau London. Di lantai dasar Katedral Westminster, ia membaca prasasti yang ditinggalkan oleh beberapa uskup tanpa nama. Dikatakan bahwa, prasasti ini membawa pengaruh sangat besar bagi Mandela:

Ketika aku masih muda dan bodoh, imajinasiku tidak pernah dibatasi, aku bermimpi untuk mengubah dunia.
Setelah aku berpengalaman, aku mendapati bahwa aku tidak bisa mengubah dunia, aku mempersempit sedikit pandanganku, dan memutuskan hanya mengubah negaraku, namun ini juga tidak dapat tercapai.
Setelah memasuki usia senja, keinginan terakhirku hanyalah mengubah keluargaku. Namun, ini juga tidak mungkin.
Sekarang aku terbaring sekarat di tempat tidur, tiba-tiba aku menyadari: Jika aku mulai hanya dengan mengubah diri sendiri, kemudian menjadi sebuah teladan, aku mungkin bisa mengubah keluargaku. Dengan bantuan dan dukungan keluarga, aku mungkin bisa melakukan beberapa hal bagi negara, siapa tahu? Aku bahkan mungkin bisa mengubah dunia ini!

Mandela mengatakan : " Kemuliaan kebesaran manusia sesungguhnya bukan karena selamanya dia tidak pernah jatuh, namun sesudah jatuh dia akan selalu dapat bangkit kembali." Karena anugerah Tuhan, 95 tahun sudah dengan setia dia menjalankan prinsip emas ini.  Mungkin, ini adalah langkah pertama kita untuk mengubah diri sendiri? Jika semua politisi memiliki kelapangan dada dan wawasan seperti ini, maka setengah masalah telah terselesaikan.

Mandela bukan hanya wajah dari Afrika Selatan, dia juga adalah obyek kekaguman bagi seluruh dunia. Pada tahun 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 18 Juli, hari di mana ia dilahirkan, sebagai "Hari Mandela.". Saya berharap, ini tidak hanya merupakan kehormatan pribadi, juga tidak hanya kemuliaan Afrika Selatan, terlebih lagi ini adalah pernyataan dari seluruh dunia yang mengejar keadilan, keharmonisan dan toleransi antar etnis, serta pengampunan. Saat memperingati hari kematiannya, kesenjangan global antara kaya dan miskin, diperburuk oleh ketidakadilan sosial saat ini, dan dampak lainnya akan lebih signifikan. Mungkin, dia sungguh-sungguh bisa membuat orang lebih memikirkan orang lain? Mungkin, dia sungguh-sungguh bisa mengubah dunia ini?

Akhirnya, marilah kita mengingat perkataan Mandela: " Tidak ada orang yang begitu lahir langsung membenci orang lain, mungkin karena warna kulit, atau latar belakang, atau kepercayaan dan agama orang lain. Kebencian manusia didapatkan dari belajar. Jika manusia bisa belajar membenci, berarti mereka juga bisa diajar untuk mengasihi, karena kasih lebih alami untuk merefleksikan hati manusia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar