Rabu, 09 April 2014

Kisah di Balik "Sepasang Tangan yang Berdoa"



Seniman besar Jerman Albrecht Dürer, memiliki sebuah lukisan yang terkenal "Sepasang Tangan yang Berdoa". Ada sebuah kisah mengenai kasih dan pengorbanan di balik lukisan ini.

Pada abad ke 15, di Jerman ada sebuah desa kecil, di sana tinggal sebuah keluarga yang memiliki 18 orang anak. Sang ayah bekerja sebagai tukang pelebur logam. Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bekerja 18 jam setiap hari.

Meskipun hidup keluarga ini sangat miskin, namun 2 orang anaknya memiliki impian yang sama. Mereka adalah Francis dan Albrecht. Mereka berharap bisa mengembangkan bakat mereka di bidang seni. Namun mereka tahu, sang ayah secara ekonomi tidak mampu membiayai mereka berdua untuk bersekolah di Institut Seni.

Suatu malam, dua bersaudara ini berunding di atas tempat tidur, dan mendapat sebuah kesepakatan; mengambil keputusan dengan mengundi lempengan perak ---------- pihak yang menang akan bersekolah di Institut Seni, sedangkan pihak yang kalah akan bekerja di pertambangan untuk mencari uang; 4 tahun kemudian, yang bekerja di pertambangan akan bersekolah di Institut Seni, disokong oleh pendapatan yang telah lulus dari Institut Seni. Akhirnya sang adik, Albrecht yang menang.

Albrecht terlihat sangat menonjol di Institut Seni, karya-karyanya lebih bagus daripada dosennya. Setelah lulus, dia tidak lupa akan janjinya. Dia segera kembali ke desanya, mencari kakaknya Francis yang selama 4 tahun ini terus bekerja di pertambangan untuk membiayai sekolahnya.

Pada hari dia kembali ke desa, keluarganya menyiapkan pesta untuknya. Merayakan kelulusan serta kepulangannya. Di tengah pesta, Albrecht mengucapkan terima kasih atas dukungan Francis beberapa tahun ini untuk dirinya: "Sekarang giliranmu kakak, aku akan sepenuhnya mendukungmu ke Institut Seni untuk mengejar dan mencapai impianmu"

Pandangan para keluarga dan sahabat langsung beralih kepada Francis, hanya terlihat air mata mengalir dari kedua mata Francis. Dia menundukan kepala, dan sambil menggelengkan kepala ia berkata: "Tidak…… Tidak……….."

Dia berdiri, memandang adik yang dikasihinya, Albrecht, menggemgam tangangnya dan berkata: "Adik, lihatlah kedua tanganku ini, selama 4 tahun bekerja di pertambangan, telah menghancurkan tanganku, sendi-sendiku tidak lagi bisa bergerak dengan baik, sekarang tanganku hanya untuk bersulang dan memberi selamat kepadamu saja sudah tidak mungkin lagi. Bagaimana harus mengerakan kuas untuk melukis dan mengukir dengan pisau? Sudah terlambat adikku………. Namun, melihatmu bisa mencapai impianmu, aku sungguh-sungguh gembira."

Beberapa hari kemudian, Albrecht secara tidak sengaja melihat Francis sedang berlutut di lantai, menyatukan kedua tangannya yang kasar untuk berdoa: "Tuhan! Kedua tanganku ini sudah tidak bisa untuk mewujudkan impianku menjadi seorang seniman, mohon Engkau menambahkan bakat dan kemampuanku kepada adikku Albrecht."

Albrecht, yang dari semula sangat berterima kasih kepada kakaknya, saat melihat kejadian ini langsung memutuskan untuk melukis sepasang tangan kakaknya ini.

Bertahun-tahun kemudian sampai hari ini, sketsa, lukisan, gambar cat air, ukiran kayu, ukiran tembaga karya Albrecht Dürer, bisa ditemukan di museum di berbagai tempat di seluruh dunia, namun, yang orang paling kenal, tidak ada yang melebihi "Sepasang Tangan yang Berdoa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar