Sabtu, 12 April 2014

Semangat Perjanjian

Musim dingin tahun 1935, adalah masa depresi ekonomi terparah di Amerika. Di sebuah pengadilan di daerah pemukiman kumuh di kota New York, sedang membuka persidangan untuk mengadili sebuah kasus. Berdiri di tempat terdakwa seorang wanita tua berusia hampir 60 tahun. Bajunya kumal, dan wajahnya sedih. Dalam kesedihannya terlebih disebabkan oleh rasa malu. Karena dia mencuri roti di toko roti, maka pemilik toko roti mengadukannya ke pengadilan.

Hakim bertanya : " Terdakwa, apakah anda sungguh-sungguh mencuri roti di toko roti? "

Wanita tua itu menundukan kepala, dengan pelan menjawab : " Ya , Yang Mulia , saya benar-benar mencuri "

Hakim kembali bertanya : " Apa motivasi anda mencuri roti? Apakah karena lapar? "

Wanita tua itu mengangkat kepalanya, memandang pada hakim, dan berkata : " Benar, saya lapar. Tapi, saya lebih membutuhkan roti untuk memberi makan ke tiga cucu saya yang yatim piatu, mereka sudah beberapa hari tidak makan. Saya tidak bisa melihat mereka mati kelaparan. Mereka masih anak-anak kecil. " mendengar perkataan si wanita tua, dari arah penonton terdengar suara diskusi berbisik-bisik.

Hakim mengetokan palu kayu, dengan tegas berkata : " Tenang, keputusan hukuman akan diumumkan. " Hakim memalingkan wajahnya kepada si wanita tua, berkata : " Terdakwa, saya harus bertindak adil, dan menjalankan hukum. Anda punya 2 pilihan, pertama membayar denda 10 dolar, atau 10 hari dalam tahanan. "

Wanita tua itu menunjukan ekspresi wajah sedih dan menyesal, memandang hakim, dengan berat berkata : " Yang Mulia, saya sudah melanggar hukum, dan bersedia menerima hukuman. Jika saya punya 10 dolar, saya tentu tidak akan mencuri roti. Saya bersedia ditahan 10 hari, tapi siapa yang akan menjaga ke tiga cucu saya itu? "

Di saat itu, dari tempat penonton berdiri seorang pria berusia 40 tahun lebih, dia membungkuk dalam-dalam kepada wanita tua itu, dan berkata : " Mohon anda menerima denda yang 10 dolar. " Dia berbalik ke arah penonton yang lain, menarik keluar 10 dolar dari dalam sakunya, melepas topinya dan memasukan ke dalamnya, berkata : "Para hadirin, saya adalah wali kota New York saat ini, LaGuardia  dan sekarang , saya mengundang Anda untuk membayar 50 sen per orang, ini adalah untuk membayar harga ketidak pedulian kita, untuk menghukum kita yang hidup di sebuah kota di mana ada seorang nenek yang harus mencuri untuk memberi makan cucunya. "

Semua orang di ruang pengadilan terkejut, semua terbelalak memandang wali kota LaGuardia. Untuk sesaat ruang pengadilan menjadi begitu hening, sampai bunyi sebuah jarum yang jatuh pun akan terdengar. Dalam sekejap, semua penonton berdiri, setiap orang dengan sungguh-sungguh mengambil 50 sen, meletakannya dalam topi wali kota, bahkan tak terkecuali Sang Hakim.

Menurut logika, seorang wanita didenda karena mencuri roti, apakah ada hubungannya dengan orang luar? LaGuardia dengan jelas berkata ---------- untuk membayar harga ketidak pedulian kita. Dia memberitahu antara manusia dan manusia lainnya tidaklah berdiri sendiri tanpa berhubungan. Manusia datang ke dunia, sebagai makhluk sosial, dimasukan ke dalam perjanjian.

Untuk hubungan dalam kepentingan material, ada hukum perjanjian;

Untuk berhubungan dalam perbuatan hidup sehari-hari, ada semangat perjanjian.

Kebaikan, bukan hanya sebuah tabiat yang berlawanan dengan ketidak pedulian, kecurangan, kekejaman, dan keuntungan diri sendiri, namun sebuah semangat perjanjian.

Ada seorang pendeta Protestan Jerman bernama Martin Niemoller, dia di Yahudi Holocaust Memorial di Boston mengukir sebuah puisi pendek:

Di Jerman, awalnya mereka membunuh Komunis,
Saya tidak bersuara, karena saya bukan Komunis;
Setelah itu mereka membunuh orang Yahudi,
Saya tidak bersuara, karena saya bukan orang Yahudi;
Kemudian mereka membunuh anggota serikat buruh,
Saya tidak bersuara, karena saya adalah umat Protestan;
Akhirnya mereka mengejar saya,
Dan tidak ada orang yang bersuara untuk saya.

Ini adalah akibat dari mengingkari semangat perjanjian.

Manusia hidup di dunia, siapa pun memiliki kemungkinan untuk berhadapan dengan bahaya dan keadaan yang buruk. Siapa pun memiliki kemungkinan untuk menjadi lemah. Jika kita saat orang lain dalam keadaan kritis tidak memberikan bantuan, siapa bisa menjamin bahwa diri kita tidak akan menelan buah pahit kesendirian karena tidak ada yang menolong kita?

Saat ini, masyarakat terlalu dingin, terlalu tidak peduli, dan kita akan membayar harga akibat keegoisan kita.

Hanya orang-orang yang memiliki hati yang baik yang akan bersinar seperti matahari. Karena itu, perjanjian ( perbuatan ) yang baik yang akan bertahan di dunia. Orang-orang yang mengerti bagaimana menghargai perjanjian ini adalah orang-orang yang mulia. Orang-orang yang mengerti membayar harga untuk ketidak pedulian adalah orang-orang yang berhikmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar